Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Bali I Gusti Ayu Raka Susanti menyampaikan jumlah kasus meninggal dunia akibat Demam Berdarah Dengue (DBD) dari Januari hingga April 2024 ini menurun dibanding tahun sebelumnya.
Raka di Denpasar, Sabtu, melihat secara total tahun 2023 sebanyak 19 orang meninggal dunia berasal dari Denpasar, Tabanan, Karangasem, Klungkung, Gianyar, dan Badung, dan pada periode Januari-April 13 kasus.
“2024 Februari ada satu di Klungkung, Maret ada dua di Denpasar, dan satu Gianyar. Lalu April satu di Tabanan, jauh menurun dari tahun lalu yaitu Januari dua, Februari satu, Maret enam, dan April empat,” sebutnya.
Dinkes Bali menyebut secara jumlah kasus positif DBD juga tahun ini menurun, namun angkanya tetap tinggi karena Januari hingga Maret merupakan puncak musim penghujan.
Adapun jumlah kasus terjangkit DBD tahun ini adalah 4.177 kasus mulai dari Januari 709 kasus, Februari 910 kasus, Maret 1.659 kasus, dan April sampai hari ini 899 kasus.
Raka mengatakan tren kasus DBD di Pulau Dewata rata-rata selalu sama yaitu paling banyak terjadi di Denpasar, Gianyar, dan Badung, sebab tiga daerah tersebut memiliki penduduk maupun mobilisasi terpadat.
Dinkes Bali merasa keberhasilan dalam menekan angka kematian sendiri berkat upaya edukasi dan promosi kesehatan yang menyasar hingga tingkat terbawah, apalagi mereka selalu menggencarkan antisipasi setiap memasuki musim penghujan.
Namun mereka tak memungkiri masih ada kasus kematian akibat DBD, dimana penyakit ini berbeda dengan rabies yang memiliki waktu tertentu untuk menyebabkan korbannya meninggal dunia.
“Terkadang masing-masing orang kita tidak tahu perjalanan penyakitnya, ada yang daya tahan tubuhnya kuat, ada yang trombositnya rendah, kita tidak tahu kondisi masing-masing orang,” ujar Raka.
Mengingat sejumlah daerah masih terjadi musim penghujan dan tidak dapat dipungkiri DBD terjadi saat kemarau, Dinkes Bali mengingatkan masyarakat senantiasa ikut dalam memberantas sarang nyamuk.
“Kalau sudah musim demam berdarah, demam 1-2 hari tidak sembuh dengan obat biasa, langsung ke fasilitas kesehatan lakukan pemeriksaan lab. Jangan sampai ada keterlambatan,” tambahnya.
Baca juga: Dinkes Bali sarankan wisatawan untuk vaksin DBD buntut temuan kasus
Baca juga: Kemenkes catat 455 kematian akibat demam berdarah, sepanjang 2024
Baca juga: Praktisi kesehatan soroti naiknya kasus DBD berkaitan dengan perubahan cuaca
Baca juga: Jumlah kasus DBD di Bangli naik 65 persen
Baca juga: Dinkes Bali catat kasus DBD awal 2024 tak sebanyak tahun 2023
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024
Raka di Denpasar, Sabtu, melihat secara total tahun 2023 sebanyak 19 orang meninggal dunia berasal dari Denpasar, Tabanan, Karangasem, Klungkung, Gianyar, dan Badung, dan pada periode Januari-April 13 kasus.
“2024 Februari ada satu di Klungkung, Maret ada dua di Denpasar, dan satu Gianyar. Lalu April satu di Tabanan, jauh menurun dari tahun lalu yaitu Januari dua, Februari satu, Maret enam, dan April empat,” sebutnya.
Dinkes Bali menyebut secara jumlah kasus positif DBD juga tahun ini menurun, namun angkanya tetap tinggi karena Januari hingga Maret merupakan puncak musim penghujan.
Adapun jumlah kasus terjangkit DBD tahun ini adalah 4.177 kasus mulai dari Januari 709 kasus, Februari 910 kasus, Maret 1.659 kasus, dan April sampai hari ini 899 kasus.
Raka mengatakan tren kasus DBD di Pulau Dewata rata-rata selalu sama yaitu paling banyak terjadi di Denpasar, Gianyar, dan Badung, sebab tiga daerah tersebut memiliki penduduk maupun mobilisasi terpadat.
Dinkes Bali merasa keberhasilan dalam menekan angka kematian sendiri berkat upaya edukasi dan promosi kesehatan yang menyasar hingga tingkat terbawah, apalagi mereka selalu menggencarkan antisipasi setiap memasuki musim penghujan.
Namun mereka tak memungkiri masih ada kasus kematian akibat DBD, dimana penyakit ini berbeda dengan rabies yang memiliki waktu tertentu untuk menyebabkan korbannya meninggal dunia.
“Terkadang masing-masing orang kita tidak tahu perjalanan penyakitnya, ada yang daya tahan tubuhnya kuat, ada yang trombositnya rendah, kita tidak tahu kondisi masing-masing orang,” ujar Raka.
Mengingat sejumlah daerah masih terjadi musim penghujan dan tidak dapat dipungkiri DBD terjadi saat kemarau, Dinkes Bali mengingatkan masyarakat senantiasa ikut dalam memberantas sarang nyamuk.
“Kalau sudah musim demam berdarah, demam 1-2 hari tidak sembuh dengan obat biasa, langsung ke fasilitas kesehatan lakukan pemeriksaan lab. Jangan sampai ada keterlambatan,” tambahnya.
Baca juga: Dinkes Bali sarankan wisatawan untuk vaksin DBD buntut temuan kasus
Baca juga: Kemenkes catat 455 kematian akibat demam berdarah, sepanjang 2024
Baca juga: Praktisi kesehatan soroti naiknya kasus DBD berkaitan dengan perubahan cuaca
Baca juga: Jumlah kasus DBD di Bangli naik 65 persen
Baca juga: Dinkes Bali catat kasus DBD awal 2024 tak sebanyak tahun 2023
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024