Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik (Diskominfos) Provinsi Bali Gede Pramana menyesalkan pemberitaan di sejumlah media yang menyampaikan Abdullah Malanua (44) ,seorang tukang jahit di Kota Denpasar, yang meninggal dunia setelah divaksin COVID-19.
"Sangat disayangkan banyak sekali pemberitaan yang mengatakan bahwa ada korban meninggal akibat vaksin, padahal belum ada penjelasan resmi dari pihak yang berkompeten tentang itu, namun sudah diberitakan orang tersebut meninggal karena vaksin," katanya dalam keterangan pers bersama Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya di Denpasar, Rabu.
Oleh karena itu, dia meminta agar awak media lebih cermat dalam pemberitaan dan membantu mengedukasi masyarakat melalui berita yang berasal dari sumber dan data yang dapat dipercaya.
Pemerintah, beserta pemangku kepentingan (stakeholder) terkait yang berwenang dalam hal itu, lanjut Pramana, terus mengupayakan ketersediaan vaksin yang aman di tengah masyarakat sebagai salah satu cara untuk keluar dari pandemi, sekaligus memperketat penerapan protokol kesehatan.
Baca juga: Satgas COVID-19 bantah 27 kematian karena vaksin Sinovac
Menurut dia, dengan adanya pemberitaan negatif terkait vaksin tanpa didukung dengan data serta dari sumber yang akurat dapat menimbulkan keresahan di masyarakat.
Pejabat kelahiran Wangaya Kelod, Denpasar, ini juga meminta masyarakat agar selalu mencari informasi, baik itu terkait COVID-19, maupun vaksinasi dari situs-situs resmi yang disediakan oleh pemerintah sehingga informasi yang didapatkan akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya juga sangat menyayangkan beredarnya pemberitaan yang mengatakan ada korban meninggal akibat vaksin COVID-19 tanpa berdasarkan data ataupun informasi yang akurat.
Kadinkes pun merilis hasil autopsi verbal kronologis dari Abdullah Malanua (44) yang diberitakan meninggal setelah mendapatkan vaksinasi AstraZeneca.
Dia menyampaikan korban yang berprofesi sebagai tukang jahit ini sudah sakit kurang lebih dari seminggu yang lalu dan hanya istirahat di kamar, jarang keluar apalagi bekerja.
Sakit yang dikeluhkan adalah sakit kepala yang terus-menerus bahkan terkadang almarhum sampai muntah-muntah, dan berkeringat dingin. "Almarhum juga dikatakan memang memiliki riwayat penyakit tekanan darah tinggi, diabetes dan kolesterol," katanya.
Baca juga: Hoaks, Presiden Turki Erdogan sebut ada negara disita China
Pada saat almarhum ikut vaksin, semua proses skrining dan sebagainya sudah dilakukan dan kondisi saat itu memungkinkan untuk mendapatkan vaksin. Kemudian dua hari setelah vaksin Abdullah ditemukan meninggal.
"Kita tidak bisa menyimpulkan yang bersangkutan meninggal karena vaksin. Setelah vaksin ada observasi dan baik-baik saja. Jadi jangan sedikit-sedikit ada orang meninggal dikaitkan dengan COVID atau ada yang meninggal setelah beberapa harinya mendapatkan vaksin dikaitkan meninggal karena vaksin," ucapnya.
Suarjaya mengajak untuk mencari dulu data yang akurat dari orang yang kompeten, sehingga informasi tidak bias dan timbul rasa khawatir dari masyarakat untuk mengikuti vaksinasi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
"Sangat disayangkan banyak sekali pemberitaan yang mengatakan bahwa ada korban meninggal akibat vaksin, padahal belum ada penjelasan resmi dari pihak yang berkompeten tentang itu, namun sudah diberitakan orang tersebut meninggal karena vaksin," katanya dalam keterangan pers bersama Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya di Denpasar, Rabu.
Oleh karena itu, dia meminta agar awak media lebih cermat dalam pemberitaan dan membantu mengedukasi masyarakat melalui berita yang berasal dari sumber dan data yang dapat dipercaya.
Pemerintah, beserta pemangku kepentingan (stakeholder) terkait yang berwenang dalam hal itu, lanjut Pramana, terus mengupayakan ketersediaan vaksin yang aman di tengah masyarakat sebagai salah satu cara untuk keluar dari pandemi, sekaligus memperketat penerapan protokol kesehatan.
Baca juga: Satgas COVID-19 bantah 27 kematian karena vaksin Sinovac
Menurut dia, dengan adanya pemberitaan negatif terkait vaksin tanpa didukung dengan data serta dari sumber yang akurat dapat menimbulkan keresahan di masyarakat.
Pejabat kelahiran Wangaya Kelod, Denpasar, ini juga meminta masyarakat agar selalu mencari informasi, baik itu terkait COVID-19, maupun vaksinasi dari situs-situs resmi yang disediakan oleh pemerintah sehingga informasi yang didapatkan akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya juga sangat menyayangkan beredarnya pemberitaan yang mengatakan ada korban meninggal akibat vaksin COVID-19 tanpa berdasarkan data ataupun informasi yang akurat.
Kadinkes pun merilis hasil autopsi verbal kronologis dari Abdullah Malanua (44) yang diberitakan meninggal setelah mendapatkan vaksinasi AstraZeneca.
Dia menyampaikan korban yang berprofesi sebagai tukang jahit ini sudah sakit kurang lebih dari seminggu yang lalu dan hanya istirahat di kamar, jarang keluar apalagi bekerja.
Sakit yang dikeluhkan adalah sakit kepala yang terus-menerus bahkan terkadang almarhum sampai muntah-muntah, dan berkeringat dingin. "Almarhum juga dikatakan memang memiliki riwayat penyakit tekanan darah tinggi, diabetes dan kolesterol," katanya.
Baca juga: Hoaks, Presiden Turki Erdogan sebut ada negara disita China
Pada saat almarhum ikut vaksin, semua proses skrining dan sebagainya sudah dilakukan dan kondisi saat itu memungkinkan untuk mendapatkan vaksin. Kemudian dua hari setelah vaksin Abdullah ditemukan meninggal.
"Kita tidak bisa menyimpulkan yang bersangkutan meninggal karena vaksin. Setelah vaksin ada observasi dan baik-baik saja. Jadi jangan sedikit-sedikit ada orang meninggal dikaitkan dengan COVID atau ada yang meninggal setelah beberapa harinya mendapatkan vaksin dikaitkan meninggal karena vaksin," ucapnya.
Suarjaya mengajak untuk mencari dulu data yang akurat dari orang yang kompeten, sehingga informasi tidak bias dan timbul rasa khawatir dari masyarakat untuk mengikuti vaksinasi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021