Denpasar (Antara Bali) - Bentara Budaya Bali (BBB), lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia di Ketewel, Kabupaten Gianyar menggelar program Bali Tempo Doeloe dengan mengetengahkan penayangan video dokumenter mengenai kondisi Bali di masa lalu.
"Kegiatan itu disatukan dengan diskusi mengenai kekinian dan masa depan Pulau Dewata dalam seri ketiga bulan September 2013," kata staf BBB Putu Aryastawa di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, Bali Tempo Doeloe mengetengahkan topik "Denpasar dalam Tantangan Zaman yang akan digelar Sabtu malam, 21 September 2013.
Film yang diputar merupakan dokumentasi khusus mengenai kondisi sosial budaya kota Denpasar yang dibuat oleh Charlie Chaplin dalam kunjungan ke Bali di tahun 1932.
Selain itu juga dokumentasi mengenai kekinian lanskap kota Denpasar yang dapat terlaksana berkat kerja sama dengan Sinematek Indonesia.
Sebuah kota tumbuh sejalan dengan dinamika sosial, ekonomi, dan kultural masyarakatnya. Arus urbanisasi, perubahan komposisi demografi, serta peralihan cara pandang penduduknya terhadap tradisi dan modernitas.
Kota Denpasar, ibukota Provinsi Bali sejak 1992 ditetapkan sebagai Pemerintah Kota dengan otoritas pemerintahan yang mandiri. sejarah kota Denpasar sebenarnya bermula bahkan jauh sebelum masa kolonial, yakni pada 1788.
Tahun berdirinya Puri Denpasar, sebuah kerajaan lokal yang tercatat turut berperan dalam dinamika sejarah di Bali. Telah terdapat beberapa upaya yang dilakukan untuk mendokumentasikan kota Denpasar di masa lalu berikut kondisi-kondisi terkininya.
Para penyair Bali antara lain Made Sukada, Made Dharna, Made Sanggra, Ngurah Parsua, dan sebagainya telah pula menulis tematik perihal kota Denpasar yang terangkum dalam berbagai buku antologi puisi.
Ada juga musik dan lagu yang menggambarkan perubahan kota Denpasar, sebagaimana yang ditulis oleh I Gusti Putu Wedasmara, Anak Agung Made Cakra dan Rakadhanu.
Belum lagi karya sinema dan seni rupa, yang masing-masing merefleksikan pandangannya tentang perubahan kondisi kota Denpasar.
Putu Aryastawa menambahkan, perubahan signifikan telah terjadi, apakah semata-mata hanya permukaan wajah kota dengan demografi kawasannya yang kian padat penduduk, sebagai akibat dari dibukanya kota Denpasar sebagai sentra ekonomi dan salah satu destinasi pariwisata.
Demikian pula generasi mudanya dinilai semakin jauh dari akar budaya tradisi dan lebih mengadaptasi wujud-wujud kemodernan.
Acara yang digelar kali ini bukan untuk mengenang kembali eksotisme tentang Bali di masa lampau, yang menjadikannya tersohor sebagai pulau destinasi pariwisata.
Namun program kali ini merupakan wujud sumbangan semua pihak dalam menyikapi kondisi kekinian Bali sekaligus refleksinya bagi masa mendatang yang lebih baik, ujar Putu Aryastawa.
Bali Tempo Doeloe kali ini menghadirkan dokumenter film mengenai kondisi kota Denpasar di masa lalu dan kini, dikaitkan dengan diskusi perihal aspek perubahan yang melingkupinya.
Pembicaranya adalah Dr Putu Sukardja, sekretaris program pascasarjana S3 Kajian Budaya Universitas Udayana dan peneliti berbagai bidang kebudayaan kota Denpasar, yang akan membahas wujud kebudayaan kota Denpasar berikut nilai sosial yang ditengarai makin memudar. (LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
"Kegiatan itu disatukan dengan diskusi mengenai kekinian dan masa depan Pulau Dewata dalam seri ketiga bulan September 2013," kata staf BBB Putu Aryastawa di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, Bali Tempo Doeloe mengetengahkan topik "Denpasar dalam Tantangan Zaman yang akan digelar Sabtu malam, 21 September 2013.
Film yang diputar merupakan dokumentasi khusus mengenai kondisi sosial budaya kota Denpasar yang dibuat oleh Charlie Chaplin dalam kunjungan ke Bali di tahun 1932.
Selain itu juga dokumentasi mengenai kekinian lanskap kota Denpasar yang dapat terlaksana berkat kerja sama dengan Sinematek Indonesia.
Sebuah kota tumbuh sejalan dengan dinamika sosial, ekonomi, dan kultural masyarakatnya. Arus urbanisasi, perubahan komposisi demografi, serta peralihan cara pandang penduduknya terhadap tradisi dan modernitas.
Kota Denpasar, ibukota Provinsi Bali sejak 1992 ditetapkan sebagai Pemerintah Kota dengan otoritas pemerintahan yang mandiri. sejarah kota Denpasar sebenarnya bermula bahkan jauh sebelum masa kolonial, yakni pada 1788.
Tahun berdirinya Puri Denpasar, sebuah kerajaan lokal yang tercatat turut berperan dalam dinamika sejarah di Bali. Telah terdapat beberapa upaya yang dilakukan untuk mendokumentasikan kota Denpasar di masa lalu berikut kondisi-kondisi terkininya.
Para penyair Bali antara lain Made Sukada, Made Dharna, Made Sanggra, Ngurah Parsua, dan sebagainya telah pula menulis tematik perihal kota Denpasar yang terangkum dalam berbagai buku antologi puisi.
Ada juga musik dan lagu yang menggambarkan perubahan kota Denpasar, sebagaimana yang ditulis oleh I Gusti Putu Wedasmara, Anak Agung Made Cakra dan Rakadhanu.
Belum lagi karya sinema dan seni rupa, yang masing-masing merefleksikan pandangannya tentang perubahan kondisi kota Denpasar.
Putu Aryastawa menambahkan, perubahan signifikan telah terjadi, apakah semata-mata hanya permukaan wajah kota dengan demografi kawasannya yang kian padat penduduk, sebagai akibat dari dibukanya kota Denpasar sebagai sentra ekonomi dan salah satu destinasi pariwisata.
Demikian pula generasi mudanya dinilai semakin jauh dari akar budaya tradisi dan lebih mengadaptasi wujud-wujud kemodernan.
Acara yang digelar kali ini bukan untuk mengenang kembali eksotisme tentang Bali di masa lampau, yang menjadikannya tersohor sebagai pulau destinasi pariwisata.
Namun program kali ini merupakan wujud sumbangan semua pihak dalam menyikapi kondisi kekinian Bali sekaligus refleksinya bagi masa mendatang yang lebih baik, ujar Putu Aryastawa.
Bali Tempo Doeloe kali ini menghadirkan dokumenter film mengenai kondisi kota Denpasar di masa lalu dan kini, dikaitkan dengan diskusi perihal aspek perubahan yang melingkupinya.
Pembicaranya adalah Dr Putu Sukardja, sekretaris program pascasarjana S3 Kajian Budaya Universitas Udayana dan peneliti berbagai bidang kebudayaan kota Denpasar, yang akan membahas wujud kebudayaan kota Denpasar berikut nilai sosial yang ditengarai makin memudar. (LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013