Anggota DPD Made Mangku Pastika mengatakan para petani di berbagai desa di Kabupaten Gianyar, Bali, potensial untuk mengembangkan pertanian organik, sejalan dengan upaya untuk mewujudkan pariwisata yang lebih berkualitas.
"Memang tidak mudah meyakinkan petani untuk beralih ke pertanian organik karena petani pastinya ingin hasilnya yang instan, cepat dan banyak," kata Pastika dalam kegiatan reses secara virtual bertajuk Pemberdayaan Beras Organik dan Budi Daya Ikan dengan petani dari Desa Sidan, Kabupaten Gianyar, Minggu.
Terlebih dalam kondisi pandemi COVID-19 saat ini, lanjut Pastika, proses pertanian yang sehat sangat diperlukan. Sistem pertanian dengan menggunakan pupuk kimia dan pestisida telah terbukti banyak menyebabkan penyakit,
"Saya senang sekali hari ini bisa bertemu dengan teman-teman petani Sidan yang sudah mulai menekuni pertanian organik. Itulah kenapa saat saya dulu menjadi Gubernur Bali mengembangkan Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) dan sudah terbentuk hingga 800 unit karena ingin menjadikan Bali sebagai pulau organik," ucapnya.
Baca juga: Mangku Pastika soroti kerusakan lingkungan Danau Batur
Kabupaten Gianyar, lanjut Pastika, selain sebagai kota seni juga sangat potensial untuk dikembangkan pertanian organik untuk mendukung pariwisata karena memiliki lahan pertanian yang masih cukup luas.
"Sebelumnya untuk menarik masyarakat menjadi petani memang tidak mudah karena daya tarik pariwisata yang besar," ujar pria yang juga anggota Komite 2 dan anggota Badan Urusan Legislasi Daerah DPD RI itu.
Saat ini, kata Pastika, untuk menggeluti pertanian, khususnya di lahan yang sempit, harus mengadopsi teknologi, seperti yang telah dicontohkan komunitas petani di Agro Learning Center, Kota Denpasar, yang dinakhodai Nyoman Baskara.
"Termasuk teknologi pemasaran. Harus tahu pasarnya. Dari dulu hasil pertanian kita bagus, tetapi tidak bisa menjual. Di sini kita dapat mencari anak-anak di Sidan yang kreatif untuk buat website yang memasarkan hasil padi organik dari Sidan," ujar mantan Gubernur Bali dua periode itu.
Sementara itu, Made Marka, salah satu petani di Desa Sidan, mengatakan, selain membudidayakan padi organik, kini petani setempat juga intens memelihara ikan. Namun sayangnya, petani masih kesulitan mendapatkan pasokan bibit, khususnya ikan nila.
"Kami mengembangkan ikan nila dan lele. Hasilnya sangat bagus. Cuma masih terbentur bibit yang langka," ujarnya saat menyampaikan aspirasi dari Kantor Perbekel Sidan itu.
Baca juga: Anggota DPD: Politik penting untuk muluskan RUU Bali
Sementara Komang Widiada, petani lainnya, berharap ada bantuan pupuk organik, traktor dan sapi untuk mendukung pembuatan pupuk organik. Mereka pun berharap dibantu perbaikan irigasi yang rusak dan alat perontok padi.
"Kami juga perlu mentor dari hulu sampai hilir, misalnya terkait cara membuat pupuk organik agar tidak kembali tergantung pada pupuk kimia," ujar Widiada.
Perbekel (kepala desa) Sidan Made Sukra Suyasa tidak memungkiri untuk wujudkan pertanian organik perlu waktu. "Perlu pendampingan untuk mengubah mindset petani yang selama ini instan. Kami tentu berharap Bapak Mangku Pastika bisa bantu program petani," ucapnya.
Sukra Suyasa mengatakan semangat warganya mengembangkan sektor pertanian sangat tinggi.
Menurut dia, di tengah kondisi pandemi, warganya masih cukup pangan. Apalagi setelah adanya demplot padi organik seluas 2 hektare yang hasilnya rata-rata sekitar 7,5 ton per hektare. "Kini warga kami sudah menyiapkan pertanaman padi organik seluas 30 hektare," ujarnya.
Terkait budi daya ikan, Sukra Suyasa pun mendukung karena mengingat potensinya besar. Apalagi warga sudah banyak yang memelihara ikan, namun dihadapkan pada pengadaan bibitnya yang saat ini masih dirasakan kurang.
