Perhimpunan Donor Darah Indonesia (PDDI) Provinsi Bali mengajak masyarakat di Pulau Dewata tidak fobia (takut) melakukan donor darah karena dalam situasi pandemi COVID-19 ini kebutuhan darah mencapai hingga 160 kantong per hari.
"Khususnya mereka yang sempat terkena COVID-19 dan harus dirawat di RS, seringkali merasa fobia untuk melakukan donor darah, apalagi kalau donor dilakukan di rumah sakit," kata Ketua PDDI Provinsi Bali I Ketut Pringgantara di Denpasar, Rabu.
Menurut dia, tingginya kebutuhan darah dari pendonor, tak hanya untuk membantu perawatan pasien COVID-19, tetapi juga untuk pasien penyakit lainnya yang membutuhkan tindakan operasi.
"Misalnya saja untuk operasi besar bagi mereka yang terkena penyakit jantung, untuk satu orang pasien dibutuhkan hingga 30 kantong darah," ucap Pringgantara.
Pihaknya mencatat dalam kondisi pandemi ini, rata-rata kebutuhan darah di Bali dalam satu semester mencapai 10 ribu kantong dan bersyukur selama ini masih bisa terpenuhi.
Terkait upaya memenuhi kebutuhan plasma konvalesen, pihaknya juga menggunakan strategi khusus dengan langsung mendatangi para penyintas COVID-19, membawa mesin dan diajak bercengkrama, sehingga dapat mengurangi rasa fobia mereka.
Di samping itu, kegiatan donor darah oleh PDDI Bali tidak saja menggandeng kelompok masyarakat atau komunitas tertentu, namun juga dilaksanakan kegiatan donor darah berbasis banjar (dusun).
"Oleh karena Bali dinilai tingkat keseriusannya dalam penanganan kedonordarahan itu tinggi, maka Pengurus Besar PDDI Pusat telah menunjuk Bali sebagai tuan rumah dalam HUT ke-43 PDDI pada 25 September 2021," ucapnya.
Hal itu, lanjut Pringgantara, tidak terlepas dari dukungan masyarakat Bali yang luar biasa dan peran media yang memberitakan dengan baik terkait pentingnya berdonor darah bagi kemanusiaan.
"Jadi, semacam ada kekuatan baru yang telah menutrisi para pendonor untuk mau berbagi kepada sesama," ucapnya.
Dalam HUT Ke-43 PPDI pada 25 September 2021 itu, akan diundang sekitar 250 pendonor dan telah disiapkan bingkisan menarik. Pada kegiatan itu juga akan dilakukan skrining pemeriksaan plasma konvalesen.
"Kami sangat berharap 'border' pariwisata segera dibuka, pariwisata bisa menggeliat kembali dan ekonomi kita segera pulih," ujar Pringgantara.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
"Khususnya mereka yang sempat terkena COVID-19 dan harus dirawat di RS, seringkali merasa fobia untuk melakukan donor darah, apalagi kalau donor dilakukan di rumah sakit," kata Ketua PDDI Provinsi Bali I Ketut Pringgantara di Denpasar, Rabu.
Menurut dia, tingginya kebutuhan darah dari pendonor, tak hanya untuk membantu perawatan pasien COVID-19, tetapi juga untuk pasien penyakit lainnya yang membutuhkan tindakan operasi.
"Misalnya saja untuk operasi besar bagi mereka yang terkena penyakit jantung, untuk satu orang pasien dibutuhkan hingga 30 kantong darah," ucap Pringgantara.
Pihaknya mencatat dalam kondisi pandemi ini, rata-rata kebutuhan darah di Bali dalam satu semester mencapai 10 ribu kantong dan bersyukur selama ini masih bisa terpenuhi.
Terkait upaya memenuhi kebutuhan plasma konvalesen, pihaknya juga menggunakan strategi khusus dengan langsung mendatangi para penyintas COVID-19, membawa mesin dan diajak bercengkrama, sehingga dapat mengurangi rasa fobia mereka.
Di samping itu, kegiatan donor darah oleh PDDI Bali tidak saja menggandeng kelompok masyarakat atau komunitas tertentu, namun juga dilaksanakan kegiatan donor darah berbasis banjar (dusun).
"Oleh karena Bali dinilai tingkat keseriusannya dalam penanganan kedonordarahan itu tinggi, maka Pengurus Besar PDDI Pusat telah menunjuk Bali sebagai tuan rumah dalam HUT ke-43 PDDI pada 25 September 2021," ucapnya.
Hal itu, lanjut Pringgantara, tidak terlepas dari dukungan masyarakat Bali yang luar biasa dan peran media yang memberitakan dengan baik terkait pentingnya berdonor darah bagi kemanusiaan.
"Jadi, semacam ada kekuatan baru yang telah menutrisi para pendonor untuk mau berbagi kepada sesama," ucapnya.
Dalam HUT Ke-43 PPDI pada 25 September 2021 itu, akan diundang sekitar 250 pendonor dan telah disiapkan bingkisan menarik. Pada kegiatan itu juga akan dilakukan skrining pemeriksaan plasma konvalesen.
"Kami sangat berharap 'border' pariwisata segera dibuka, pariwisata bisa menggeliat kembali dan ekonomi kita segera pulih," ujar Pringgantara.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021