Makassar (Antara Bali) - Pemerintah Kota Makassar, Sulawesi Selatan, terus berupaya mengembangkan potensi pesisir melalui pemberdayaan masyarakat dan pengembangan wisata bahari.
"Kami memiliki pantai yang cukup luas sehingga pengalokasian kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang diharapkan menjadi "surga" para pelancong, sebab kami pengembangan wisata bahari yang berbasis konservasi dan masyarakat," Asisten III Bidang Ekonomi dan Keuangan Kota Makassar Syahrir Sappaile.
Syahrir Sappaile mengatakan hal itu saat menerima peserta Pekan Informasi Pembangunan (PIP) Kabupaten Badung, Bali, di Makassar, Kamis.
Menurut dia, langkah yang dilakukan merupakan wujud nyata upaya pengelolaan sumber daya alam demi keberlanjutan pemanfaatannya.
"Pengembangan wisata bahari di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan salah satu pendekatan terkini kepada masyarakat setempat," katanya.
Ia mengatakan pengembangan wisata bahari dianggap sebagai manifestasi keinginan masyarakat untuk mempertahankan keberadaan sumber daya alam pesisir dan laut bagi pemenuhan kebutuhannya untuk dapat dimanfaatkan secara lestari.
"Semua itu adalah kebutuhan masyarakat, khususnya warga Kota makassar dalam kebutuhan untuk menikmati keindahan alam, dan kebutuhan untuk melindungi hak sebagai pemilik sumber daya dari pengguna luar," katanya.
Dikatakan, pengembangan wisata bahari sebagai destinasi unggulan di Kota Makassar dan sangatlah prospektif mengingat Kota Makassar berada di Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan dan terletak di pesisir pantai bagian selatan Pulau Sulawesi yang mempunyai 11 pulau-pulau kecil.
"Pulau-pulau kecil di Sulsel itu, antara lain Pulau Kayangan, Pulau Samalona, Pulau Kodingarengkeke, dan Pulau Lanyukang, dengan luas keseluruhan 178,5 hektare atau 1,1 persen dari luas kawasan daratan," ucapnya.
Selain itu, kata dia, wilayah tersebut memiliki hamparan terumbu karang dan lamun, panorama pantai dan laut yang indah, serta kaya akan keragaman potensi sumberdaya pulau-pulau kecil pendukung kegiatan pemanfaatan jasa-jasa pariwisata.
Dengan demikian, Kota Makassar berupaya mengembangkan kawasan pesisir dan laut Kota Makassar secara langsung adalah wisata Pantai Losari, Pantai Akkarena, Pantai Tanjung Bunga, dengan kegiatan wisata seperti berperahu, berenang, sky air, memancing serta olahraga pantai lainnya.
Sedangkan wisata "theme park dan outbound" yang dikembangkan adalah di Trans Studio dan Pantai Akkarena. Wisata sejarah dan budaya yaitu Benteng Rotterdam, Benteng Sombaopu, Taman Miniatur Sulawesi Selatan, dan Pelabuhan Rakyat Paotereq.
Syahrir lebih lanjut mengatakan keberadaan dari potensi pesisir dan pulau-pulau kecil ini sebagai daerah tujuan wisata unggulan untuk pengembangan wisata bahari merupakan aset yang sangat berharga bagi pendapatan daerah.
Bila dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah, maka pengembangan wisata bahari diharapkan menjadi sumber pemasukan bagi Pemerintah Kota Makassar.
Wisata Bahari
Hal senada juga disampaikan Kepala Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Badung Made Badra, bahwa potensi daerah pesisir di wilayah itu cukup luas, sehingga harus diberdayakan secara maksimal.
"Panjang garis pantai Kabupaten Badung yang dimiliki mencapai 82 kilometer. Karena itu potensi yang dikembangkan bersama masyarakat pesisir sangat berpeluang," katanya di sela-sela acara PIP 2013 ke Kota Makassar dan Kabupaten Wakatobi (Sulawesi Tenggara).
Ia mengatakan untuk mengelola potensi yang ada pihaknya juga melakukan studi banding ke beberapa daerah lebih maju dalam pengembangan wilayah pesisir, salah satunya ke Makassar dan Wakatobi.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Kabupaten Badung Kompyang R Swandika mengatakan akan terus berupaya memanfaatkan potensi kelautan di wilayahnya.
"Walau pun panjang pantai yang terbatas, tetapi kami harus bisa memanfaatkan menjadi sektor unggulan untuk membantu perekonomian masyarakat tanpa menghilangkan akar adat dan budaya di Bali," katanya.
