Perusahaan Umum Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Sewakadarma Kota Denpasar, Bali, secara bertahap mengurangi penggunaan sumur bor yang selama ini digunakan untuk mendapatkan air bawah tanah guna menutup kekurangan produksi.

Dirut Perumda Tirta Sewakadarma Ida Bagus Gde Arsana dalam acara Temu Pelanggan di Denpasar, Rabu, mengatakan dari 21 sumur bor yang dimiliki, kini yang difungsikan maksimal 18 unit.

"Sumur bor itu sudah dibangun puluhan tahun yang lalu. Kami sekarang sudah ada peningkatan produksi sehingga diturunkan pengunaannya menjadi 18 sumur bor dengan kapasitas produksi 400 liter per detik," ujarnya.

Pengurangan penggunaan sumur bor tersebut juga seiring dengan adanya penambahan pembangunan District Meter Area (DMA).

Untuk mengurangi penggunaan air bawah tanah, lanjut Arsana, pihaknya juga tidak terus-menerus menghidupkan atau memfungsikan sumur bor.

Baca juga: Perumda Air Minum Sewakadarma rancang skema KPBU atasi kebocoran air

"Sekarang sumur bor yang ada bukan kontinyu kami hidupkan, tetapi kami gilir. Yang di sini mungkin lima unit kami matikan malam, besok baru dihidupkan. Kemudian ganti lagi lima unit yang dihidupkan," ucapnya.

Menurut Arsana, langkah-langkah itu diambil untuk meminimalkan penggunaan air bawah tanah yang berdampak pada penurunan permukaan tanah dan kualitas air.

Dalam kesempatan tersebut pihaknya terus berharap adanya peningkatan produksi air di Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Penet dan SPAM Petanu sehingga akan menjaga keberlanjutan produksi air.

"Kami akan rapat terkait hal tersebut, sehingga SPAM Penet dan Petanu bisa memenuhi kebutuhan selama 24 jam, sehingga nantinya sumur tersebut hanya akan menjadi cadangan. Jadi untuk sumur bor itu bukan penutupan total tetapi pengurangan secara bertahap," katanya.

Baca juga: Pemkot Denpasar percepat pembangunan kanal air bersih

Arsana juga menyatakan komitmen pihaknya untuk senantiasa memberikan pelayanan yang terbaik kepada para pelanggan.

Sementara itu Kepala Bidang ESDM Dinas Tenaga Kerja dan Sumber Daya Mineral Provinsi Bali I Kadek Sutika menyoroti penggunaan air bawah tanah di PDAM Denpasar.

Dengan penggunaan 400 liter per detik, dalam sehari penggunaan air tanah tersebut mencapai 43 ribu liter.

Sutika mengingatkan terkait konservasi pemanfaatan air bawah tanah ini tentu menjadi kewajiban semua pihak.

Ia menyampaikan dari hasil penelitian di salah satu kota di Pulau Jawa dalam setahun terjadi penurunan permukaan tanah 5 hingga 10 cm karena pengambilan air bawah tanah.

"Masyarakat Bali sejauh ini patut bersyukur karena Bali memiliki kontur bebatuan vulkanik yang bisa memasukkan air ke dalam tanah. Selain itu curah hujan di Bali juga cukup tinggi," katanya.

Oleh karena itu, ia berharap agar penggunaan air bawah tanah bisa dihindari. Jika pun harus menggunakan air bawah tanah, hendaknya diikuti dengan upaya konservasi secara berkelanjutan.


 

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023