Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Wayan "Kun" Adnyana meraih Anugerah Kebudayaan Indonesia (AKI) 2023  dari Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim.

"Penghargaan AKI kategori pelopor pembaru merupakan bentuk apresiasi konkret Kemdikbudristek melalui Ditjen Kebudayaan terhadap perseorangan atau lembaga/kelompok yang secara luar biasa melakukan kerja pemajuan seni budaya dalam waktu yang panjang," ujarnya di Denpasar, Bali, Rabu.

Ia mengaku meraih penghargaan untuk kategori itu dalam kaitan dengan keahlian sebagai perupa dan kurator seni. 

Penghargaan tersebut telah diserahkan pada acara Puncak Anugerah Kebudayaan Indonesia di Jakarta, beberapa waktu lalu.
 
Adnyana terpilih oleh tim juri dalam proses pemberian penghargaan tersebut karena aktivitas dan pencapaian karya seni rupa yang menonjol. 

Guru besar sejarah seni ISI Denpasar itu, mengaku di tengah tugas sebagai rektor tetap menjaga aktivitas berkarya, termasuk intensif melakukan pameran tunggal internasional. 

Karya-karya seni rupa kontemporer yang dicipta, berdasar riset yang solid, seperti sejak 2017 melakukan riset ikonologi relief Yeh Pulu guna menghasilkan karya seni lukis kontemporer, bertema tentang kepahlawanan sehari-hari orang-orang biasa. 

Karya seni lukis tersebut telah dipamerkan di Sydney-Australia, Tainan-Taiwan, Jakarta, dan Ubud-Bali. Hal pembaru, juga terkait peran sebagai kurator seni rupa, baik mengkreasi kegiatan berskala nasional maupun internasional. 

"Untuk ISI Denpasar, saya juga membangun skema diseminasi internasional Bali Padma Bhuwana juga Bali Nata Bhuwana sejak tahun 2021," ucap Wayan "Kun" Adnyana.

Dedikasi bidang pemajuan seni budaya oleh mantan Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali ini sebelumnya juga diapresiasi Arts Magazine Korea Selatan melalui penghargaan World Peace Artist Awards dan anugerah Kerthi Bali Sewaka Nugraha pada 2023 oleh Gubernur Bali Wayan Koster.

Kolaborasi pameran fotografi internasional

Hal spesial dalam perhelatan Festival Internasional Bali Padma Bhuwana III 2023, ISI Denpasar berkolaborasi dengan Arts & Culture Korea dan Indonesia Cultural Center Seoul menggelar pameran fotografi internasional (Bali-Bhuwana Rupa) di Nata-Citta Art Space (N-CAS). 

Berpartisipasi dalam pameran internasional tersebut, yaitu fotografer dari Korea Selatan, Belanda, Perancis, dan Indonesia. Secara keseluruhan karya foto yang ditampilkan menerjemahkan tajuk Wara-Samasta-Waruna (Puja Samudra, Mulia Semesta) dengan capaian citra fotografi digital yang mengesankan. 

"Sejumlah karya menghamparkan keheningan mendalam, mengundang renungan. Sebagian lain justru menyampaikan hal sebaliknya kesan keseharian yang menggugah pandang," ujar Kun Adnyana.

Secara keseluruhan karya lintas bangsa tersebut berupaya mengungkapkan sekaligus mempertanyakan apa itu realitas atau kenyataan seturut era yang serba digital ini

Pameran fotografi internasional ini diikuti 31 fotografer, yaitu: 14 dari Korea Selatan, 15 Indonesia, serta seorang dari Belanda dan Prancis. Visual fotografi yang ditampilkan sangat artistik, didukung teknik cetak digital yang canggih, bahkan karya bersubjek rumah adat Korea dicetak berukuran panjang 25 meter tanpa putus.

"Dapat disimak foto-foto karya Kim Shim Hoon, rangkaian seri Korean Pavilion, di mana bangunan suci (sacred space) membayangi imajinasi kita justru karena komposisinya yang membentangkan jarak pandang di kejauhan, sekaligus diliputi lapis nuansa keheningan," ujarnya.

Demikian pula foto karya Kim Dong Wook (Suncheon Bay), Cho Sung Je (White Margin), Kim Mi Joung (Road), Bae Gab Sun (Island), Kim Yang Soo (Pine Tree in Korea), Jeon Hyun Ok (A Sea of Clouds), Jang Yong Sig (Mountain), Kim Tae Kyu (Civilization), Kim Jung Hee (Wallscape), kesunyian bukanlah realitas kasat mata, tetapi ungkapan renungan batin; selaras juga karya Son Muk Gwang, seri Korean Cultural Heritage.

Selain itu, karya fotografi tampil bukan terkait dokumentori semata, melainkan diolah dengan sentuhan estetik yang autentik, kuasa mengelak dari semata rupa eksotik-molek

Seperti halnya dapat dirunut pada buah cipta Ida bagus Candrayana dengan detail merekam riak gelombang laut, D. Tjandra Kirana (Merah Senja), Gede Dalam Suardita (Warm), Made Saryana (Rutinitas di Pagi Hari), Amoga Lelo Octaviano (Contextual Motivations), I Dewa Putu Ari Kresna Artha Negara (Di Antara Senja).

Kemudian I Made Bayu Pramana (Light of Life), atau Cokorda Istri Puspawati Nindhia (Solitude), dan Ida Bagus Putra Adnyana (memetik tradisi melasti). Seluruhnya membangun imaji baru tentang samudera, laut, dan pesisir dalam kepesonaan dan sisi anomali ruang sosial.  
 

Baca juga: Rektor ISI Denpasar gelar pameran karya lukisan di Polandia

Baca juga: ISI Denpasar maju dalam kerja sama global

Baca juga: ISI Denpasar bertranformasi menjadi ISI Bali

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Widodo Suyamto Jusuf


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023