Sebanyak 3.204 mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja, Bali mengikuti program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang menjadi salah satu program unggulan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek).
 
"Komitmen tersebut diwujudkan melalui aksi nyata dengan memfasilitasi dan mendorong mahasiswa untuk ikut serta," kata Duta MBKM Undiksha, Dr. I Putu Mas Dewantara, di Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali, Jumat.
 
Menurut dia, ribuan mahasiswa peserta MBKM tersebut terbagi dalam program magang regular sebanyak 457 orang, program kampus mengajar angkatan VII sebanyak 843 orang, dan program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) IV sebanyak 34 orang.
 
Terdapat pula mahasiswa BMKM pada program magang MSIB sebanyak 19 orang, program studi independen MSIB sebanyak 43 orang, program asistensi mengajar regular sebanyak 533 orang, dan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Reguler sebanyak 1.275 orang.
 
Ia menyampaikan, salah satu manfaat utama MBKM adalah menciptakan sinergi antara pendidikan tinggi dan dunia kerja. Melalui program ini, mahasiswa tidak hanya dibekali dengan pengetahuan teoretis di kampus, tetapi juga mendapatkan pengalaman praktis yang langsung relevan dengan industri melalui program magang, proyek riset, dan kegiatan kolaboratif lainnya.

Baca juga: Undiksha Singaraja lepas 303 peserta program PMM
 
"Dengan demikian, mereka bisa menerapkan ilmu yang dipelajari dan mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja nyata,” katanya.
 
Pelaksanaan MBKM di Undiksha tidak selalu mulus. Beberapa kendala pernah dihadapi, seperti perbedaan kurikulum antara perguruan tinggi dan kebutuhan industri, keterbatasan fasilitas di kampus, dan kurangnya partisipasi dari perusahaan dalam program ini.
 
Meski demikian, ada alasan kuat untuk tetap optimistis bahwa hambatan-hambatan ini dapat diatasi dengan upaya kolaboratif dan inovatif.
 
Dia menjelaskan, Permendikbudristek Nomor 53 tahun 2023 telah memberikan kerangka kerja yang lebih jelas dan mendukung fleksibilitas kurikulum. Aturan ini memungkinkan perguruan tinggi untuk menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan industri, sehingga mahasiswa bisa memperoleh keterampilan yang lebih sesuai dengan tuntutan dunia kerja.
 
“Selain itu, peraturan ini juga mendorong peningkatan kualitas fasilitas pendidikan, baik melalui dana bantuan maupun kemitraan dengan industri,” katanya.

Baca juga: Undiksha dan Univ Negeri Semarang optimalkan MBKM Mandiri
 
Menurut dia, adanya program MBKM mendorong Undiksha untuk tinggi kini lebih proaktif dalam membangun kemitraan dengan industri. Kemitraan tersebut juga terkait penyusunan kurikulum yang lebih relevan dan aplikatif.
 
Pihak industri juga semakin menyadari manfaat dari berkolaborasi dengan kampus, baik untuk mendapatkan tenaga kerja yang siap pakai maupun untuk berkontribusi dalam pengembangan pendidikan yang lebih baik.
 
Mahasiswa sendiri menunjukkan antusiasme tinggi terhadap MBKM. Mereka menyadari bahwa pengalaman langsung di dunia kerja merupakan nilai tambah yang sangat berharga.
 
"Kesempatan untuk magang, mengerjakan proyek nyata, dan terlibat dalam penelitian industri memberikan pengalaman berharga yang memperkaya proses belajar mereka,” kata akademisi asal Kabupaten Jembrana ini.
 
Dia optimistis masa depan MBKM tidak hanya berakar pada manfaat yang telah dirasakan, tetapi juga pada potensi besar yang masih bisa dikembangkan.
 
Dengan kerja sama yang lebih erat antara perguruan tinggi, industri, dan pemerintah, program ini dapat menjadi solusi efektif dalam menciptakan link and match yang lebih baik antara dunia pendidikan dan dunia kerja. Masa depan yang cerah bagi pendidikan tinggi Indonesia ada di depan mata, dengan MBKM sebagai salah satu pilar utamanya, jelasnya.

Pewarta: IMBA Purnomo/Rolandus Nampu

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024