Pemkab Buleleng mengadakan Festival Kopi Buleleng pada 22-24 Juni 2021, untuk membangkitkan kopi unggulan arabika dan robusta yang memang banyak ditanam dan diproduksi di Bali utara.

Di sela-sela festival di kawasan Lovina, Selasa, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana mengatakan, selama ini petani kopi belum maksimal dalam menjaga kualitas kopinya sehingga harga kopi akan menjadi lebih murah.

"Kalau kita mengandalkan menjual kopi dengan cara lama, tanpa meningkatkan hasil olahan, kita kalah saing, dan kita kalah harga, karena ditekan tengkulak," katanya.

Menurut Bupati, petani kopi masih meraba-raba skema yang tepat untuk pemasaran kopi Buleleng. Ia mengungkapkan, Buleleng belum memiliki alat roasting kopi yang baik, sehingga hasilnya kurang bagus.

"Kalau cara roasting, alatnya masih konvensional, tadi sudah kita diskusikan kita akan studi banding tentang alat-alat pembuat kopi yang bisa membuat rasa kopi terus sama," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Disdagperinkop-UKM Buleleng Drs. Dewa Made Sudiarta, M.Si menjelaskan, Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (GERNAS BBI) menjadi pedoman bagi Pemerintah Daerah untuk mengembangkan produk unggulan yang berkualitas dan berdaya saing.

Baca juga: Bupati Tabanan berharap barista populerkan Kopi Bali ke mancanegara

"Festival Kopi Buleleng ini merupakan wujud bangga produk lokal Buleleng dan momentum mengangkat dan rebranding Kopi Buleleng menjadi produk unggulan searah the spirit of sobean," katanya.

Menurut Sudiarta, tujuan dari Festival Kopi Buleleng ini juga untuk, meningkatkan kebanggaan produk lokal Buleleng dengan budidaya, menggunakan, membeli dan memasarkan kopi Buleleng, meningkatkan pemahaman kelompok petani dan UMKM dalam menghasilkan kopi dan olahan kopi berkualitas dan berdaya saing berorientasi pasar.

Selain itu juga untuk meningkatkan keterampilan dan skill pelaku UMKM pengolah kopi/calon barista dalam mempertahankan dan mengembangkan usaha, memperluas akses pemasaran produk unggulan kopi Buleleng secara konvensional, online dan pemasaran digital, dan menguatkan sinergi dan kolaborasi berbagai komunitas, asosiasi, perguruan tinggi dan antar SKPD untuk mewujudkan UMKM naik kelas menuju the spirit of sobean.

Sementara itu, Wakil Bupati Buleleng dr. I Nyoman Sutjidra mengatakan, komposisi lahan budidaya kopi robusta dan arabika memang terlihat sangat jauh. Robusta sekitar 10.000 hektare, kemudian arabika sebanyak 2.000 hektare.

Menurutnya, kita harus bisa memaksimalkan lahan yang ada baik robusta maupun arabika. Walaupun robusta mempunyai nilai ekonomi yang lebih rendah, tetapi karena jumlah luasan lahannya yang lebih besar. Ini juga bisa meningkatkan kesejahteraan petani.

Baca juga: Bupati Karangasem buka Lomba Barista Kopi Bali

"Jadi pada kesempatan ini Wabup Sutjidra menyampaikan kepada para petani, dan PD Swatantra untuk membuat kelompok-kelompok petani kopi. Agar petani kopi tidak jatuh ke tangan pihak ketiga," ujarnya.

 

Pewarta: Made Adnyana

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021