Bandarlampung (Antara Bali) - Sejumlah pemangku adat kalangan umat Hindu di Kota Bandarlampung dari empat banjar menggelar pawai ogoh-ogoh simbol Bhuta Kala.
Arak-arakan ogoh-ogoh yang digelar di kawasan Tugu Adipura pusat Kota Bandarlampung, Senin, ini untuk menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1935 di Bandarlampung yang merupakan bentuk sumbangsih umat Hindu untuk menjalin rasa kebersamaan dalam keberagaman antarumat beragama.
Keberadaan ogoh-ogoh di bundaran Tugu Adipura yang merupakan salah satu ruas jalan cukup padat di Bandarlampung itu menarik perhatian warga masyarakat yang lalu lalang di tempat ini.
Sosok raksasa berwajah menyeramkan, bertaring dengan mata melotot, lidah menjulur dan perut buncit serta berambut gimbal awut-awutan itu dilukiskan turun ke bumi, diarak keliling banjar, desa dan kota di Bandarlampung hingga malam peralihan Tahun Saka dari 1934 ke Tahun Baru Saka 1935.
Makhluk yang menyerupai bentuk Bhuta Kala itu, sejalan dengan makna untuk mengusir roh jahat, menetralkan semua kekuatan dan pengaruh negatif dari roh atau makluk kasat mata.
Ogoh-ogoh itu setelah diarak akan dibakar atau dilebur, sehingga dunia beserta isinya diharapkan kembali bersih dan bebas dari segala gangguan makhluk maupun roh jahat. (LHS/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
Arak-arakan ogoh-ogoh yang digelar di kawasan Tugu Adipura pusat Kota Bandarlampung, Senin, ini untuk menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1935 di Bandarlampung yang merupakan bentuk sumbangsih umat Hindu untuk menjalin rasa kebersamaan dalam keberagaman antarumat beragama.
Keberadaan ogoh-ogoh di bundaran Tugu Adipura yang merupakan salah satu ruas jalan cukup padat di Bandarlampung itu menarik perhatian warga masyarakat yang lalu lalang di tempat ini.
Sosok raksasa berwajah menyeramkan, bertaring dengan mata melotot, lidah menjulur dan perut buncit serta berambut gimbal awut-awutan itu dilukiskan turun ke bumi, diarak keliling banjar, desa dan kota di Bandarlampung hingga malam peralihan Tahun Saka dari 1934 ke Tahun Baru Saka 1935.
Makhluk yang menyerupai bentuk Bhuta Kala itu, sejalan dengan makna untuk mengusir roh jahat, menetralkan semua kekuatan dan pengaruh negatif dari roh atau makluk kasat mata.
Ogoh-ogoh itu setelah diarak akan dibakar atau dilebur, sehingga dunia beserta isinya diharapkan kembali bersih dan bebas dari segala gangguan makhluk maupun roh jahat. (LHS/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013