Labuan Bajo (Antara Bali) - Wisatawan dan masyarakat yang mendiami sekitar kawasan wisata habitat komodo di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, memerlukan sinyal seluler untuk memudahkan komunikasi jarak jauh.

Bupati Manggarai Barat W Fidelis Pranda saat bertemu dengan VP Telkomsel Area III Jawa Bali Gilang Prasetya di Labuan Bajo, Sabtu mengakui bahwa di kawasan wisata dunia itu hingga kini belum didukung fasilitas sinyal seluler.

"Kawasan itu, baik di Pulau Rinca maupun di Kampung Komodo sangat membutuhkan adanya sinyal seluler. Selain untuk kepentingan kenyamanan bagi wisatawan, sinyal seluler juga untuk kepentingan masyarakat setempat," katanya.

Ia bercerita, suatu ketika ada kecelakaan lima wisatawan yang tenggelam saat melakukan penyelaman beberapa waktu lalu. Peristiwa itu, tidak bisa langsung dikomunikasikan ke kota Labuan Bajo karena tidak adanya sinyal seluler.

"Ini kan berbahaya karena upaya pertolongan terganggu oleh kelemahan komunikasi. Kalau ada sinyal HP, maka peristiwa itu bisa cepat dikomunikan untuk segera mendatangkan bantuan," katanya.

Bupati Fidelis Pranda juga mengaku bahwa masyarakatnya yang tersebar di sejumlah kepulauan di sekitar kawasan wisata itu sangat membutuhkan sarana komunikasi lewat jaringan telepon tanpa kabel.

Karena itu, ia menyambut gembira keinginan Telkomsel mendirikan stasiun pemancar sinyal (BTS) skala kecil di kawasan wisata yang berada di wilayah Balai Taman Nasional Komodo (TNK) tersebut. Apalagi keberadaan BTS mini itu tidak akan mengganggu kawasan konservasi.

"Mengenai rencana pendirian BTS kecil itu, saya akan koordinasikan dengan berbagai pigak, asalkan keberadaan dan pengerjaannya tidak mengganggu kepentingan konservasi. Kalau soal lahan untuk membangun menara BTS, saya kira tidak ada masalah karena masyarakat akan mendukungnya," tambahnya.

Gilang Prasetya yang didampingi GM Sales & Customer Services Telkomsel Bali Nusra Syaiful Bachri mengatakan bahwa pihaknya berniat mendirikan semacam tower atau menara kecil di kawasan wisata komodo.

Keberadaan menara mini tersebut diyakini tidak akan mengganggu konservasi di kawasan itu, karena operasionalnya bisa menggunakan mesin diesel dan tingginya tidak sampai puluhan meter seperti menara BTS standar.

"Dengan adanya menara mini, akan bisa melayani sekitar 500 pengguna ponsel dalam radius sampai 200 meter. Pembangunannya sangat cepat dan tidak rumit. Kami mohon bantuan bupati untuk bisa merealisasikannya," katanya.

Ia menceritakan bahwa beberapa tahun lalu, Telkomsel berencana mendirikan BTS di kawasan Taman Nasional Komodo, namun keinginan itu ditolak oleh BTNK karena dikhawatirkan mengganggu upaya konservasi.

"Kami sekarang menemukan solusi untuk mendirikan BTS kecil dan kami jamin tidak akan mengganggu upaya konservasi untuk pelestarian satwa komodo," katanya.

Gilang menambahkan, tahun ini perusahaannya memprogramkan pembangunan lima menara BTS di Labuan Bajo dan tiga unit sudah berdiri. "Kami berharap hal itu mendukung semangat masyarakat dalam menggunakan telepon seluler," ucapnya.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010