Denpasar (Antara Bali) - Ketua Komisi B DPRD Kota Denpasar Eko Supriadi terpaksa diusir dalam acara "simakrama" atau dialog bulanan Gubernur Bali Made Mangku Pastika dengan masyarakat Pulau Dewata karena dianggap telah mengganggu jalannya acara tersebut.
Eko, pada acara yang digelar di Wantilan (gedung terbuka) DPRD Bali, di Denpasar, Sabtu siang sempat meneriakkan kata "PAS" berulang kali saat Pastika menjawab pertanyaan dari salah seorang warga Denpasar.
Saat itu, Pastika sedang menjawab pertanyaan dari Ketut Wenten Aryawan yang menanyakan tentang keberlanjutan pengusahaan izin pariwisata alam Taman Hutan Raya Ngurah Rai dan tindak lanjut putusan pengadilan terkait sengketa pemberitaan gubernur dan harian Bali Post.
Wenten yang juga akademisi itu sempat pula menyoroti kinerja Wakil Gubernur Bali AA Ngurah Puspayoga dan persoalan pemasangan baliho pasangan calon kepala daerah. Ketika sedang menjawab pertanyaan itulah, Eko yang juga kader PDI Perjuangan tersebut meneriakkan kata "PAS"
Seperti diketahui pekikan "PAS" ini merupakan singkatan dari Paket Puspayoga-Sukrawan, salah satu paket cagub dan cawagub yang diusung oleh PDIP lawan politik Pastika.
Pastika beberapa kali meminta Eko untuk meninggalkan tempat simakrama, bahkan Mantan Kapolda Bali ini mengatakan tidak akan melanjutkan acara jika Eko tidak pergi.
"Jangan main-main, ini saya sungguh-sungguh kerja demi rakyat, jangan coba yang aneh-aneh. Saya tidak terima yang begitu-begitu, saya ini tidak main-main," ujarnya.
Oleh karena Eko tidak mau mengindahkan kata-kata gubernur, akhirnya polisi dan petugas satpol PP yang berada di sekitar lokasi mengajaknya keluar Wantilan DPRD Bali. Setelah itu, acara simakrama kembali dilanjutkan.
Gubernur Bali usai simakrama di depan para awak media menegaskan bahwa acara tersebut tidak ada urusannya dengan kampanye. "Tiap bulan saya selenggarakan ini dalam rangka transparansi, akuntabilitas dan partisipasi publik menuju good governance (kepemerintahan yang baik)," ujarnya.
Simakrama, jelas dia, sebagai bentuk pertanggungjawabannya kepada rakyat Bali. Oleh karena itu, ia tidak ingin ada yang mengganggu seperti itu.
"Jika memang tidak mau ke sini ya jangan datang, itu mengganggu. Saya tidak bisa diganggu seperti itu. Orang seperti itu namanya tidak bertanggung jawab," ujar Pastika. (LHS/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
Eko, pada acara yang digelar di Wantilan (gedung terbuka) DPRD Bali, di Denpasar, Sabtu siang sempat meneriakkan kata "PAS" berulang kali saat Pastika menjawab pertanyaan dari salah seorang warga Denpasar.
Saat itu, Pastika sedang menjawab pertanyaan dari Ketut Wenten Aryawan yang menanyakan tentang keberlanjutan pengusahaan izin pariwisata alam Taman Hutan Raya Ngurah Rai dan tindak lanjut putusan pengadilan terkait sengketa pemberitaan gubernur dan harian Bali Post.
Wenten yang juga akademisi itu sempat pula menyoroti kinerja Wakil Gubernur Bali AA Ngurah Puspayoga dan persoalan pemasangan baliho pasangan calon kepala daerah. Ketika sedang menjawab pertanyaan itulah, Eko yang juga kader PDI Perjuangan tersebut meneriakkan kata "PAS"
Seperti diketahui pekikan "PAS" ini merupakan singkatan dari Paket Puspayoga-Sukrawan, salah satu paket cagub dan cawagub yang diusung oleh PDIP lawan politik Pastika.
Pastika beberapa kali meminta Eko untuk meninggalkan tempat simakrama, bahkan Mantan Kapolda Bali ini mengatakan tidak akan melanjutkan acara jika Eko tidak pergi.
"Jangan main-main, ini saya sungguh-sungguh kerja demi rakyat, jangan coba yang aneh-aneh. Saya tidak terima yang begitu-begitu, saya ini tidak main-main," ujarnya.
Oleh karena Eko tidak mau mengindahkan kata-kata gubernur, akhirnya polisi dan petugas satpol PP yang berada di sekitar lokasi mengajaknya keluar Wantilan DPRD Bali. Setelah itu, acara simakrama kembali dilanjutkan.
Gubernur Bali usai simakrama di depan para awak media menegaskan bahwa acara tersebut tidak ada urusannya dengan kampanye. "Tiap bulan saya selenggarakan ini dalam rangka transparansi, akuntabilitas dan partisipasi publik menuju good governance (kepemerintahan yang baik)," ujarnya.
Simakrama, jelas dia, sebagai bentuk pertanggungjawabannya kepada rakyat Bali. Oleh karena itu, ia tidak ingin ada yang mengganggu seperti itu.
"Jika memang tidak mau ke sini ya jangan datang, itu mengganggu. Saya tidak bisa diganggu seperti itu. Orang seperti itu namanya tidak bertanggung jawab," ujar Pastika. (LHS/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013