Denpasar (Antara Bali) - Seni rupa tradisional Bali yang kini mencuat ke permukaan berkembang lewat lintas tradisi dan didukung pihak akademisi setempat yang menawarkan pergeseran dengan mengusung pola kreativitas.
"Semua itu sebagai proses evolusi perkembangan sejarah pengukuhan identitas seni rupa tradisional Bali yang secara terus menerus memberikan inspirasi kreativitas kesenian," kata Anak Agung Gede Rai, praktisi dan pelaku seni di Denpasar, Sabtu.
Pendiri dan pemilik Museum Arma di perkampungan seniman Ubud itu sebelumnya tampil sebagai pembicara dalam seminar seni rupa yang digelar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekrap) di kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar.
Seni rupa tradisional menyandang pola baku yang mewariskan tradisi secara turun temurun hingga sekarang itu. Dengan demikian budaya kesenian yang diwarisi hingga sekarang lahir dari sebuah ketulusan.
"Sifat keluguan dari para seniman dulu mengungkapkan sebuah keiklasan pengabdian yang `ajeg` (kokoh) terhadap kehidupan beragama dan kemasyarakatan," ujar Agung Rai yang sukses mengelola museum dengan ratusan koleksi karya seni rupa.
Kondisi itu didukung oleh semakin kuatnya akar budaya tradisional Bali dalam semua sendi kehidupan, yang menyebabkan hampir semua seniman tradisional Pulau Dewata tidak berpikir mengenai imbalan yang akan diterimanya.
Agung Rai menambahkan, seniman Bali tetap berkarya untuk menghasilkan karya hasil kreativitas yang terbaik. "Entah mereka berperan dalam posisi sebagai pencipta atau sekadar pelaku," ujarnya.
"Yang terlintas hanyalah bentuk pengabdian sebagai sebuah `yadnya`, pengorbanan suci secara tulus ikhlas dan idealisme ini kian berdenyut dalam nadi masyarakat pendukungnya," tutur Agung Rai.
Seiring perkembangan zaman muncul kekhawatiran menyangkut konservasi dan pengembangan seni rupa tradisional Bali cenderung nampak kekhasannya (superficial). Jika diamati dalam proses interaksi yang hanya digelembungkan lewat pariwisata rasanya tak bisa mengurus semangat maupun penciptaan seni rupa tradisional Bali.
Hal itu akibat aspek pendukung yang lebih mendasar dan memberikan fondasi kuat pada konstruksi seni lukis Bali. Seni rupa tradisional merupakan analisis kebutuhan adat istiadat dan agama.
Dengan demikian merupakan jalan pengabdian dan penyatuan dengan Sang Pencipta untuk memberikan ilham seni yang langgeng, ujar Agung Rai. (WRA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
"Semua itu sebagai proses evolusi perkembangan sejarah pengukuhan identitas seni rupa tradisional Bali yang secara terus menerus memberikan inspirasi kreativitas kesenian," kata Anak Agung Gede Rai, praktisi dan pelaku seni di Denpasar, Sabtu.
Pendiri dan pemilik Museum Arma di perkampungan seniman Ubud itu sebelumnya tampil sebagai pembicara dalam seminar seni rupa yang digelar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekrap) di kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar.
Seni rupa tradisional menyandang pola baku yang mewariskan tradisi secara turun temurun hingga sekarang itu. Dengan demikian budaya kesenian yang diwarisi hingga sekarang lahir dari sebuah ketulusan.
"Sifat keluguan dari para seniman dulu mengungkapkan sebuah keiklasan pengabdian yang `ajeg` (kokoh) terhadap kehidupan beragama dan kemasyarakatan," ujar Agung Rai yang sukses mengelola museum dengan ratusan koleksi karya seni rupa.
Kondisi itu didukung oleh semakin kuatnya akar budaya tradisional Bali dalam semua sendi kehidupan, yang menyebabkan hampir semua seniman tradisional Pulau Dewata tidak berpikir mengenai imbalan yang akan diterimanya.
Agung Rai menambahkan, seniman Bali tetap berkarya untuk menghasilkan karya hasil kreativitas yang terbaik. "Entah mereka berperan dalam posisi sebagai pencipta atau sekadar pelaku," ujarnya.
"Yang terlintas hanyalah bentuk pengabdian sebagai sebuah `yadnya`, pengorbanan suci secara tulus ikhlas dan idealisme ini kian berdenyut dalam nadi masyarakat pendukungnya," tutur Agung Rai.
Seiring perkembangan zaman muncul kekhawatiran menyangkut konservasi dan pengembangan seni rupa tradisional Bali cenderung nampak kekhasannya (superficial). Jika diamati dalam proses interaksi yang hanya digelembungkan lewat pariwisata rasanya tak bisa mengurus semangat maupun penciptaan seni rupa tradisional Bali.
Hal itu akibat aspek pendukung yang lebih mendasar dan memberikan fondasi kuat pada konstruksi seni lukis Bali. Seni rupa tradisional merupakan analisis kebutuhan adat istiadat dan agama.
Dengan demikian merupakan jalan pengabdian dan penyatuan dengan Sang Pencipta untuk memberikan ilham seni yang langgeng, ujar Agung Rai. (WRA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013