Ia mengatakan salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan membuat rumpon berbentuk patung agar bisa merangsang ikan-ikan hidup di laut dan di sisi lain bisa menjadi nilai jual dari sektor pariwisata.
"Ini kami lakukan di perairan kawasan wisata Nusa Dua, sehingga ke depannya juga menjadi wisata selam yang lebih mengkesankan, karena nantinya rumpun berbentuk patung itu akan menjadi tempat tumbuhnya karang dan biota laut," ucapnya.
Ketua Badan Pengawas Koperasi Segaraning Harum I Made Mentra mengatakan aktivitas para nelayan di pesisir pantai Kabupaten Badung, kini cenderung mengarah pada usaha mendukung pengembangan sektor pariwisata yang berkembang pesat di daerah itu.
"Badung sebagai pusat pengembangan pariwisata di Bali memberikan dampak positif terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk para nelayan," katanya.
Ia mengatakan koperasi yang berlokasi di kawasan Tanjung Benoa, Nusa Dua itu sebagian besar anggotanya adalah nelayan. Namun kenyataan para nelayan itu tidak hanya sekedar menangkap ikan, juga sebagai pemandu pariwisata di kawasan itu.
"Dengan menggunakan sarana jukung (perahu tradisional), nelayan tetap melaut, bukan untuk menangkap ikan, tetapi mengantar para wisatawan mancanegara yang ingin menikmati keindahan panorama alam bawah laut," ujar Made Mentra.
Ia mengatakan, sebagian nelayan lainnya tetap menangkap ikan, namun hasil tangkapannya terus menurun akibat faktor cuaca dan habitat ikan yang berpindah-pindah ke laut dalam.
Oleh karena itu, kata dia, untuk mempertahankan status nelayan, Made Mentra bersama rekan-rekannya mencari peluang untuk tetap hidup dan mempertahankan statusnya sebagai nelayan, meskipun terhimpit akibat perkembangan pariwisata.
Lambat laun akibat perkembangan pariwisata sekarang ini bukan menjadi hambatan bagi para nelayan, malah menjadi sektor pendukung perekonomiannya.
"Hingga saat ini ada 20 kelompok nelayan yang berada di bawah naungannya bisa bertahan hidup dan perekonomian mereka terus mengalami kemajuan," katanya. (LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
"Kami memiliki pantai yang cukup luas sehingga pengalokasian kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang diharapkan menjadi "surga" para pelancong, sebab kami pengembangan wisata bahari yang berbasis konservasi dan masyarakat," Asisten III Bidang Ekonomi dan Keuangan Kota Makassar Syahrir Sappaile.
Syahrir Sappaile mengatakan hal itu saat menerima peserta Pekan Informasi Pembangunan (PIP) Kabupaten Badung, Bali, di Makassar, Kamis.
Menurut dia, langkah yang dilakukan merupakan wujud nyata upaya pengelolaan sumber daya alam demi keberlanjutan pemanfaatannya.
"Pengembangan wisata bahari di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan salah satu pendekatan terkini kepada masyarakat setempat," katanya.
Ia mengatakan pengembangan wisata bahari dianggap sebagai manifestasi keinginan masyarakat untuk mempertahankan keberadaan sumber daya alam pesisir dan laut bagi pemenuhan kebutuhannya untuk dapat dimanfaatkan secara lestari.
"Semua itu adalah kebutuhan masyarakat, khususnya warga Kota makassar dalam kebutuhan untuk menikmati keindahan alam, dan kebutuhan untuk melindungi hak sebagai pemilik sumber daya dari pengguna luar," katanya.
Dikatakan, pengembangan wisata bahari sebagai destinasi unggulan di Kota Makassar dan sangatlah prospektif mengingat Kota Makassar berada di Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan dan terletak di pesisir pantai bagian selatan Pulau Sulawesi yang mempunyai 11 pulau-pulau kecil.
"Pulau-pulau kecil di Sulsel itu, antara lain Pulau Kayangan, Pulau Samalona, Pulau Kodingarengkeke, dan Pulau Lanyukang, dengan luas keseluruhan 178,5 hektare atau 1,1 persen dari luas kawasan daratan," ucapnya.
Selain itu, kata dia, wilayah tersebut memiliki hamparan terumbu karang dan lamun, panorama pantai dan laut yang indah, serta kaya akan keragaman potensi sumberdaya pulau-pulau kecil pendukung kegiatan pemanfaatan jasa-jasa pariwisata.
