Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Primakara di Bali akan segera berubah bentuk menjadi universitas, setelah 10 tahun berdiri dan tujuh kali mewisuda mahasiswanya.
"Hari ini kita mewisudakan 107 orang dari tiga program studi. Yang spesial karena bertepatan dengan 10 tahun Primakara dan kita berencana berubah menjadi universitas, sudah berprogres tinggal menunggu surat keputusan," kata Ketua STMIK Primakara I Made Artana.
Di Kabupaten Badung, Sabtu, pengusaha tersebut menyampaikan bahwa rencana perubahan bentuk perguruan tinggi di bidang teknologi informatika itu sudah digadang-gadang sejak lebih dari satu tahun lalu.
"Kita dapat program akselerasi untuk perubahan bentuk atau penggabungan menjadi universitas. Prosesnya sudah selesai, kalau dari sistem yang kita lihat itu sudah disetujui, mudah-mudahan tidak sampai sebulan SK-nya turun, jadi tahun ini juga berubah," ujarnya.
Nantinya, ketika sekolah tinggi yang berada di Kota Denpasar itu berubah maka akan dinamai Univeristas Primakara, disertai juga dengan penambahan program studi.
Dua fakultas yang akan berdiri adalah IT dan Desain serta Ekonomi Bisnis, dengan membawahi tiga program studi terdahulu dan menambah program studi bisnis digital, desain komunikasi visual, manajemen berbasis teknologi informasi, dan akuntansi.
Artana mengatakan nantinya apabila STMIK Primakara telah menjadi universitas maka ia menargetkan agar kampus tersebut dapat membanggakan Bali, menjadi besar secara ukuran dan kualitas.
Saat dijumpai di Bali Nusa Dua Convention Center sendiri Artana menunjukkan kualitas sekolah tinggi tersebut yang berhasil meluluskan 107 orang mahasiswa di mana 69 persennya sudah bekerja sebelum diwisuda.
"Keterserapan wisudawan yang sudah bekerja maupun berbisnis sebanyak 69 persen, di mana wisudawan yang sudah berkerja pada perusahaan nasional, multinasional, dan internasional 58 persen, wisudawan yang menjadi technopreneur dan wiraswasta 4 persen, dan yang bekerja freelance 7 persen," ujarnya.
Sebanyak 77 persen dari wisudawan yang telah bekerja masuk ke dunia informatika, hal ini disebut selaras dengan warna STMIK Primakara yaitu technopreneurship atau pengusaha digital.
Artana menyadari bahwa di tengah gempuran globalisasi, lulusan IT memiliki tantangan besar, di samping pasar yang luas harus disadari bahwa lulusan di bidang serupa tergolong banyak, apalagi untuk menjadi pengusaha digital dengan banyaknya start up berkembang.
"Kalau kendala banyak, misalnya pendanaan di tengah musim kemarau bagi start up, banyak yang gagal dan kepercayaan diri investor pasti turun. Itu filter alamiah, menjadi pengusaha tidak semua bisa, salah satu yang dituntut ketahanannya," jelas Artana.
Maka dari itu menurutnya penting untuk memanfaatkan peluang terutama di daerah, karena masuk ke dunia digital adalah pasar yang besar dengan pemain yang banyak.
"Untuk start up bisa jadi kita bukan untuk menyelesaikan masalah besar tapi lokal, contohnya ada anak bikin aplikasi untuk membantu desa, di Bali ada ribuan desa, itu saja mereka bisa manfaatkan," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023
"Hari ini kita mewisudakan 107 orang dari tiga program studi. Yang spesial karena bertepatan dengan 10 tahun Primakara dan kita berencana berubah menjadi universitas, sudah berprogres tinggal menunggu surat keputusan," kata Ketua STMIK Primakara I Made Artana.
Di Kabupaten Badung, Sabtu, pengusaha tersebut menyampaikan bahwa rencana perubahan bentuk perguruan tinggi di bidang teknologi informatika itu sudah digadang-gadang sejak lebih dari satu tahun lalu.
"Kita dapat program akselerasi untuk perubahan bentuk atau penggabungan menjadi universitas. Prosesnya sudah selesai, kalau dari sistem yang kita lihat itu sudah disetujui, mudah-mudahan tidak sampai sebulan SK-nya turun, jadi tahun ini juga berubah," ujarnya.
Nantinya, ketika sekolah tinggi yang berada di Kota Denpasar itu berubah maka akan dinamai Univeristas Primakara, disertai juga dengan penambahan program studi.
Dua fakultas yang akan berdiri adalah IT dan Desain serta Ekonomi Bisnis, dengan membawahi tiga program studi terdahulu dan menambah program studi bisnis digital, desain komunikasi visual, manajemen berbasis teknologi informasi, dan akuntansi.
Artana mengatakan nantinya apabila STMIK Primakara telah menjadi universitas maka ia menargetkan agar kampus tersebut dapat membanggakan Bali, menjadi besar secara ukuran dan kualitas.
Saat dijumpai di Bali Nusa Dua Convention Center sendiri Artana menunjukkan kualitas sekolah tinggi tersebut yang berhasil meluluskan 107 orang mahasiswa di mana 69 persennya sudah bekerja sebelum diwisuda.
"Keterserapan wisudawan yang sudah bekerja maupun berbisnis sebanyak 69 persen, di mana wisudawan yang sudah berkerja pada perusahaan nasional, multinasional, dan internasional 58 persen, wisudawan yang menjadi technopreneur dan wiraswasta 4 persen, dan yang bekerja freelance 7 persen," ujarnya.
Sebanyak 77 persen dari wisudawan yang telah bekerja masuk ke dunia informatika, hal ini disebut selaras dengan warna STMIK Primakara yaitu technopreneurship atau pengusaha digital.
Artana menyadari bahwa di tengah gempuran globalisasi, lulusan IT memiliki tantangan besar, di samping pasar yang luas harus disadari bahwa lulusan di bidang serupa tergolong banyak, apalagi untuk menjadi pengusaha digital dengan banyaknya start up berkembang.
"Kalau kendala banyak, misalnya pendanaan di tengah musim kemarau bagi start up, banyak yang gagal dan kepercayaan diri investor pasti turun. Itu filter alamiah, menjadi pengusaha tidak semua bisa, salah satu yang dituntut ketahanannya," jelas Artana.
Maka dari itu menurutnya penting untuk memanfaatkan peluang terutama di daerah, karena masuk ke dunia digital adalah pasar yang besar dengan pemain yang banyak.
"Untuk start up bisa jadi kita bukan untuk menyelesaikan masalah besar tapi lokal, contohnya ada anak bikin aplikasi untuk membantu desa, di Bali ada ribuan desa, itu saja mereka bisa manfaatkan," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023