Dokter spesialis penyakit dalam konsultan penyakit tropik infeksi dari Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta dr. Soroy Lardo Sp.PD KPTI FINASIM mengatakan masyarakat perlu memahami fase perjalanan klinis penyakit demam berdarah dengue agar infeksi virus tidak menyebabkan perubahan imunitas dan menyelamatkan nyawa pasien.

“Demam berdarah ini paling penting memahami fase perjalanan klinisnya, ada tiga fase, yaitu fase demam, fase kritis, dan fase recovery jadi masyarakat memahami kapan dia bisa kelola di rumah dan kapan harus dibawa berobat,” kata Soroy dalam wawancara tatap muka di Jakarta, Selasa.

Soroy mengatakan memahami tiga fase klinis demam berdarah penting agar orang tua tidak terlambat membawa anaknya berobat ke rumah sakit dan menurunkan angka kematian yang seringkali diakibatkan kurangnya pemahaman tentang demam berdarah dengue.

Tiga fase itu adalah fase pertama di mana pasien mengalami demam satu sampai tiga hari, pada saat ini kadar virus dalam darah cukup tinggi. Virus akan mengeluarkan zat ositokin yang mengaktivasi proses yang menyebabkan demam.

Pada fase ini metabolisme tubuh meningkat menyebabkan kebutuhan cairan menjadi sangat tinggi sehingga hidrasi sangat diperlukan dan pemberian obat penurun demam.

Sementara pada fase hari keempat dan kelima memasuki fase kritis, yang artinya ada proses infeksi virus di pembuluh darah dan menyebabkan pembuluh darah menjadi bocor dan bisa menimbulkan shock yang dapat menyebabkan kematian.

Potensi pendarahan bisa berakibat pada gangguan organ seperti ke paru-paru, rongga perut dan lainnya. Infeksi virus ini juga dapat menyebabkan gejala bola mata, nyeri tulang belakang, nyeri sendi hingga gangguan pencernaan.

“Masa kritis ini yang berbahaya sebenarnya, karena pada saat itu akan terjadi kebocoran pembuluh darah, dan kalau dilewati fase kritis akan terjadi fase recovery, jadi virus di dalam tubuhnya akan menurun drastis, sistem respon imun akan membaik ini akan recovery,” katanya.

Soroy juga mengatakan ketika anak demam di hari pertama disarankan untuk membawa ke rumah sakit untuk dirawat dan dilakukan tes NS1 di laboratorium untuk melihat potensi adanya virus dengue dalam darah. Penurunan trombosit juga pasti terjadi maka perawatan lebih awal sangat diperlukan.

Jika perawatan dilakukan pada fase kritis maka akan membuat kondisi pasien lebih cepat menurun dan dokter akan berusaha ekstra keras untuk menyeimbangkan kondisi agar tidak jatuh pada kondisi syok.

“Istirahat jadi kunci utamanya, kalau memungkinkan dari puskesmas terdekat itu kan punya laboratorium pemeriksaan darah lengkap sederhana itu bisa dicek trombositnya berapa, kalau masih tinggi mungkin bisa dengan pemantauan ketat dari Puskesmas dengan kecukupan cairan yang memadai sesuai berat badan.” kata dokter yang juga dosen di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.

Soroy mengatakan peran nutrisi sangat diperlukan dalam upaya penyembuhan DBD. Selain cairan dan elektrolit, pasien dapat mengonsumsi buah-buahan yang mengandung vitamin C dan Madu.

Untuk mencegah meningkatnya infeksi demam berdarah dengue adalah dengan mendapatkan vaksinasi DBD yang diberikan 3-6 bulan setelah terinfeksi yang dapat diberikan dari usia enam hingga 45 tahun dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).



Baca juga: Pemkot Denpasar akan sosialisasikan vaksin jadi salah satu strategi penanggulangan DBD

Baca juga: Menkes komentari turis Australia yang kena DBD di Bali

Baca juga: Dinkes Bali sarankan wisatawan untuk vaksin DBD buntut temuan kasus

Pewarta: Fitra Ashari

Editor : Widodo Suyamto Jusuf


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024