Denpasar (Antara Bali) - Koordinator LSM Kita Sayang Remaja (Kisara) I Gusti Agung Agus Mahendra menginginkan informasi mengenai kesehatan reproduksi diperluas di tengah tingginya infeksi menular seksual yang terjadi pada remaja di Kota Denpasar.
"Berdasarkan data hasil Klinik Catur Warga - Persatuan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Bali saja, tak sedikit remaja yang harus menjalani pemeriksaan dan pengobatan IMS, tes HIV dan mendapatkan pelayanan KB," kata koordinator LSM yang fokus menangani permasalahan remaja itu, di Denpasar, Selasa.
Berdasarkan data pemeriksaan di Klinik Catur Warga, Denpasar selama 2012 ada 112 remaja yang mendapat layanan pemeriksaan dan pengobatan IMS, sedangkan dari Januri-Juni 2013 sudah ada 111 remaja. Jumlah itu di luar yang mendapat layanan keliling atau "mobile service" yakni 34 remaja (2012) dan 18 remaja (Januari-Juni 2013).
"Yang kami kelompokkan remaja berdasarkan pengunjung ke Klinik Catur Warga yakni mereka yang berusia 10-24 tahun. Remaja yang datang ke sini semua dicatat, tetapi identitasnya dirahasiakan," ucapnya.
Sementara untuk remaja yang dilayani pemeriksaan HIV pada Klinik Catur Warga, pada kurun 2012 mencapai 209 orang dan layanan keliling 46 orang. Sedangkan dari Januari-Juni 2013, pemeriksaan HIV di klinik sudah 91 remaja dan lewat layanan keliling 14 remaja.
"Memang data yang kami kemukakan ini tidak dapat digeneralisasi untuk Kota Denpasar, apalagi Bali, karena hanya diambil dari data pemeriksaan satu klinik. Tetapi data ini menunjukkan cukup tinggi juga penyakit yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi yang diderita remaja," ucapnya.
Di samping itu tidak sedikit pula remaja yang mengalami kehamilan tidak diinginkan (KTD) dan harus mendapat pelayanan KB.
"Kami rasa akses informasi bagi remaja perlu diperluas bahkan hingga pelosok pedesaan. Selama ini untuk Kisara sendiri sudah melakukan penjangkauan ke berbagai komponen remaja," katanya.
Untuk periode September 2012-Juni 2013, yang sudah dijangkau Kisara untuk remaja kelompok gay (18 orang), waria (35), lesbian (29), sekaa teruna-teruni/perkumpulan pemuda dusun adat (130) dan pekerja seks perempuan (25).
Kisara juga memfasilitasi pembentukan kelompok remaja berbasis komunitas dan mengadakan pendekatan pada sekolah-sekolah untuk mengimplementasikan informasi kesehatan reproduksi pada intrakurikuler dan ekstrakurikuler sekolah.
"Intinya kami ingin remaja lebih peduli terhadap kesehatannya dan berdaya untuk membuat pilihan menyangkut kesehatan reproduksi dan seksual serta mampu mempraktikkan pilihan mereka itu," ujar Mahendra. (LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
"Berdasarkan data hasil Klinik Catur Warga - Persatuan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Bali saja, tak sedikit remaja yang harus menjalani pemeriksaan dan pengobatan IMS, tes HIV dan mendapatkan pelayanan KB," kata koordinator LSM yang fokus menangani permasalahan remaja itu, di Denpasar, Selasa.
Berdasarkan data pemeriksaan di Klinik Catur Warga, Denpasar selama 2012 ada 112 remaja yang mendapat layanan pemeriksaan dan pengobatan IMS, sedangkan dari Januri-Juni 2013 sudah ada 111 remaja. Jumlah itu di luar yang mendapat layanan keliling atau "mobile service" yakni 34 remaja (2012) dan 18 remaja (Januari-Juni 2013).
"Yang kami kelompokkan remaja berdasarkan pengunjung ke Klinik Catur Warga yakni mereka yang berusia 10-24 tahun. Remaja yang datang ke sini semua dicatat, tetapi identitasnya dirahasiakan," ucapnya.
Sementara untuk remaja yang dilayani pemeriksaan HIV pada Klinik Catur Warga, pada kurun 2012 mencapai 209 orang dan layanan keliling 46 orang. Sedangkan dari Januari-Juni 2013, pemeriksaan HIV di klinik sudah 91 remaja dan lewat layanan keliling 14 remaja.
"Memang data yang kami kemukakan ini tidak dapat digeneralisasi untuk Kota Denpasar, apalagi Bali, karena hanya diambil dari data pemeriksaan satu klinik. Tetapi data ini menunjukkan cukup tinggi juga penyakit yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi yang diderita remaja," ucapnya.
Di samping itu tidak sedikit pula remaja yang mengalami kehamilan tidak diinginkan (KTD) dan harus mendapat pelayanan KB.
"Kami rasa akses informasi bagi remaja perlu diperluas bahkan hingga pelosok pedesaan. Selama ini untuk Kisara sendiri sudah melakukan penjangkauan ke berbagai komponen remaja," katanya.
Untuk periode September 2012-Juni 2013, yang sudah dijangkau Kisara untuk remaja kelompok gay (18 orang), waria (35), lesbian (29), sekaa teruna-teruni/perkumpulan pemuda dusun adat (130) dan pekerja seks perempuan (25).
Kisara juga memfasilitasi pembentukan kelompok remaja berbasis komunitas dan mengadakan pendekatan pada sekolah-sekolah untuk mengimplementasikan informasi kesehatan reproduksi pada intrakurikuler dan ekstrakurikuler sekolah.
"Intinya kami ingin remaja lebih peduli terhadap kesehatannya dan berdaya untuk membuat pilihan menyangkut kesehatan reproduksi dan seksual serta mampu mempraktikkan pilihan mereka itu," ujar Mahendra. (LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013