Badan Narkotika Nasional (BNN) RI memamerkan kopi dan aneka kerajinan hasil pemberdayaan masyarakat di daerah yang dinilai rawan narkotika pada pertemuan Kelompok Kerja wilayah Timur Jauh International Drugs Enforcement Conference (IDEC) di Bali.
Kepala BNN RI Komjen Pol. Petrus Reinhard Golose menyampaikan kopi dan aneka kerajinan tangan itu merupakan hasil dari pendekatan halus (soft power) BNN RI dalam mencegah dan memberdayakan para mantan pengedar dan pengguna narkotika.
“Tadi saya tunjukkan (kepada para delegasi, red.) stand-stand (pameran) yang ada bahwa kami dari awal menggunakan pendekatan soft power. Kami juga melakukan pemberdayaan kepada masyarakat di daerah rawan produksi dan peredaran narkotika,” kata Golose kepada jurnalis di sela-sela pertemuan IDEC di Nusa Dua, Badung, Bali, Selasa.
Baca juga: BNN pimpin pertemuan IDEC bahas strategi lawan kartel
Di salah satu kios pameran, kopi gayo menjadi salah satu produk yang dipamerkan kepada 98 delegasi dari 14 negara. Kopi gayo merupakan salah satu produk khas Aceh yang merupakan daerah rawan produksi dan peredaran narkotika jenis ganja.
Kepala Seksi (Kasi) Monitoring dan Evaluasi Pemberdayaan Alternatif Masyarakat Perkotaan BNN Kompol Titi Trimulyani saat ditemui di lokasi pameran menjelaskan daerah rawan narkotika merupakan kawasan yang masyarakatnya terdiri atas mantan bandar, bekas kurir, dan eks pemakai narkotika.
BNN lewat salah satu programnya, kata dia, memberi pelatihan kepada masyarakat yang salah satu hasilnya kopi gayo yang dipasarkan di pameran.
Baca juga: BNN kampanye antinarkotika bersama paduan suara dari 28 negara
“Dengan pelatihan-pelatihan itu, kami berharap mereka dapat beralih profesi yang tadinya menanam ganja dan baru keluar dari tahanan, lalu mereka punya kepercayaan diri, bisa mandiri, dan mempunyai (pendapatan) ekonomi yang halal,” kata Titi.
Di lokasi pertemuan IDEC, Titi menyampaikan para delegasi bakal diajak mencoba langsung kopi gayo hasil binaan BNN.
Jika nantinya para delegasi asing itu ingin membeli, maka mereka dapat memilih kopi giling atau kopi bubuk yang harganya Rp100.000 per bungkus, katanya sebagai salah satu penanggung jawab pameran.
Titi menjelaskan kopi gayo binaan BNN itu telah dipasarkan sudah lebih dari 2 tahun. Produk itu menjadi salah satu unggulan BNN yang dipamerkan di acara-acara tingkat nasional dan internasional.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
Kepala BNN RI Komjen Pol. Petrus Reinhard Golose menyampaikan kopi dan aneka kerajinan tangan itu merupakan hasil dari pendekatan halus (soft power) BNN RI dalam mencegah dan memberdayakan para mantan pengedar dan pengguna narkotika.
“Tadi saya tunjukkan (kepada para delegasi, red.) stand-stand (pameran) yang ada bahwa kami dari awal menggunakan pendekatan soft power. Kami juga melakukan pemberdayaan kepada masyarakat di daerah rawan produksi dan peredaran narkotika,” kata Golose kepada jurnalis di sela-sela pertemuan IDEC di Nusa Dua, Badung, Bali, Selasa.
Baca juga: BNN pimpin pertemuan IDEC bahas strategi lawan kartel
Di salah satu kios pameran, kopi gayo menjadi salah satu produk yang dipamerkan kepada 98 delegasi dari 14 negara. Kopi gayo merupakan salah satu produk khas Aceh yang merupakan daerah rawan produksi dan peredaran narkotika jenis ganja.
Kepala Seksi (Kasi) Monitoring dan Evaluasi Pemberdayaan Alternatif Masyarakat Perkotaan BNN Kompol Titi Trimulyani saat ditemui di lokasi pameran menjelaskan daerah rawan narkotika merupakan kawasan yang masyarakatnya terdiri atas mantan bandar, bekas kurir, dan eks pemakai narkotika.
BNN lewat salah satu programnya, kata dia, memberi pelatihan kepada masyarakat yang salah satu hasilnya kopi gayo yang dipasarkan di pameran.
Baca juga: BNN kampanye antinarkotika bersama paduan suara dari 28 negara
“Dengan pelatihan-pelatihan itu, kami berharap mereka dapat beralih profesi yang tadinya menanam ganja dan baru keluar dari tahanan, lalu mereka punya kepercayaan diri, bisa mandiri, dan mempunyai (pendapatan) ekonomi yang halal,” kata Titi.
Di lokasi pertemuan IDEC, Titi menyampaikan para delegasi bakal diajak mencoba langsung kopi gayo hasil binaan BNN.
Jika nantinya para delegasi asing itu ingin membeli, maka mereka dapat memilih kopi giling atau kopi bubuk yang harganya Rp100.000 per bungkus, katanya sebagai salah satu penanggung jawab pameran.
Titi menjelaskan kopi gayo binaan BNN itu telah dipasarkan sudah lebih dari 2 tahun. Produk itu menjadi salah satu unggulan BNN yang dipamerkan di acara-acara tingkat nasional dan internasional.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022