Sosiolog Universitas Udayana, Bali Wahyu Budi Nugroho meminta agar tetap mewaspadai ancaman gelombang ketiga COVID-19, setelah dibukanya mal 50 persen dan beberapa tempat wisata di Bali.
Ia mengungkapkan, belum ada bukti untuk mengetahui tingkat keparahan dari masing-masing varian virus tersebut. Namun, bagi masyarakat yang sudah vaksin memiliki kekebalan tubuh yang baik sehingga belum perlu untuk dikhawatirkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
"Dari fenomena revenge travel (peningkatan wisatawan) setelahp mal dan beberapa tempat wisata yang patut diwaspadai dari fenomena ini adalah ancaman gelombang ketiga COVID-19," kata Wahyu saat dikonfirmasi di Denpasar, Bali, Sabtu.
Ia mengatakan ketika berada di tempat publik yang rentan terjadi kerumunan, maka tetap harus waspada terhadap munculnya gelombang ketiga COVID, apalagi adanya varian baru MU yang pertama kali muncul di Kolombia.
Ia mengatakan ketika berada di tempat publik yang rentan terjadi kerumunan, maka tetap harus waspada terhadap munculnya gelombang ketiga COVID, apalagi adanya varian baru MU yang pertama kali muncul di Kolombia.
"Ketika dikaitkan dengan fenomena revenge travel, negara-negara yang awalnya mempopulerkan istilah revenge travel adalah mereka yang sudah memvaksin lebih dari 50 persen penduduknya. Bagaimana dengan kita di Indonesia? Nah, ini yang sebenarnya jadi perhatian banyak pihak," katanya.
Untuk itu, kata dia semua pihak terutama pemerintah dan pelaku pariwisata harus sigap dan siap menghadapi situasi yang makin dinamis.
Ia menilai masih diperlukan pembatasan kunjungan wisatawan dan sosialisasi untuk terus menerapkan protokol kesehatan dalam berwisata harus terus digaungkan.
"Boleh jadi, pembatasan wisatawan dengan cara mendaftar secara online terlebih dahulu, bisa juga dilakukan. Namun, hal ini agaknya terbatas atau baru bisa dilakukan pada objek-objek wisata yang dikelola secara profesional seperti mal, museum, kebun binatang, atau objek-objek wisata yang dikelola pemerintah," jelasnya.
Untuk objek wisata lokal, kedisiplinan pelaku pariwisata lokal dan aparat masih diperlukan untuk memastikan ditaatinya protokol kesehatan oleh wisatawan, terutama dalam segi jumlah pengunjungnya.
Ia juga mengingatkan, sebagaimana wacana yang sempat muncul beberapa waktu lalu, yaitu ketaatan prokes sebagai salah satu daya tarik baru untuk pariwisata.
Sebelumnya, Ahli Virologi Universitas Udayana Bali Prof I Gusti Ngurah Kade Mahardika mengatakan bahwa penyebaran virus COVID-19 varian MU tidak secepat penyebaran varian Delta.
Sebelumnya, Ahli Virologi Universitas Udayana Bali Prof I Gusti Ngurah Kade Mahardika mengatakan bahwa penyebaran virus COVID-19 varian MU tidak secepat penyebaran varian Delta.
Ia mengungkapkan, belum ada bukti untuk mengetahui tingkat keparahan dari masing-masing varian virus tersebut. Namun, bagi masyarakat yang sudah vaksin memiliki kekebalan tubuh yang baik sehingga belum perlu untuk dikhawatirkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021