Denpasar (Antara Bali) - Nilai impor produk holtikultura berlipat hingga hampir 300 persen dalam kurun waktu lima tahun terakhir, kata Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan, Deddy Saleh.

"Berdasarkan catatan kami, nilai impor produk hortikultura tersebut pada 2006 hanya  600 juta dolar AS, tetapi 2011 menjadi 1,7 miliar dolar AS," kata Dirjen Perdagangan Luar Negeri, Sabtu.

Deddy yang pada Jumat (29/6) melakukan sosialisasi ketentuan impor di Sanur menjelaskan, produk holtikultura berupa buah-buahan dan sayuran itu, paling banyak didatangkan dari China.

Semakin melonjaknya nilai impor, katanya, harus diatasi dengan memenuhi kebutuhan produk holtikultura dari dalam negeri yang lebih berkualitas dan terjamin pasokannya.

"Kami berharap bisa dipenuhi oleh para petani di dalam negeri, namun harus mampu bersaing dengan produk impor. Untuk itu perlu upaya peningkatan kualitas produk hortikultura dari dalam negeri," ucapnya.

Menurut Deddy, sebenarnya sebagian besar konsumen hortikultura di dalam negeri sangat menginginkan hal itu, tapi terkadang terbentur kualitas produk yang tidak dapat bersaing dengan komoditas impor.

Namun dengan adanya kebijakan pembatasan impor hortikultura, membuat devisa yang harus dikeluarkan bisa ditekan. "Apalagi dengan adanya aturan bahwa produk itu hanya boleh masuk melalui empat pelabuhan khusus, kecuali barang yang berasal dari negara yang sudah menjalin kerja sama," ucapnya.(IGT/T007)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012