Oleh I Ketut Sutika

Denpasar (Antara Bali) - Seni tradisi, karakter bangsa, dan globalisasi ketiganya dipertautkan untuk mengartikulasikan tentang peranan dan pentingnya seni tradisi sebagai alternatif pondasi karakter bangsa ketika kini berhadapan dengan keniscayaan gelombang globalisasi.

Seni sebagai gudang penyimpan makna-makna kebudaayaan, yang berarti di dalamnya mengkristalisasikan pencapaian peradaban manusia pelaku utama kebudayaan itu yang terimplementasi dalam karakter bangsanya.

Karakter bangsa Indonesia bersumber pada nilai-nilai kebangsaan yang dimiliki karena itu, dalam konteks kehidupan kekinian, karakter sebuah bangsa dapat dieksplorasi dari nilai-nilai seni kebudayaannya.

Seni tradisi adalah gudang penyimpanan makna-makna kebudayaan masyarakat pendukungnya, yang memiliki kontribusi penting membangun karakter bangsa di tengah era globalisasi, tutur Kadek Suartaya, SSKar, M Si, dosen Institut seni Indonesia (ISI) Denpasar.

Kandidat doktor program kajian budaya Universitas Udayana menilai, secara bentuk dan isi, seni tradisi merupakan media komunikasi spesifik yang mengandung nilai-nilai estetik dan moral yang merefleksikan keheningan nurani dan pencerahan budi.

Dua pondasi utama dari kualitas konstruksi karakter bangsa. Untuk tampil sebagai budaya tanding globalisasi, seni tradisi sudah seharusnya mencari posisi strategis yang mempersentasikan dirinya sebagai modal budaya jati diri bangsa.

Aktualisasi seni tradisi dalam konteks membangun karakter bangsa dalam pengejawantahan jati diri bangsa di tengah transpormassi budaya dan hegemoni budaya massa itu memerlukan idealisme berkesenian yang konstrusktif prospektif.

Ekspresi artistik dalam seni tradisi harus direkonstruksi secara kreatif. Nilai-nilai estetik yang mengendap pada seni tradisi tidak ditabukan didekontruksi secara kritis.

Oleh sebab itu nilai-nilai keunggulan lokal di setiap daerah yang mampu membentuk karakter bangsa harus mendapat perhatian dan dimasukkan dalam penyempurnaan kurikulum yang akan diberlakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) pada tahun 2013, ujar seorang tokoh pendidik di Bali Prof Dr I Nyoman Dantes.

Perubahan kurikulum pendidikan itu harus memperhatikan keseimbangan antara pendidikan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan pengembangan karakter bangsa.

Oleh sebab itu perlu melakukan analisa terhadap kebutuhan dominan dari masing-masing keunggulan lokal serta didukung oleh guru-guru yang inovatif.

Prof I Nyoman Dantes yang juga direktur pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesa Singaraja mengingatkan, perubahan kurikulum pendidikan mulai dari sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah menengah kejuruan (SMK) harus mampu menyampaikan pengembangan nilai-nilai karakter kemanusiaan, etika dan moral.

Oleh sebab itu kurikulum pada setiap jenjang pendidikan harus menekankan nilai-nilai kareter bangsa kemanusiaan, etika, moral dan rasa saling menghormati satu sama lainnya.

Penyempurnaan kurikulum pendidikan itu dinilai sangat pendesak, jika mengamati kasus-kasus yang terjadi di sejumlah daerah di Indonesia, antara lain bentrok antarpelajar, antarmahasiswa maupun antaretnik.

Prof Dantes yang juga staf ahli badan standar nasional pendidikan (BSNP) mencontohkan, guru dalam salah satu bidang studi mengajar demokrasi yang mampu mengembangkan kerja sama antarsiswa dan saling menghormati satu sama lainnya.

Demikian pula setiap guru dalam penyempurnaan kurikulum itu menekankan karakter bangsa, Kurikulum pendidikan yang canggih dan sempurna setelah ditangan guru yang tidak profesional tidak akan bermakna signifikan.

Sebaliknya guru yang profeional akan bisa menterjadikan kurilkum pendidikan itu secara maksimal di lapangan, tutur Prof Dantes.

Langkah maju

Sementara itu Ketua Yayasan Institut Keguruan Illmu Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia (IKIP PGRI) Bali Drs I Gusti Bagus Arthanegara, SH, M.Pd menilai, perubahan kurikulum pendidikan merupakan sebuah terobosan dan langkah maju.

Penyempurnaan kurikulum pendidikan menekan pada karekter bangsa itu dilakukan sesuai tantangan zaman, sehingga tidak mungkinkan memberlakukan kurikulum pendidikan itu secara terus menerus.

Tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang maupun yang akan datang berbeda dengan situasi lima atau sepuluh tahun yang lalu. Untuk bisa eksis dan mampu bersaing di pasaran global salah satunya kurikulum dalam berbagai jenjang pendidikan mutlak diperlukan.

"Saya menyambut baik rencana pemerintah menyempurnakan kurikulum pendidikan itu dengan harapan mampu meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia," harap Arthanegara.

Melalui penyempurnaan kurikulum pendidikan selain menekankan aspek peningkatan mutu pendidikan dan efektivitas sekaligus membenahi sektor-sektor lain yang berkaitan dengan pendidikan sehingga memberikan dampak positif terhadap peningkatan mutu pendidikan.

IKIP PGRI Bali yang mendidik calon-calon guru untuk semua jenjang pendidikan tentu juga ikut menyempurnakan kurikulum, sehingga tenaga yang dicetaknya mampu berperanserta secara aktif dalam proses belajar mengajar.

Penyempurnaan kurikulum itu berorientasi pada pengembangan tercapainya kompetensi yang berimbang antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan para siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar, ujar Arthanegara.(LHS)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012