Denpasar (Antara Bali) - Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra meminta 23 kepala desa yang baru dilantik untuk turut menuntaskan persoalan sampah di kota itu.
"Saya harapkan habis dilantik, para kepala desa bisa langsung bekerja dan harus memikirkan supaya sampah dapat terselesaikan dengan baik," katanya saat menyampaikan sambutan pada pelantikan serentak 23 kepala desa periode 2013-2019 di Denpasar, Senin.
Menurut dia, kinerja para kades yang purnabakti sesungguhnya sudah bagus, tetapi itu tidak boleh melemah. Pihaknya sangat berharap para kades yang baru dengan didasari semangat baru menjadi lebih agresif untuk menangani masalah sampah.
"Dalam mengatasi sampah, yang paling rumit itu mengubah perilaku warga Denpasar. Banyak yang masih membuang sampah tidak terbungkus sehingga perlu ada penyadaran terus-menerus. Kami dorong kades berani menegur jika ditemukan warga seperti itu," ujarnya.
Selain itu, Rai Mantra juga menyadari sarana prasarana persampahan di Denpasar masih belum cukup karena dihadapkan pada persoalan anggaran. Sarana prasarana yang tersedia baru berhasil menangani 50-60 persen dari volume sampah di Kota Denpasar.
Di sisi lain, Wali Kota juga berpesan kepada para kepala desa untuk senantiasa memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat karena melayani merupakan kewajiban bagi seluruh aparatur sesuai dengan konsep Sewaka Dharma yang selama ini telah menjadi landasan Pemerintah Kota Denpasar.
"Kades hendaknya menyadari dan memahami apa yang menjadi tugas dan wewenangnya. Diperlukan pemimpin yang berjiwa pelayan dan bukan yang berjiwa penguasa," katanya.
Persoalan kependudukan terutama bagi pendatang, ujar dia, juga harus diperhatikan bagi para kepala desa. "Tolong tertib administrasi, jangan sampai urbanisasi yang tinggi menimbulkan kesan kemiskinan baru di kota kita. Memang belum tentu yang datang itu bisa diterima bekerja semua di Denpasar dan akhirnya dapat menjadi beban sosial yang tinggi," ujarnya.
Sementara itu Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Denpasar Ketut Wisada menyadari persoalan sampah tidak akan mungkin bisa ditangani semua oleh pihaknya, namun harus dibarengi dengan peran kelompok swakelola.
"Kades maupun lurah perlu mengawal dan ikut menggugah kesadaran masyarakat dalam menangani sampah. Kami bersama kades akan turun melakukan berbagai pembinaan ke masyarakat," ucapnya sembari menyebut mengupayakan melengkapi sarana dan prasarana yang tersedia.
Wisada menambahkan, volume sampah di Kota Denpasar setiap harinya dalam kondisi normal mencapai 2.500-2.700 meter kubik.
Pelantikan 23 kepala desa tersebut yang dipusatkan di Gedung Institut Seni Indonesia Denpasar berlangsung dengan lancar, meskipun beberapa hari sebelumnya warga sempat mempersoalkan pemilihan satu kades yakni Kepala Desa Pemecutan Kaja.
Wali Kota Denpasar akhirnya menetapkan kepada desa terpilih di Pemecutan Kaja sesuai dengan hasil keputusan Badan Permusyawaratan Desa yakni Anak Agung Arwata. (LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
"Saya harapkan habis dilantik, para kepala desa bisa langsung bekerja dan harus memikirkan supaya sampah dapat terselesaikan dengan baik," katanya saat menyampaikan sambutan pada pelantikan serentak 23 kepala desa periode 2013-2019 di Denpasar, Senin.
Menurut dia, kinerja para kades yang purnabakti sesungguhnya sudah bagus, tetapi itu tidak boleh melemah. Pihaknya sangat berharap para kades yang baru dengan didasari semangat baru menjadi lebih agresif untuk menangani masalah sampah.
"Dalam mengatasi sampah, yang paling rumit itu mengubah perilaku warga Denpasar. Banyak yang masih membuang sampah tidak terbungkus sehingga perlu ada penyadaran terus-menerus. Kami dorong kades berani menegur jika ditemukan warga seperti itu," ujarnya.
Selain itu, Rai Mantra juga menyadari sarana prasarana persampahan di Denpasar masih belum cukup karena dihadapkan pada persoalan anggaran. Sarana prasarana yang tersedia baru berhasil menangani 50-60 persen dari volume sampah di Kota Denpasar.
Di sisi lain, Wali Kota juga berpesan kepada para kepala desa untuk senantiasa memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat karena melayani merupakan kewajiban bagi seluruh aparatur sesuai dengan konsep Sewaka Dharma yang selama ini telah menjadi landasan Pemerintah Kota Denpasar.
"Kades hendaknya menyadari dan memahami apa yang menjadi tugas dan wewenangnya. Diperlukan pemimpin yang berjiwa pelayan dan bukan yang berjiwa penguasa," katanya.
Persoalan kependudukan terutama bagi pendatang, ujar dia, juga harus diperhatikan bagi para kepala desa. "Tolong tertib administrasi, jangan sampai urbanisasi yang tinggi menimbulkan kesan kemiskinan baru di kota kita. Memang belum tentu yang datang itu bisa diterima bekerja semua di Denpasar dan akhirnya dapat menjadi beban sosial yang tinggi," ujarnya.
Sementara itu Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Denpasar Ketut Wisada menyadari persoalan sampah tidak akan mungkin bisa ditangani semua oleh pihaknya, namun harus dibarengi dengan peran kelompok swakelola.
"Kades maupun lurah perlu mengawal dan ikut menggugah kesadaran masyarakat dalam menangani sampah. Kami bersama kades akan turun melakukan berbagai pembinaan ke masyarakat," ucapnya sembari menyebut mengupayakan melengkapi sarana dan prasarana yang tersedia.
Wisada menambahkan, volume sampah di Kota Denpasar setiap harinya dalam kondisi normal mencapai 2.500-2.700 meter kubik.
Pelantikan 23 kepala desa tersebut yang dipusatkan di Gedung Institut Seni Indonesia Denpasar berlangsung dengan lancar, meskipun beberapa hari sebelumnya warga sempat mempersoalkan pemilihan satu kades yakni Kepala Desa Pemecutan Kaja.
Wali Kota Denpasar akhirnya menetapkan kepada desa terpilih di Pemecutan Kaja sesuai dengan hasil keputusan Badan Permusyawaratan Desa yakni Anak Agung Arwata. (LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013