Singaraja (Antara Bali) - Akademisi Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), Bali, Prof I Wayan Lasmawan MPd menilai buah lokal Pulau Dewata berpotensi menyaingi produk buah impor karena lebih segar dan lebih cepat sampai di tangan konsumen.
"Buah lokal memiliki keunggulan pada sektor rantai distribusi, dimana hasil panen petani Bali disalurkan langsung kepada para konsumen melalui pasar tradisional maupun modern," kata I Wayan Lasmawan di Singaraja, Sabtu.
Menurut dia, rasa dan kesegaran buah lokal Pulau Dewata juga tidak kalah saing dengan buah hasil para petani luar negeri seperti Amerika dan Tiongkok.
Ia menjelaskan, buah impor pada umumnya unggul pada penampilan saja, karena meski bagamana pun kualitas buah itu akan cenderung mengalami penurunan jika melalui rantai distribusi dalam jangka waktu lama.
"Kalau buah impor harus melalui proses perjalanan selama minimal 10 hari apakah masih bisa dikatakan segar?, belum lagi diam di gudang dan sampai di tangan konsumen usianya bisa mencapai dua minggu," kata dia.
Selain itu, kata dia, kemasan sangat menentukan ketertarikan konsumen dalam membeli barang. Ia mencontohkan buah-buahan impor yang dijual di pasar modern dengan buah lokal yang dijual pedagang tradisional.
"Saya contohkan jeruk atau anggur lokal Bali yang ditumpuk dalam keranjang besar dalam jumlah banyak saat penjualannya.
Sedangkan buah impor yang dijual di supermarket dikemas sedemikian rupa ditaruh dietalase pendingin dikasih lampu-lampu sehingga kelihatan lebih segar dan menarik," ujarnya.
Di sisi lain, pihaknya menilai konsumen lebih memilih berbelanja dan membeli buah impor di pasar modern karena gaya hidup masyarakat yang semakin modern.
Ia mengungkapkan, perlu perubahan pola fikir di kalangan masyarakat lokal Bali, dengan lebih menghargai dan mengutamakan buah lokal untuk ritual maupun konsumsi.
"Masyarakat semestinya berperan melestarikan buah lokal dengan lebih mengutamakan buah lokal hasil panen petani di Bali sehingga dapat menekan maraknya buah lokal yang ada di pasaran," kata dia. (WDY)