Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan industri keuangan syariah tumbuh positif dan lebih tinggi dibandingkan keuangan konvensional meski ditekan pandemi COVID-19 karena Indonesia memiliki penduduk muslim terbesar dan didukung kenaikan kelas menengah.

"Itu memberikan dukungan terhadap pertumbuhan permintaan dari pelayanan keuangan syariah," kata Sri Mulyani dalam simposium virtual Sharia Business and Academic Synergy di Jakarta, Selasa.

Menkeu mencatat industri keuangan syariah sejak tiga dasawarsa terakhir berkembang mengesankan dengan pertumbuhan aset keuangan syariah hingga September 2020, di luar saham syariah, mencapai Rp1.710,16 triliun dengan pangsa pasar 9,69 persen.

Aset keuangan syariah, lanjut dia, meliputi perbankan syariah mencapai Rp575,85 triliun, industri keuangan bukan bank syariah Rp111,44 triliun dan pasar modal syariah Rp1.022,87 triliun.

Baca juga: Wapres dorong digitalisasi layanan keuangan syariah

Dalam tekanan akibat pandemi pun, kata dia, intermediasi perbankan syariah justru tumbuh stabil dan lebih tinggi dibandingkan perbankan konvensional yang menurun, kondisi yang kerap terjadi dalam krisis seperti pada 2008.

Sampai September 2020, aset perbankan syariah tumbuh 10,97 persen, lebih tinggi dibandingkan perbankan konvensional 7,7 persen.

Begitu juga dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun perbankan syariah tumbuh 11,56 persen, sedikit lebih tinggi dibandingkan konvensional mencapai 11,49 persen.

Sementara itu, dari penyaluran kredit, lanjut dia, juga tumbuh lebih tinggi mencapai 9,42 persen dibandingkan perbankan konvensional mencapai 0,55 persen.

Dari sisi rasio modal perbankan syariah mencapai 23,5 persen dan rasio kredit bermasalah (NPF) mencapai 3,31 persen.

“Kinerja bank syariah ini perlu menjadi salah satu jembatan dan modal awal bagi kita untuk terus mengembangkan sebuah ekosistem keuangan syariah yang berkualitas baik,” katanya.

Sementara itu, dari sisi pasar modal syariah nilai kapitalisasi saham, kata dia, secara umum menurun namun pertumbuhan jumlah investor saham syariah per tahun tumbuh 108 persen.

“Dalam setahun terakhir sampai Juni 2020, investor saham syariah mengalami kenaikan 32 persen dibandingkan posisi sebelumnya pada 2019,” imbuhnya.

Sementara itu, periode Januari-Juni 2020, transaksi saham syariah naik 26 persen mencapai 633 ribu transaksi dibandingkan periode sama 2019 mencapai 501 ribu transaksi.

Baca juga: Wapres: Merger tiga bank syariah perkuat ekosistem keuangan

Sedangkan volume transaksi dalam semester pertama 2020 mencapai 6,2 miliar atau naik 57 persen dari periode sama 2019 mencapai 3,9 miliar.

Mengingat potensi keuangan syariah yang besar, Sri Mulyani menambahkan dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki karakter yang sesuai dengan prinsip keuangan syariah dan sesuai dengan nilai universal Islam yakni keadilan, kejujuran dan dapat dipercaya.

“Kualitas SDM juga bisa meningkatkan pembangunan ekonomi Islam yang berkelanjutan, inklusif dan bisa memenuhi harapan masyarakat dan sesuai nilai universal Islam,” katanya.

Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020