Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati menegaskan ada tiga komponen yang telah mendukung kesiapan daerah setempat untuk menerima kunjungan wisatawan mancanegara, meskipun di tengah situasi pandemi COVID-19 yang belum sepenuhnya berakhir.

"Tiga komponen itu adalah pelaku usaha pariwisata, masyarakat dan pemerintah," kata Wagub Bali yang biasa disapa Cok Ace itu di Denpasar, Kamis.

Provinsi Bali mulai Kamis (14/10) ini resmi dibuka untuk penerbangan internasional dan siap menerima kedatangan wisatawan mancanegara.

Dia mengemukakan, komponen pertama yang mendukung kesiapan Bali yakni pelaku usaha, khususnya yang bergerak di industri pariwisata, telah melakukan sejumlah persiapan antara lain mengikuti sertifikasi CHSE (cleanliness, health, safety and environment sustainability) atau kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan.

Baca juga: Resmi, Bandara Ngurah Rai kembali dibuka untuk penerbangan internasional

Saat ini tercatat 1.576 tempat usaha termasuk Daerah Tujuan Wisata (DTW) telah mengantongi sertifikat CHSE. Selain itu, pelaku usaha di Pulau Dewata juga aktif menyukseskan program pemanfaatan aplikasi PeduliLindungi yang digencarkan pemerintah.

"Pemerintah menargetkan 10 ribu aplikasi pada tempat usaha di Bali. Hingga tanggal 10 Oktober 2021, 9.322 tempat usaha di Bali telah menggunakan aplikasi PeduliLindungi sebagai syarat masuk," ujarnya

Masih terkait kesiapan pelaku usaha, 35 hotel telah disiapkan sebagai tempat karantina bagi wisman yang baru datang. Selain menyiapkan hotel karantina bagi wisman yang negatif COVID-19 dari hasil pemeriksaan Swab PCR di bandara, pihaknya juga mengantisipasi kemungkinan adanya wisman yang diketahui positif COVID-19 berdasarkan hasil skrining di bandara.

"Kita berharap tak ada yang positif, tapi bagaimanapun tetap harus kita antisipasi. Kalau ada yang positif, kita akan klasifikasi dalam penempatan. Mereka yang tanpa gejala kita siapkan hotel isolasi yang telah tersertifikasi dan terhubung dengan rumah sakit. Sedangkan yang bergejala akan langsung dirujuk ke rumah sakit," ujarnya.

Didampingi Kadis Kominfos Bali Gede Pramana, dia mengatakan komponen kedua yakni masyarakat juga sangat antusias menyambut pembukaan Bali bagi wisman. Antusiasme itu ditunjukkan dengan ketaatan dalam penerapan protokol kesehatan yang menjadi syarat dibukanya Bali untuk dunia luar.

"Kontribusi masyarakat sangat luar biasa. Dari hasil survei, masyarakat Bali paling taat menerapkan prokes, khususnya dalam penggunan masker yaitu mencapai 95 persen," ujarnya.

Peran aktif masyarakat juga ditunjukkan dengan dukungan terhadap program vaksinasi. Saat ini, imbuh Cok Ace, vaksinasi tahap pertama telah tuntas 99 persen dan vaksinasi tahap dua mendekati 84 persen.

Baca juga: Dinpar Bali: Belum ada wisman datang pada 14 Oktober

Selain dukungan pelaku usaha dan masyarakat, pemerintah mengambil peran dalam menyiapkan sarana dan prasarana fasilitas kesehatan. "Kami menyiapkan 62 RS rujukan dan 25 laboratorium yang siap melayani jika dibutuhkan," ucapnya.

Kendati seluruh elemen telah siap, ia memahami bahwa tidak serta merta wisatawan mancanegara akan langsung berdatangan.

Dari hasil pembicaraannya dengan pelaku usaha yang biasa mendatangkan wisman, setidaknya dibutuhkan waktu tiga minggu hingga 1 bulan.

"Hari ini dibuka, hasilnya mungkin baru akan terlihat akhir bulan Oktober atau awal tahun depan. Karena mereka membutuhkan waktu untuk sosialisasi, menyiapkan visa dan bookingan. Tapi kalau yang 'charter flight', bisa jadi akan datang lebih cepat," ujarnya.

Meskipun kedatangan wisman belum langsung terlihat ketika Bali dibuka, namun ini berpendapat kalau kebijakan ini memberi semangat dan harapan baru bagi pelaku pariwisata di Pulau Dewata.

Penglingsir (tokoh) Puri Ubud ini berharap situasi COVID-19 di Bali yang saat ini telah bisa dikendalikan akan terus melandai.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021