Komisioner Komisi Perlindungan dan Pengawasan Anak Daerah (KPPAD) Bali Bidang Pendidikan, Kadek Ariasa, menilai pelaksanaan proses pembelajaran di rumah bagi siswa SD, SMP dan SMA/K berjalan efektif sesuai dengan waktu pendidikan selama COVID-19.

“Sekitar 80-90 persen para siswa sudah melaksanakan pembelajaran di rumah, sesuai dengan jam dan hari mengenyam pendidikan atau Senin sampai Sabtu untuk berbagai jenjang pendidikan," kata Kadek Ariasa saat dikonfirmasi di Denpasar, Minggu.

Jumlah siswa yang dipantau selama pembelajaran di rumah secara online maupun langsung, di bulan April tercatat ada sekitar 200-250 siswa berbagai jenjang dari SD, SMP dan SMA/K.

Baca juga: PGRI minta pemerintah akses internet dimudahkan untuk belajar di rumah

Berdasarkan hasil survei dan informasi internal, kata Ariasa, rata-rata anak mulai mengalami kejenuhan karena peraturan diam di rumah, seperti tidak diperbolehkan keluar rumah dan hanya belajar.

“Kalaupun ada dari siswa yang tinggal di pedesaan bisa bermain ke tetangga ketika suntuk, terutama wilayah yang belum ada transmisi lokalnya,”ucapnya.

Apabila dilihat di lapangan ada sekitar 150 siswa dari berbagai jenjang pendidikan merasa jenuh belajar di rumah dan berharap segera bisa kembali belajar di sekolah serta bertemu dengan teman-temannya.

Baca juga: Kemendikbud: "Rumah Belajar" diakses 34 juta pengguna

“Rata-rata ada juga yang mulai ngambek dan enggak bisa bermain lagi dengan temannya. Apalagi kondisi seperti sekarang ada juga tertangkap tidak pakai masker, inilah kurang adanya pengawasan,” katanya.

Terkait dengan perkembangan belajar di rumah, pihaknya juga melakukan pemantauan ke jalan dan mendapati beberapa siswa masih ada di luar rumah saat hari atau jam pendidikan.

Salah satunya, dengan alasan rumah sepi sehingga memutuskan ikut pergi orang tua ke pasar, dan ada juga yang tidak terawasi oleh orang tuanya sehingga waktu belajar digunakan bermain HP.

Baca juga: Seto Mulyadi : Hadapi COVID-19 dengan Gembira

“Ada juga anak yang lagi buat tugas kelompok belajar, jadi dia berkumpul dengan beberapa temannya dan janjian untuk sama-sama belajar online dan menerima tugas dari gurunya di sekolah. Tapi secara umum, dari pemantauan ada juga yang terkendala karena tidak ada HP, daerahnya tidak tertangkap sinyal dan harus menunggu orang tuanya pulang dari bekerja, sehingga ada keterlambatan dalam penyelesaian tugas sekolah,” katanya.

Pihaknya juga membenarkan bahwa dalam waktu satu bulan berjalan atau kurang lebih satu setengah bulan ini, para siswa benar-benar mengikuti arahan tugas-tugas yang diberikan guru. Dalam hal ini juga, diharapkan pihak guru dapat melakukan pengawasan secara langsung ke anak didiknya.

“Dari sisi pengawasan berharap ada upaya guru memantau langsung anak didiknya dan sejauh mana mereka dapat hak pendidikannya, belajar dengan nyaman dan bahagia. Jadi semua pihak harus terlibat, seperti orang tua, supaya banyak ada waktu untuk mengawasi dan membimbing anaknya dalam menggunakan hp, dan tidak memberikan leluasa anak-anak main hp karena bisa berdampak negatif bagi mereka,”ucap Ariasa.

Pewarta: Ayu Khania Pranishita

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020