Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Suryani Institute for Mental Health (SIMH) mengumpulkan donasi melalui penjualan buku berisi gambaran kondisi orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) berat untuk membantu ODGJ terpasung di Bali.
Buku berjudul "Hope and Freedom" berisi foto dan catatan kisah beberapa Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Pulau Dewata dengan kaki terpasung atau dikurung dan hidup dalam garis kemiskinan.
"Bantuan yang mereka (ODGJ terpasung, red) butuhkan saat ini yang kami lakukan adalah penanganan medis dan kebutuhan sehari-hari seperti sembako," kata Dr dr Cokorda Bagus Jaya Lesmana, spesialis kedokteran jiwa RSUP Prof Ngoerah yang juga ambil bagian di LSM SIMH di Denpasar, Sabtu.
Baca juga: YTDW siapkan bantuan layanan bagi ODGJ di Bali
Penanganan yang diberikan pihaknya kepada ODGJ berat selama ini dianggap sesuatu yang besar bagi para penderita, karena pasien merasa terbantu dan tak berjuang sendirian, sehingga ini yang membuat LSM milik Prof Luh Ketut Suryani itu terus bergerak.
"Buku ini kami harap sampai ke pemerintah pusat, sehingga mereka perduli bahwa Bali yang sekarang masih menyisakan permasalahan gangguan jiwa agar tidak kita membiarkan permasalahan ini," ujar Dokter Jaya.
Menurutnya buku berisi foto yang diambil Rudi Waisnawa sejak 2014 silam itu selain seluruh penjualannya untuk menangani ODGJ terpasung, pun juga menjadi investasi masa depan, dengan mengenalkan isi buku kepada siswa agar memahami bahwa pemasungan merupakan hal yang tidak benar.
Dokter Jaya menyebut, di Pulau Dewata sendiri jumlah ODGJ terpasung mencapai 350 orang, dengan gejala berat mengamuk, membunuh, membakar, menghancurkan, membahayakan diri sendiri dan orang lain.
Baca juga: Pemkot Denpasar gencar vaksinasi COVID-19 disabilitas dan ODGJ
Untuk mengurangi itu maka pihak Suryani Institute for Mental Heart melakukan penanganan dengan datang langsung ke kediaman pasien. Di sana Dokter Jaya dan kolega merawat ODGJ dengan dipantau langsung keluarga pasien, sehingga ke depannya keluarga paham cara merawat pasien.
Prof Luh Ketut Suryani sendiri menambahkan bahwa salah satu penyebab seseorang mengalami gangguan jiwa adalah kondisi lingkungan.
"Kalau kami lihat situasi di Bali, rumah orang Bali itu kotor, tertutup semuanya, sarung tidak pernah diganti. Kalau orang normal pun diberikan rumah seperti itu pasti sesak dan bingung, jadi rumah bersih kemudian taman bersih dan sehat perlu," kata Prof Luh Ketut Suryani.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
Buku berjudul "Hope and Freedom" berisi foto dan catatan kisah beberapa Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Pulau Dewata dengan kaki terpasung atau dikurung dan hidup dalam garis kemiskinan.
"Bantuan yang mereka (ODGJ terpasung, red) butuhkan saat ini yang kami lakukan adalah penanganan medis dan kebutuhan sehari-hari seperti sembako," kata Dr dr Cokorda Bagus Jaya Lesmana, spesialis kedokteran jiwa RSUP Prof Ngoerah yang juga ambil bagian di LSM SIMH di Denpasar, Sabtu.
Baca juga: YTDW siapkan bantuan layanan bagi ODGJ di Bali
Penanganan yang diberikan pihaknya kepada ODGJ berat selama ini dianggap sesuatu yang besar bagi para penderita, karena pasien merasa terbantu dan tak berjuang sendirian, sehingga ini yang membuat LSM milik Prof Luh Ketut Suryani itu terus bergerak.
"Buku ini kami harap sampai ke pemerintah pusat, sehingga mereka perduli bahwa Bali yang sekarang masih menyisakan permasalahan gangguan jiwa agar tidak kita membiarkan permasalahan ini," ujar Dokter Jaya.
Menurutnya buku berisi foto yang diambil Rudi Waisnawa sejak 2014 silam itu selain seluruh penjualannya untuk menangani ODGJ terpasung, pun juga menjadi investasi masa depan, dengan mengenalkan isi buku kepada siswa agar memahami bahwa pemasungan merupakan hal yang tidak benar.
Dokter Jaya menyebut, di Pulau Dewata sendiri jumlah ODGJ terpasung mencapai 350 orang, dengan gejala berat mengamuk, membunuh, membakar, menghancurkan, membahayakan diri sendiri dan orang lain.
Baca juga: Pemkot Denpasar gencar vaksinasi COVID-19 disabilitas dan ODGJ
Untuk mengurangi itu maka pihak Suryani Institute for Mental Heart melakukan penanganan dengan datang langsung ke kediaman pasien. Di sana Dokter Jaya dan kolega merawat ODGJ dengan dipantau langsung keluarga pasien, sehingga ke depannya keluarga paham cara merawat pasien.
Prof Luh Ketut Suryani sendiri menambahkan bahwa salah satu penyebab seseorang mengalami gangguan jiwa adalah kondisi lingkungan.
"Kalau kami lihat situasi di Bali, rumah orang Bali itu kotor, tertutup semuanya, sarung tidak pernah diganti. Kalau orang normal pun diberikan rumah seperti itu pasti sesak dan bingung, jadi rumah bersih kemudian taman bersih dan sehat perlu," kata Prof Luh Ketut Suryani.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022