Ketua Panitia Global Youth Conference (GYC) Patricia Tanjaya menyampaikan empat isu lingkungan akan menjadi topik diskusi bersama kaum muda dari seluruh Indonesia pada GYC 2022 di Bali, 26-27 November mendatang.
"Jadi, kami Global Youth Conference pada 26 dan 27 November 2022 akan membahas empat topik utama, yaitu aksi iklim, kelautan dan kemaritiman, nol sampah dan kesehatan, serta kedaulatan pangan," kata Patricia dalam jumpa pers di Denpasar, Bali, Senin.
Dalam sesi konferensi pers menuju acara puncak GYC ke-3 itu, Patricia menuturkan keempat topik tersebut dipilih berdasarkan ketertarikan kaum muda yang tersebar di seluruh Indonesia dan sempat tergabung saat konferensi mini yang diselenggarakan di Lamongan, Bali dan Riau.
"Pada awal 2022 kami sudah berproses dengan panitia se-Indonesia, kita bahas tentang perubahan iklim di Lamongan yang mengundang sekolah adiwiyata dan Dinas Lingkungan Hidup Lamongan. Di Riau kita undang SMA/SMK pangan dan pertanian serta kampus pertanian membicarakan kedaulatan pangan dan mengundang Dinas Kedaulatan Pangan," ujarnya.
Baca juga: 70 anak tunarungu dan autis di Bali dapat edukasi lingkungan
Sementara dalam konferensi mini di Bali, jelas Patricia, kaum muda Bali ternyata memiliki ketertarikan dengan permasalahan sampah. Isu tersebut muncul karena banyaknya sampah di jalan sekitar tempat tinggal mereka.
"Kalau isu keberlanjutan kelautan ini pertama kami bahas karena kelautan jarang dibahas, padahal sebenarnya Indonesia lebih luas lautnya daripada daratnya. Jadi, kita ingin mulai mengajak kaum muda ngobrol soal lautan," kata Patricia.
Dalam pertemuan yang akan berlangsung secara daring tersebut, panitia GYC 2022 telah menyiapkan sejumlah ahli dan pakar yang dapat menjabarkan empat isu lingkungan kepada para peserta.
Patricia menyebut umumnya kaum muda yang mengikuti diskusi garapan GYC berada pada rentang usia 14 hingga 35 tahun dan tersebar di seluruh Indonesia, bahkan ada pula di beberapa negara Asia Tenggara.
Nantinya, forum tersebut akan menghasilkan sebuah laporan, saran maupun tanggapan dari kaum muda terkait permasalahan lingkungan saat ini untuk selanjutnya diteruskan kepada pemerintah maupun mitra GYC.
Baca juga: Pertamina gerakkan masyarakat Gianyar olah sampah secara mandiri
Selain itu, Patricia berharap bahwa melalui diskusi besar selama dua hari tersebut mampu meningkatkan kepedulian kaum muda terkait masalah lingkungan.
Menurutnya, anak muda adalah orang yang tepat dalam menyuarakan isu lingkungan karena tidak dapat selamanya mengandalkan orang yang lebih tua. Apalagi sejumlah besar kaum muda saat ini dinilai berpengaruh dalam menjaga alam untuk masa depan.
Selain menggaungkan isu lingkungan melalui konferensi, GYC juga turut dalam aksi, salah satunya penanaman mangrove. Diharapkan komunitas dan peserta dari luar Bali nantinya turut melakukan aksi penyelamatan lingkungan serupa di daerahnya masing-masing.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
"Jadi, kami Global Youth Conference pada 26 dan 27 November 2022 akan membahas empat topik utama, yaitu aksi iklim, kelautan dan kemaritiman, nol sampah dan kesehatan, serta kedaulatan pangan," kata Patricia dalam jumpa pers di Denpasar, Bali, Senin.
Dalam sesi konferensi pers menuju acara puncak GYC ke-3 itu, Patricia menuturkan keempat topik tersebut dipilih berdasarkan ketertarikan kaum muda yang tersebar di seluruh Indonesia dan sempat tergabung saat konferensi mini yang diselenggarakan di Lamongan, Bali dan Riau.
"Pada awal 2022 kami sudah berproses dengan panitia se-Indonesia, kita bahas tentang perubahan iklim di Lamongan yang mengundang sekolah adiwiyata dan Dinas Lingkungan Hidup Lamongan. Di Riau kita undang SMA/SMK pangan dan pertanian serta kampus pertanian membicarakan kedaulatan pangan dan mengundang Dinas Kedaulatan Pangan," ujarnya.
Baca juga: 70 anak tunarungu dan autis di Bali dapat edukasi lingkungan
Sementara dalam konferensi mini di Bali, jelas Patricia, kaum muda Bali ternyata memiliki ketertarikan dengan permasalahan sampah. Isu tersebut muncul karena banyaknya sampah di jalan sekitar tempat tinggal mereka.
"Kalau isu keberlanjutan kelautan ini pertama kami bahas karena kelautan jarang dibahas, padahal sebenarnya Indonesia lebih luas lautnya daripada daratnya. Jadi, kita ingin mulai mengajak kaum muda ngobrol soal lautan," kata Patricia.
Dalam pertemuan yang akan berlangsung secara daring tersebut, panitia GYC 2022 telah menyiapkan sejumlah ahli dan pakar yang dapat menjabarkan empat isu lingkungan kepada para peserta.
Patricia menyebut umumnya kaum muda yang mengikuti diskusi garapan GYC berada pada rentang usia 14 hingga 35 tahun dan tersebar di seluruh Indonesia, bahkan ada pula di beberapa negara Asia Tenggara.
Nantinya, forum tersebut akan menghasilkan sebuah laporan, saran maupun tanggapan dari kaum muda terkait permasalahan lingkungan saat ini untuk selanjutnya diteruskan kepada pemerintah maupun mitra GYC.
Baca juga: Pertamina gerakkan masyarakat Gianyar olah sampah secara mandiri
Selain itu, Patricia berharap bahwa melalui diskusi besar selama dua hari tersebut mampu meningkatkan kepedulian kaum muda terkait masalah lingkungan.
Menurutnya, anak muda adalah orang yang tepat dalam menyuarakan isu lingkungan karena tidak dapat selamanya mengandalkan orang yang lebih tua. Apalagi sejumlah besar kaum muda saat ini dinilai berpengaruh dalam menjaga alam untuk masa depan.
Selain menggaungkan isu lingkungan melalui konferensi, GYC juga turut dalam aksi, salah satunya penanaman mangrove. Diharapkan komunitas dan peserta dari luar Bali nantinya turut melakukan aksi penyelamatan lingkungan serupa di daerahnya masing-masing.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022