Pengamat pariwisata yang merupakan Guru Besar Pariwisata Universitas Udayana Prof I Putu Anom mengaku sepakat dengan pemerintah dan aparat agar masyarakat jangan memviralkan aksi melanggar aturan yang dilakukan wisatawan mancanegara di Bali.
“Setelah saya cermati sama dengan yang disampaikan humas Polda Bali. Memang kalau hal-hal yang kelihatan porno melanggar UU ITE itu masalahnya, jadi kalau melihat sesuatu yang seperti itu bisa dilaporkan ke polisi jangan diviralkan,” kata dia saat dihubungi di Denpasar, Selasa.
Menurutnya, dengan memviralkan ulah nakal wisatawan mancanegara sama dengan membawa kesan negatif Bali yang terkenal akan keluhuran dan budayanya.
Prof Anom menyadari bahwa kondisi pariwisata hari ini berbeda dengan dulu sebelum media sosial marak digunakan masyarakat, ditambah kondisi psikologis dari wisatawan mancanegara yang datang ke Bali.
“Kalau dulu agak jarang terjadi hal seperti itu karena saya kan di lapangan. Kondisinya tidak seperti ini, saya agak curiga mereka sengaja. Satu karena stres karena tidak mungkin dia sampai telanjang masuk ke panggung di Ubud itu,” ujarnya.
Di sisi lain, ia melihat ada kemungkinan wisatawan asing tersebut memang senang ketika dirinya ramai diperbincangkan hingga viral, padahal yang dilakukan mencoreng harkat dan martabat Bali dan Indonesia.
Hal ini menurutnya tak berbeda dengan kebiasaan masyarakat sendiri yang aktif dalam mengabadikan setiap momentum dalam media sosial.
Lebih jauh, pengamat pariwisata itu bercerita bahwa sebelumnya ketika terjadi pelanggaran oleh wisatawan mancanegara, masyarakat cenderung langsung melapor ke aparat.
Namun tak dapat dipungkiri saat itu kasus kenakalan wisatawan berbeda dengan saat ini, di mana belakangan kerap ditemukan wisatawan yang berpakaian tidak sepantasnya, melanggar peraturan hingga izin visa.
“Dulu dilaporkan secara manual karena itu langka terjadi, palingan dulu tentang narkotika, kalau nyeleneh-nyeleneh itu jarang. Jadi kalau yang melanggar seperti itu kan cepat saja laporkan ke polsek terdekat. Di foto boleh tapi jangan diunggah,” imbau Prof Anom.
Dalam kondisi ini, menurutnya dibutuhkan peran serta seluruh pihak bukan hanya satgas pariwisata besutan pemerintah, namun juga butuh dukungan masyarakat dan anak muda agar tidak memberi contoh buruk kepada wisatawan.
“Ini sebenarnya kita semua baik stakeholder pemerintah, masyarakat dan industri harus peduli dengan Bali. Kita harus bina wisatawan, mulai dari informasi awal etika dan tata susila berkunjung ke Bali dan Indonesia. Harus ada panduan yang disebarkan oleh kedutaan dan konsulat,” kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023
“Setelah saya cermati sama dengan yang disampaikan humas Polda Bali. Memang kalau hal-hal yang kelihatan porno melanggar UU ITE itu masalahnya, jadi kalau melihat sesuatu yang seperti itu bisa dilaporkan ke polisi jangan diviralkan,” kata dia saat dihubungi di Denpasar, Selasa.
Menurutnya, dengan memviralkan ulah nakal wisatawan mancanegara sama dengan membawa kesan negatif Bali yang terkenal akan keluhuran dan budayanya.
Prof Anom menyadari bahwa kondisi pariwisata hari ini berbeda dengan dulu sebelum media sosial marak digunakan masyarakat, ditambah kondisi psikologis dari wisatawan mancanegara yang datang ke Bali.
“Kalau dulu agak jarang terjadi hal seperti itu karena saya kan di lapangan. Kondisinya tidak seperti ini, saya agak curiga mereka sengaja. Satu karena stres karena tidak mungkin dia sampai telanjang masuk ke panggung di Ubud itu,” ujarnya.
Di sisi lain, ia melihat ada kemungkinan wisatawan asing tersebut memang senang ketika dirinya ramai diperbincangkan hingga viral, padahal yang dilakukan mencoreng harkat dan martabat Bali dan Indonesia.
Hal ini menurutnya tak berbeda dengan kebiasaan masyarakat sendiri yang aktif dalam mengabadikan setiap momentum dalam media sosial.
Lebih jauh, pengamat pariwisata itu bercerita bahwa sebelumnya ketika terjadi pelanggaran oleh wisatawan mancanegara, masyarakat cenderung langsung melapor ke aparat.
Namun tak dapat dipungkiri saat itu kasus kenakalan wisatawan berbeda dengan saat ini, di mana belakangan kerap ditemukan wisatawan yang berpakaian tidak sepantasnya, melanggar peraturan hingga izin visa.
“Dulu dilaporkan secara manual karena itu langka terjadi, palingan dulu tentang narkotika, kalau nyeleneh-nyeleneh itu jarang. Jadi kalau yang melanggar seperti itu kan cepat saja laporkan ke polsek terdekat. Di foto boleh tapi jangan diunggah,” imbau Prof Anom.
Dalam kondisi ini, menurutnya dibutuhkan peran serta seluruh pihak bukan hanya satgas pariwisata besutan pemerintah, namun juga butuh dukungan masyarakat dan anak muda agar tidak memberi contoh buruk kepada wisatawan.
“Ini sebenarnya kita semua baik stakeholder pemerintah, masyarakat dan industri harus peduli dengan Bali. Kita harus bina wisatawan, mulai dari informasi awal etika dan tata susila berkunjung ke Bali dan Indonesia. Harus ada panduan yang disebarkan oleh kedutaan dan konsulat,” kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023