Wisata bersih akan menjadi tren dalam industri pariwisata setelah pandemi COVID-19, di mana aspek hygiene atau kebersihan akan menjadi perhatian para pelancong, kata Direktur Pengembangan Ekonomi Syariah dan Industri Halal Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Afdhal Aliasar, dalam diskusi "Memicu Lifestyle Halal Menuju Indonesia sebagai Negara Rujukan Pusat Halal Dunia".

"Travellers akan mencari hotel yang mengutamakan aspek hygiene, jadi lebih bersih itu lebih yang dicari," ujar Afdhal, dalam diskusi yang digelar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) jelang Hari Pers Nasional (HPN) 2021, Rabu.

Selain itu, Afdhal melihat pelancong juga akan lebih memilih untuk berpergian ke tempat yang tidak jauh dari tempat tinggal atau tempat wisata yang bisa diakses dengan kendaraan pribadi. Sehingga, wisata lokal menjadi lebih menarik minat pelancong.



"Travellers lebih mencari kalau pun naik pesawat tapi tidak jauh-jauh itu akan menjadi sangat penting, mereka tidak ingin terlalu jauh untuk terbang karena risiko terkontaminasi dalam pesawat meningkat kalau seandainya penerbangan jarak jauh, panjang, jadi local tourism menjadi perhatian," kata Afdhal.

Pandemi juga mendorong preferensi untuk aktivitas out door lebih diminati. Jika sebelumnya berwisata yang sifatnya massal banyak dilakukan, kini berwisata lebih dilakukan secara grup kecil.

"Inilah yang tetap menghidupkan pariwisata kita, dan paling tentu, tentu adalah protokol kesehatan, bagaimana hygiene, safety diterapkan dengan baik dalam kegiatan halal traveling," Afdhal menjelaskan.

Untuk menjamin keamanan dalam berwisata, Kementerian Pariwisata juga telah mengimbau hotel dan restoran untuk menerapkan CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability).

Baca juga: 22 'tenant' di The Nusa Dua telah kantongi sertifikat CHSE

Satu lagi yang menurut Afdhal penting dalam penerapan protokol kesehatan saat berwisata di tengah pandemi adalah digitalisasi. Pemanfaatan digital oleh para pelaku usaha dirasa penting, sebab masyarakat kini telah melek digital dan penetrasi internet berkembang saat pandemi.

"Kalau dulu digital itu pilihan, kalau sekarang adalah mandotory (keharusan)," kata Afdhal.

Halal lifestyle

Berkaitan dengan gaya hidup halal (halal lifestyle), Afdhal mengatakan, selain digitalisasi, kolaborasi antara hotel, transportasi, hingga makanan, dan keuangan adalah hal penting lainnya.

"Halal lifestyle tidak hanya berbicara kita pergi ke suatu daerah berwisata dan kita tetap menerapkan kegiatan-kegiatan secara halal, tapi juga melakukan transaksi chaneling yang ada di dalam Islamic finance, kita usahakan supaya uangnya tidak lagi lari ke dalam ekosistem keuangan konvensional, tetapi lari ke dalam ekosistem keuangan syariah," kata Afdhal.

Baca juga: Jurus PPKM untuk Bali berjibaku lawan COVID-19

"Kalau bicara halal lifestyle akan lari ke mana, akan menuju digital halal lifestyle yang paling konkrit implementasinya ke depan," dia melanjutkan.

Secara lebih luas, Afdhal melihat lifestyle halal di Indonesia berkembang ke sejumlah bidang, mulai dari makanan, media, content creative, pendidikan, kesehatan, tourism, traveling, cosmetics, healthcare, juga digital financing.

Indonesia, menurut Afdhal, sudah menjadi bagian yang penting diperhitungkan oleh dunia berpengaruh terhadap kegiatan moslem traveler di dunia.

"Kita terakhir, Global Muslim Travel Index kita ranking 1 bersama dengan Malaysia itu 2019, di 2020 belum ada report, tapi data terakhir dari Global Islamic Economy Report spending di muslim travel itu tetap besar," ujar Afdhal.

"Karena manusia itu tidak hanya butuh bekerja, tidak hanya butuh berkegiatan, mereka juga butuh kegiatan berwisata, tapi bagaimana itu menyesuaikan perkembangan jaman khususnya pandemi COVID-19," dia menambahkan.
 

Pewarta: Arindra Meodia

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021