Di akhir acara penyerapan aspirasi tersebut, selanjutnya diserahkan bantuan bahan pokok untuk petani di Desa Sidan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
"Memang tidak mudah meyakinkan petani untuk beralih ke pertanian organik karena petani pastinya ingin hasilnya yang instan, cepat dan banyak," kata Pastika dalam kegiatan reses secara virtual bertajuk Pemberdayaan Beras Organik dan Budi Daya Ikan dengan petani dari Desa Sidan, Kabupaten Gianyar, Minggu.
Terlebih dalam kondisi pandemi COVID-19 saat ini, lanjut Pastika, proses pertanian yang sehat sangat diperlukan. Sistem pertanian dengan menggunakan pupuk kimia dan pestisida telah terbukti banyak menyebabkan penyakit,
"Saya senang sekali hari ini bisa bertemu dengan teman-teman petani Sidan yang sudah mulai menekuni pertanian organik. Itulah kenapa saat saya dulu menjadi Gubernur Bali mengembangkan Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) dan sudah terbentuk hingga 800 unit karena ingin menjadikan Bali sebagai pulau organik," ucapnya.
Baca juga: Mangku Pastika soroti kerusakan lingkungan Danau Batur
Kabupaten Gianyar, lanjut Pastika, selain sebagai kota seni juga sangat potensial untuk dikembangkan pertanian organik untuk mendukung pariwisata karena memiliki lahan pertanian yang masih cukup luas.
"Sebelumnya untuk menarik masyarakat menjadi petani memang tidak mudah karena daya tarik pariwisata yang besar," ujar pria yang juga anggota Komite 2 dan anggota Badan Urusan Legislasi Daerah DPD RI itu.
Saat ini, kata Pastika, untuk menggeluti pertanian, khususnya di lahan yang sempit, harus mengadopsi teknologi, seperti yang telah dicontohkan komunitas petani di Agro Learning Center, Kota Denpasar, yang dinakhodai Nyoman Baskara.
"Termasuk teknologi pemasaran. Harus tahu pasarnya. Dari dulu hasil pertanian kita bagus, tetapi tidak bisa menjual. Di sini kita dapat mencari anak-anak di Sidan yang kreatif untuk buat website yang memasarkan hasil padi organik dari Sidan," ujar mantan Gubernur Bali dua periode itu.
Sementara itu, Made Marka, salah satu petani di Desa Sidan, mengatakan, selain membudidayakan padi organik, kini petani setempat juga intens memelihara ikan. Namun sayangnya, petani masih kesulitan mendapatkan pasokan bibit, khususnya ikan nila.
"Kami mengembangkan ikan nila dan lele. Hasilnya sangat bagus. Cuma masih terbentur bibit yang langka," ujarnya saat menyampaikan aspirasi dari Kantor Perbekel Sidan itu.
Baca juga: Anggota DPD: Politik penting untuk muluskan RUU Bali
Sementara Komang Widiada, petani lainnya, berharap ada bantuan pupuk organik, traktor dan sapi untuk mendukung pembuatan pupuk organik. Mereka pun berharap dibantu perbaikan irigasi yang rusak dan alat perontok padi.
"Kami juga perlu mentor dari hulu sampai hilir, misalnya terkait cara membuat pupuk organik agar tidak kembali tergantung pada pupuk kimia," ujar Widiada.
Perbekel (kepala desa) Sidan Made Sukra Suyasa tidak memungkiri untuk wujudkan pertanian organik perlu waktu. "Perlu pendampingan untuk mengubah mindset petani yang selama ini instan. Kami tentu berharap Bapak Mangku Pastika bisa bantu program petani," ucapnya.
Sukra Suyasa mengatakan semangat warganya mengembangkan sektor pertanian sangat tinggi.
Menurut dia, di tengah kondisi pandemi, warganya masih cukup pangan. Apalagi setelah adanya demplot padi organik seluas 2 hektare yang hasilnya rata-rata sekitar 7,5 ton per hektare. "Kini warga kami sudah menyiapkan pertanaman padi organik seluas 30 hektare," ujarnya.
Terkait budi daya ikan, Sukra Suyasa pun mendukung karena mengingat potensinya besar. Apalagi warga sudah banyak yang memelihara ikan, namun dihadapkan pada pengadaan bibitnya yang saat ini masih dirasakan kurang.
Di akhir acara penyerapan aspirasi tersebut, selanjutnya diserahkan bantuan bahan pokok untuk petani di Desa Sidan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021