Dinas Pariwisata (Dispar) Bali memberikan pelatihan kepariwisataan kepada 75 orang pengemudi ojek daring di Pulau Dewata di Denpasar, Rabu, untuk meningkatkan layanan kepada para wisatawan baik Nusantara maupun mancanegara.
Kepala Dispar Bali Tjok Bagus Pemayun mengatakan kegiatan ini dilakukan mengingat wisatawan terutama dari mancanegara paling sering menggunakan angkutan daring, sehingga pengemudinya perlu memahami cara memberikan citra positif soal pariwisata berbasis budaya.
“Kami ingin pengemudi ini memahami tentang pariwisata, mengetahui fasilitas-fasilitas pariwisata yang ada di Bali, juga menyampaikan informasi regulasi yang ada,” kata dia.
Baca juga: LBH Bali latih pengemudi ojek daring cegah kekerasan seksual
Selain meningkatkan pengetahuan pariwisata, Dispar Bali juga menekankan pentingnya menjaga performa melalui penggunaan tutur kata dan perilaku yang baik, tertib berlalu lintas, serta berpakaian rapi.
“Tadi saya ingatkan kalau bisa jaket yang agak butek jangan dipakai lagi, lalu perilaku di jalan kami ingin mereka beda dengan ojek daring luar daerah karena ini daerah pariwisata,” ujar Tjok Pemayun.
Dua topik utama dalam pelatihan tersebut mengenai peran pengemudi dalam kepariwisataan secara umum serta pemahaman soal etika pariwisata, dengan harapan setelah keluar dari pelatihan ini pengemudi dapat langsung menerapkan.
Pemprov Bali mengakui ada pemikiran ke depan untuk saling timbal balik dengan unsur-unsur yang membantu membangun pariwisata, namun upaya memberi insentif, hadiah, dan sanksi masih dalam pertimbangan.
Apalagi saat ini Dispar Bali sedang membutuhkan bantuan banyak pihak dalam menyosialisasikan kebijakan pungutan wisman.
Baca juga: Driver ojek daring Bali: kenaikan tarif tak kurangi pelanggan
Dari pelatihan tersebut, Tjok Pemayun merangkum bahwa pengemudi ojek daring sejatinya sepakat dengan arahan pemerintah, namun beberapa yang menjadi sorotan adalah kemampuan pengemudi mengganti jaket atau seragam lantaran mereka harus membayar sendiri.
Selain itu perihal masih banyak wisman yang menyewa satu angkutan sepeda motor untuk dinaiki berdua dengan rekannya, atau bonceng tiga.
“Ada yang mengatakan kenapa boncengan berdua ya memang faktor ekonomi saja biar cepat sekalian angkut, tapi saya bilang jangan begitu kita ada regulasi di jalan,” tutur Tjok Pemayun.
Untuk optimalisasi kegiatan, pelatihan ini akan terus dilakukan ke pengemudi lain, bahkan tidak hanya perusahaan Grab Indonesia yang digaet namun ke depan perusahaan lain terutama taksi sebagai angkutan mobil.
Director of East Indonesia dari Grab Indonesia Halim Wijaya turut hadir dalam pelatihan ini. Ia mengaku senang karena mitra-mitranya yaitu pengemudi diberikan pelatihan hospitality.
“Inisiatif ini sejalan dengan misi kami untuk turut menjaga kenyamanan masyarakat Bali, termasuk para wisatawan yang berkunjung di Pulau Dewata,” ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024
Kepala Dispar Bali Tjok Bagus Pemayun mengatakan kegiatan ini dilakukan mengingat wisatawan terutama dari mancanegara paling sering menggunakan angkutan daring, sehingga pengemudinya perlu memahami cara memberikan citra positif soal pariwisata berbasis budaya.
“Kami ingin pengemudi ini memahami tentang pariwisata, mengetahui fasilitas-fasilitas pariwisata yang ada di Bali, juga menyampaikan informasi regulasi yang ada,” kata dia.
Baca juga: LBH Bali latih pengemudi ojek daring cegah kekerasan seksual
Selain meningkatkan pengetahuan pariwisata, Dispar Bali juga menekankan pentingnya menjaga performa melalui penggunaan tutur kata dan perilaku yang baik, tertib berlalu lintas, serta berpakaian rapi.
“Tadi saya ingatkan kalau bisa jaket yang agak butek jangan dipakai lagi, lalu perilaku di jalan kami ingin mereka beda dengan ojek daring luar daerah karena ini daerah pariwisata,” ujar Tjok Pemayun.
Dua topik utama dalam pelatihan tersebut mengenai peran pengemudi dalam kepariwisataan secara umum serta pemahaman soal etika pariwisata, dengan harapan setelah keluar dari pelatihan ini pengemudi dapat langsung menerapkan.
Pemprov Bali mengakui ada pemikiran ke depan untuk saling timbal balik dengan unsur-unsur yang membantu membangun pariwisata, namun upaya memberi insentif, hadiah, dan sanksi masih dalam pertimbangan.
Apalagi saat ini Dispar Bali sedang membutuhkan bantuan banyak pihak dalam menyosialisasikan kebijakan pungutan wisman.
Baca juga: Driver ojek daring Bali: kenaikan tarif tak kurangi pelanggan
Dari pelatihan tersebut, Tjok Pemayun merangkum bahwa pengemudi ojek daring sejatinya sepakat dengan arahan pemerintah, namun beberapa yang menjadi sorotan adalah kemampuan pengemudi mengganti jaket atau seragam lantaran mereka harus membayar sendiri.
Selain itu perihal masih banyak wisman yang menyewa satu angkutan sepeda motor untuk dinaiki berdua dengan rekannya, atau bonceng tiga.
“Ada yang mengatakan kenapa boncengan berdua ya memang faktor ekonomi saja biar cepat sekalian angkut, tapi saya bilang jangan begitu kita ada regulasi di jalan,” tutur Tjok Pemayun.
Untuk optimalisasi kegiatan, pelatihan ini akan terus dilakukan ke pengemudi lain, bahkan tidak hanya perusahaan Grab Indonesia yang digaet namun ke depan perusahaan lain terutama taksi sebagai angkutan mobil.
Director of East Indonesia dari Grab Indonesia Halim Wijaya turut hadir dalam pelatihan ini. Ia mengaku senang karena mitra-mitranya yaitu pengemudi diberikan pelatihan hospitality.
“Inisiatif ini sejalan dengan misi kami untuk turut menjaga kenyamanan masyarakat Bali, termasuk para wisatawan yang berkunjung di Pulau Dewata,” ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024