Dengan demikian, Kota Makassar berupaya mengembangkan kawasan pesisir dan laut Kota Makassar secara langsung adalah wisata Pantai Losari, Pantai Akkarena, Pantai Tanjung Bunga, dengan kegiatan wisata seperti berperahu, berenang, sky air, memancing serta olahraga pantai lainnya.
Sedangkan wisata "theme park dan outbound" yang dikembangkan adalah di Trans Studio dan Pantai Akkarena. Wisata sejarah dan budaya yaitu Benteng Rotterdam, Benteng Sombaopu, Taman Miniatur Sulawesi Selatan, dan Pelabuhan Rakyat Paotereq.
Syahrir lebih lanjut mengatakan keberadaan dari potensi pesisir dan pulau-pulau kecil ini sebagai daerah tujuan wisata unggulan untuk pengembangan wisata bahari merupakan aset yang sangat berharga bagi pendapatan daerah.
Bila dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah, maka pengembangan wisata bahari diharapkan menjadi sumber pemasukan bagi Pemerintah Kota Makassar.
Wisata Bahari
Hal senada juga disampaikan Kepala Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Badung Made Badra, bahwa potensi daerah pesisir di wilayah itu cukup luas, sehingga harus diberdayakan secara maksimal.
"Panjang garis pantai Kabupaten Badung yang dimiliki mencapai 82 kilometer. Karena itu potensi yang dikembangkan bersama masyarakat pesisir sangat berpeluang," katanya di sela-sela acara PIP 2013 ke Kota Makassar dan Kabupaten Wakatobi (Sulawesi Tenggara).
Ia mengatakan untuk mengelola potensi yang ada pihaknya juga melakukan studi banding ke beberapa daerah lebih maju dalam pengembangan wilayah pesisir, salah satunya ke Makassar dan Wakatobi.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Kabupaten Badung Kompyang R Swandika mengatakan akan terus berupaya memanfaatkan potensi kelautan di wilayahnya.
"Walau pun panjang pantai yang terbatas, tetapi kami harus bisa memanfaatkan menjadi sektor unggulan untuk membantu perekonomian masyarakat tanpa menghilangkan akar adat dan budaya di Bali," katanya.
Ia mengatakan salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan membuat rumpon berbentuk patung agar bisa merangsang ikan-ikan hidup di laut dan di sisi lain bisa menjadi nilai jual dari sektor pariwisata.
"Ini kami lakukan di perairan kawasan wisata Nusa Dua, sehingga ke depannya juga menjadi wisata selam yang lebih mengkesankan, karena nantinya rumpun berbentuk patung itu akan menjadi tempat tumbuhnya karang dan biota laut," ucapnya.
Ketua Badan Pengawas Koperasi Segaraning Harum I Made Mentra mengatakan aktivitas para nelayan di pesisir pantai Kabupaten Badung, kini cenderung mengarah pada usaha mendukung pengembangan sektor pariwisata yang berkembang pesat di daerah itu.
"Badung sebagai pusat pengembangan pariwisata di Bali memberikan dampak positif terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk para nelayan," katanya.
Ia mengatakan koperasi yang berlokasi di kawasan Tanjung Benoa, Nusa Dua itu sebagian besar anggotanya adalah nelayan. Namun kenyataan para nelayan itu tidak hanya sekedar menangkap ikan, juga sebagai pemandu pariwisata di kawasan itu.
"Dengan menggunakan sarana jukung (perahu tradisional), nelayan tetap melaut, bukan untuk menangkap ikan, tetapi mengantar para wisatawan mancanegara yang ingin menikmati keindahan panorama alam bawah laut," ujar Made Mentra.
Ia mengatakan, sebagian nelayan lainnya tetap menangkap ikan, namun hasil tangkapannya terus menurun akibat faktor cuaca dan habitat ikan yang berpindah-pindah ke laut dalam.
Oleh karena itu, kata dia, untuk mempertahankan status nelayan, Made Mentra bersama rekan-rekannya mencari peluang untuk tetap hidup dan mempertahankan statusnya sebagai nelayan, meskipun terhimpit akibat perkembangan pariwisata.
Lambat laun akibat perkembangan pariwisata sekarang ini bukan menjadi hambatan bagi para nelayan, malah menjadi sektor pendukung perekonomiannya.
"Hingga saat ini ada 20 kelompok nelayan yang berada di bawah naungannya bisa bertahan hidup dan perekonomian mereka terus mengalami kemajuan," katanya. (LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013