Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana dan Wakil Bupati Nyoman Sutjidra menyampaikan ucapan Selamat Hari Raya Nyepi Tahun aka 1942 kepada masyarakat Buleleng dan mengajak masyarakat memperkuat Catur Brata Penyepian di tengah merebaknya Covid-19.
"Selain bagian dari pelaksanaan Sradha dan Bhakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, pelaksanaan Catur Brata Penyepian yang terdiri dari Amati Geni, Amati Karya, Amati Lelungaan, dan Amati Lelanguan menjadi langkah yang sangat relevan untuk dilaksanakan guna mencegah penyebaran Virus Corona lebih meluas," kata Bupati Putu Agus Suradnyana (PAS).
Bupati Suradnyana mengatakan, apa yang menjadi imbauan dari Pemerintah saat ini sebenarnya bagian dari salah satu pelaksanaan Catur Brata Penyepian. "Sosial Distancing", misalnya, hal itu merupakan implementasi dari Amati Lelungaan, dimana masyarakat diharapkan untuk menghindari bepergian ke luar rumah guna menjaga jarak atau menghindari kontak dengan orang lain.
"Amati Lelanguan juga, itu kan larangan untuk berpesta, berfoya-foya, atau bersenang-senang. Saat ini pemerintah kan mengimbau untuk menghindari kumpul-kumpul, acara ramai-ramai, atau pesta-pesta. Itu kan untuk menghindari kontak dengan orang lain juga. Nah, hal ini Saya rasa relevan sekali untuk kita laksanakan saat ini, di tengah semakin merebaknya virus Corona," kata Suradnyana.
Menurut Bupati Suradnyana, pemerintah juga sudah mengeluarkan imbauan untuk tidak bekerja di luar rumah, kecuali sangat mendesak. Bila dikaitkan dengan Brata Penyepian, maka¸hal itu bisa dikatakan sebagai bagian dari Amati Karya. Meskipun, lanjut PAS, Amati Karya yang seutuhnya adalah tidak bekerja atau berativitas sama sekali. Namun, imbauan itu masih relevan dengan Brata Amati Karya, utamanya untuk mengurangi, atau bahkan tidak beraktivitas di luar rumah.
"Intinya adalah mari kita jadikan momentum Nyepi tahun ini sebagai upaya secara masif untuk mengurangi, bahkan menghilangkan sama sekali penyebaran Virus Corona ini, khususnya di Bali. Walaupun Brata Penyepian hanya kita lakukan sehari, tetapi paling tidak satu hari itu bisa membantu pemerintah dalam menanggulangi penyebaran Virus Corona," tambahnya.
Sementara, Wakil Bupati Buleleng Nyoman Sutjidra mengatakan kendati pelaksanaan hari raya Nyepi kali ini dihadapkan pada situasi pandemi Corona, dirinya mengajak umat Hindu untuk tidak mengurangi Sradha dan Bhakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Meskipun dalam beberapa rangkaian upacara Nyepi ada imbauan untuk membatasi orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaannya.
"Saya rasa imbauan PHDI terkait adanya pembatasan jumlah orang yang terllibat dalam upacara melasti dan sebagainya, itu tidak mengurangi makna pelaksanaan Yadnya kita. Mari kita indahkan imbauan Pemerintah dan lembaga Umat Hindu demi kepentingan kita bersama," kata Sutjidra.
Pada hari sipeng nanti, Sutjidra mengajak seluruh umat Hindu untuk "Mulat Sarira" dalam menghadapi wabah Corona saat ini. "Mulat Sarira" dimaksudkan untuk evaluasi diri, sejauh mana umat Hindu mencintai diri dan lingkungannya.
"Dalam menjalankan Brata Penyepian nanti, saya juga mengajak seluruh umat Hindu untuk mulat sarira. Mari refleksi diri sejauh mana kita sudah menjaga kesehatan diri dan lingkungan," pungkas Sutjidra. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
"Selain bagian dari pelaksanaan Sradha dan Bhakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, pelaksanaan Catur Brata Penyepian yang terdiri dari Amati Geni, Amati Karya, Amati Lelungaan, dan Amati Lelanguan menjadi langkah yang sangat relevan untuk dilaksanakan guna mencegah penyebaran Virus Corona lebih meluas," kata Bupati Putu Agus Suradnyana (PAS).
Bupati Suradnyana mengatakan, apa yang menjadi imbauan dari Pemerintah saat ini sebenarnya bagian dari salah satu pelaksanaan Catur Brata Penyepian. "Sosial Distancing", misalnya, hal itu merupakan implementasi dari Amati Lelungaan, dimana masyarakat diharapkan untuk menghindari bepergian ke luar rumah guna menjaga jarak atau menghindari kontak dengan orang lain.
"Amati Lelanguan juga, itu kan larangan untuk berpesta, berfoya-foya, atau bersenang-senang. Saat ini pemerintah kan mengimbau untuk menghindari kumpul-kumpul, acara ramai-ramai, atau pesta-pesta. Itu kan untuk menghindari kontak dengan orang lain juga. Nah, hal ini Saya rasa relevan sekali untuk kita laksanakan saat ini, di tengah semakin merebaknya virus Corona," kata Suradnyana.
Menurut Bupati Suradnyana, pemerintah juga sudah mengeluarkan imbauan untuk tidak bekerja di luar rumah, kecuali sangat mendesak. Bila dikaitkan dengan Brata Penyepian, maka¸hal itu bisa dikatakan sebagai bagian dari Amati Karya. Meskipun, lanjut PAS, Amati Karya yang seutuhnya adalah tidak bekerja atau berativitas sama sekali. Namun, imbauan itu masih relevan dengan Brata Amati Karya, utamanya untuk mengurangi, atau bahkan tidak beraktivitas di luar rumah.
"Intinya adalah mari kita jadikan momentum Nyepi tahun ini sebagai upaya secara masif untuk mengurangi, bahkan menghilangkan sama sekali penyebaran Virus Corona ini, khususnya di Bali. Walaupun Brata Penyepian hanya kita lakukan sehari, tetapi paling tidak satu hari itu bisa membantu pemerintah dalam menanggulangi penyebaran Virus Corona," tambahnya.
Sementara, Wakil Bupati Buleleng Nyoman Sutjidra mengatakan kendati pelaksanaan hari raya Nyepi kali ini dihadapkan pada situasi pandemi Corona, dirinya mengajak umat Hindu untuk tidak mengurangi Sradha dan Bhakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Meskipun dalam beberapa rangkaian upacara Nyepi ada imbauan untuk membatasi orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaannya.
"Saya rasa imbauan PHDI terkait adanya pembatasan jumlah orang yang terllibat dalam upacara melasti dan sebagainya, itu tidak mengurangi makna pelaksanaan Yadnya kita. Mari kita indahkan imbauan Pemerintah dan lembaga Umat Hindu demi kepentingan kita bersama," kata Sutjidra.
Pada hari sipeng nanti, Sutjidra mengajak seluruh umat Hindu untuk "Mulat Sarira" dalam menghadapi wabah Corona saat ini. "Mulat Sarira" dimaksudkan untuk evaluasi diri, sejauh mana umat Hindu mencintai diri dan lingkungannya.
"Dalam menjalankan Brata Penyepian nanti, saya juga mengajak seluruh umat Hindu untuk mulat sarira. Mari refleksi diri sejauh mana kita sudah menjaga kesehatan diri dan lingkungan," pungkas Sutjidra. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020