Anggota Dewan Perwakilan Daerah Made Mangku Pastika mendorong para petani di Kabupaten Bangli, Provinsi Bali supaya mengadopsi teknologi pertanian untuk meningkatkan kualitas hasil produksi sehingga bisa bersaing dengan produk luar Bali.

"Contohnya jeruk dari Kintamani, Bangli itu bagus, tetapi masih kalah dengan jeruk dari luar negeri, termasuk dari Lumajang. Sentuhan teknologi itu penting agar kualitas bisa bersaing di tingkat nasional bahkan internasional," kata Pastika saat dialog virtual dengan petani dari Desa Dausa, Bangli, Sabtu.

Menurut Pastika, dengan ciri khas jeruk Kintamani yang kulitnya tebal dan relatif bisa bertahan lama, tinggal diberikan sentuhan teknologi sehingga ukurannya menjadi lebih besar dan rasanya lebih manis.

"Bangli, saya tahu persis jumlah sawahnya nggak banyak, tetapi dari sisi perkebunan dan komoditas hortikulturanya kalau dioptimalkan, hasilnya akan sangat baik," ujar mantan Gubernur Bali dua periode itu.

Baca juga: Anggota DPD apresiasi petani di Bali semangat kembangkan "Simantri"

Apalagi, sekarang akibat dari pandemi, ucap Pastika, orang mau tidak mau harus menekuni pertanian dan tidak lagi bisa tergantung pariwisata. "Meskipun sudah ada vaksin, untuk kembali ke masa keemasan pariwisata, akan sulit," ucapnya.

Untuk menarik minat generasi muda agar mau melirik sektor pertanian, lanjutnya, maka beralih ke sistem pertanian modern harus sudah menjadi pilihan.

Pastika mengharapkan komunitas Agro Learning Center Denpasar dan Bangga Menjadi Petani (Bajatani) dapat membantu petani di Kabupaten Bangli untuk memberikan sentuhan teknologi.

Baca juga: Petani di Tabanan-Bali berharap keberpihakan pemerintah

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Bangli I Wayan Sarma mengatakan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB di kabupaten setempat selama ini mencapai 26,77 persen pada 2019.

Komoditas unggulan yang dihasilkan petani Kabupaten Bangli yakni bawang merah pertahun dengan produksi 18.994 ton, kubis 17.057 ton, cabai besar 7.515 ton, kopi arabika 2.250 ton, jeruk siam 168.240 ton, di samping juga dari sektor perikanan berupa ikan nila 4.248 ton.

Di tengah keterbatasan luasan sawah di Kabupaten Bangli yang hanya 5,2 persen dari luas daerah, setiap tahun daerah itu mengalami kekurangan beras berkisar hingga 6.000-7.000 ton.

Sarma pun tidak memungkiri, selain kopi arabika, komoditas pertanian yang dihasilkan lainnya masih belum bisa bersaing untuk ekspor, di samping rendahnya kualitas SDM di pertanian yang mayoritas sudah berusia 50 tahun ke atas.

Baca juga: Pastika: Gianyar potensial budidayakan pertanian organik

Di tengah kondisi keterbatasan anggaran Kabupaten Bangli, para petani di Kabupaten Bangli selama ini juga telah menerima sejumlah bantuan infrastruktur pertanian dari pemerintah pusat seperti bantuan embung untuk daerah Bangli bagian utara, bantuan perpompaan, hingga saluran irigasi tersier untuk lahan sawah 600 hektare.

Selain itu, ada juga bantuan transfer yang langsung ke kelompok-kelompok petani dan 13 kelompok wanita tani juga menerima bantuan untuk mendukung program Pangan Lestari.

Perbekel (kepala desa) Desa Dausa I Ketut Samiarta mengatakan lahan pertanian di desa setempat mencapai 70 persen. "Infrastruktur pendukung pertanian menjadi kendala petani kami karena lahan pertanian berada di atas bukit," ucapnya pada acara yang dihadiri perwakilan tujuh subak dan komunitas Bangga Jadi Petani itu.

Di samping itu, karena lokasi desa yang jauh dari kota sehingga hasil pertanian kurang terserap maksimal dan jaringan tengkulak yang dilalui banyak.


 
Perbekel Desa Dausa Kabupaten Bangli I Ketut Samiarta (kiri) bersama Nyoman Baskara yang memandu dialog secara virtual
(Antaranews Bali/Rhisma/2021)

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021