Ketua Forum Komunikasi Partisipasi Publik Untuk Kesejahteraan Perempuan dan Anak (FK PUSPA) Kota Denpasar, Bali, Ny. Ayu Kristi Arya Wibawa mengatakan perempuan harus mampu menjadi wanita tangguh dan berdaya di keluarga dan di lingkungan masyarakat seperti RA Kartini.

"Menjadi kaum perempuan harus tangguh dalam rumah tangga dan lingkungan masyarakat," kata Ayu Krista saat menjadi narasumber dalam talkshow tentang Perempuan Bali "Luh Luwih" Tangguh, Sehat dan Berdaya serangkaian memperingati Hari Kartini 2022 di Denpasar, Rabu.

ia mengatakan seorang "Luh" (perempuan) dalam Bahasa Bali sering diperibahasakan sebagai "Luh Luwih dan Luh Luhu" (perempuan bisa menjadi orang mulia atau sebaliknya).

"Luh Luwih" artinya wanita mulia sebagai dambaan setiap orang yang dapat menjadikan dirinya sebagai guru yang dihormati dan masyhur. Sedangkan "Luh Luhu" artinya sampah sehingga perempuan disebut berperilaku kurang baik ibaratnya sampah masyarakat. 

"Perempuan Bali sejatinya orang tangguh yang bisa mengambil semua pekerjaan, peranan perempuan dalam budaya Bali sendiri sesungguhnya sangatlah kompleks,"  ucapnya.

Ayu Kristi Arya Wibawa mengatakan perempuan Bali sering dipuji sebagai perempuan tangguh dan multitalenta padahal sebenarnya hal ini bukanlah pekerjaan yang ringan, sehingga perempuan Bali perlu membagi waktu secara bijak dan berimbang untuk semua urusan baik di kantor, keluarga dan maupun bermasyarakat secara tenang dan ikhlas, sehingga pekerjaan itu tidak menjadi beban.  

"Yang terpenting tetap memosisikan waktu sebagai kodrat perempuan yang cerdas dan bertanggung jawab. Jangan biarkan waktu mengatur kita. Tapi kita yang membagi waktu secara bijak, tetap keluarga sebagai prioritas utama," katanya.

Ia menjelaskan FK PUSPA merupakan mitra pemerintah dalam memfasilitasi masyarakat khususnya dalam pemberdayaan kaum perempuan dan perlindungan kepada anak serta pemenuhan hak-hak yang mereka miliki. 

Dalam program-programnya bermuara pada "three ends yaitu end violence against women and children (akhiri kekerasan pada perempuan dan anak) end human trafficking (akhiri perdagangan manusia) dan End Barriers to Economic Justice (akhir kesenjangan ekonomi)". 

Memaknai semangat Hari Kartini, Ayu Kristi Arya Wibawa berharap seharusnya tidak hanya terbatas pada tanggal 21 April saja, namun spiritnya harus bisa kita tetapkan dan implementasikan setiap harinya. Apa yang diperjuangkan Kartini dulu masih harus terus dilanjutkan meskipun begitu banyak perkembangan dalam persamaan hak, kebebasan, otonomi, serta kesetaraan yang sudah didapatkan oleh kaum perempuan kini. Terlebih bagi perempuan Bali kita harus bangga akan jati diri yang kita miliki menjadi seorang "Luh Luwih di dalam maupun diluar rumah.

 

Pewarta: I Komang Suparta

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022