Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho mengatakan frekuensi hujan dan gelombang laut tinggi berpotensi menekan inflasi  di Pulau Dewata pada Januari 2020.

"Itu karena frekuensi hujan dan gelombang laut yang tinggi berpotensi menahan produksi dan pasokan bahan makanan dari luar Bali, sehingga menekan inflasi pada Januari 2020," kata Trisno, di Denpasar, Kamis.

Sejak akhir tahun 2019, curah hujan di Bali memang cukup tinggi. Bahkan mengawali 2020, hujan deras hampir merata terjadi di seluruh wilayah Pulau Dewata.

"Potensi tekanan harga pada bulan Januari 2020, juga bisa bersumber dari adanya perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) yakni perayaan Tahun Baru Imlek yang juga menarik minat wisatawan berkunjung ke Bali," ujar Trisno.

Trisno mengemukakan, pada Desember 2019, Provinsi Bali mengalami inflasi sebesar 0,71 persen (mtm), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,03 persen (mtm).

Pencapaian inflasi Bali bulan Desember ini tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional yang tercatat sebesar 0,34 persen (mtm). 

Baca juga: BI Bali minta perbankan perbanyak kredit UMKM

Sementara itu secara tahunan, inflasi Bali tercatat sebesar 2,38 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan nasional yang sebesar 2,72 persen (yoy). Dengan demikian, inflasi Bali pada Desember 2019 berada di bawah rentang sasaran inflasi nasional 3,5±1 persen (yoy).

"Tekanan harga Provinsi Bali pada bulan Desember 2019 meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Peningkatan harga terutama terjadi pada kelompok makanan seperti nasi lauk, bawang merah, serta kelompok transportasi khususnya angkutan udara," ucapnya.

Tekanan harga tersebut disebabkan oleh terjadinya kenaikan dari sisi permintaan seiring dengan banyaknya hari besar keagamaan di bulan Desember serta terjadinya peningkatan jumlah wisatawan pada "high season". 

Inflasi terjadi pada kedua kota sampel IHK yaitu kota Denpasar yang tercatat sebesar 0,81 persen (mtm) dan kota Singaraja mencatat inflasi sebesar 0,27 persen (mtm). 

Di Kota Denpasar, inflasi bersumber dari kenaikan harga pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 2,21 persen (mtm) dan kelompok bahan makanan 1,36 persen (mtm), sedangkan kelompok sandang mengalami deflasi. 

Sementara, inflasi di Singaraja bersumber dari peningkatan harga pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,65 persen (mtm) dan kelompok bahan makanan yaitu sebesar 0,58 persen (mtm). 

Baca juga: BI Bali: Inflasi di Singaraja perlu perhatian

Untuk keseluruhan 2019, dengan memperhatikan inflasi pada bulan bulan sebelumnya maka inflasi Bali lebih baik dibandingkan inflasi tahun 2018.

"Kami memperkirakan bahwa inflasi bulanan (mtm) pada Januari 2020 akan tetap terkendali. Dengan demikian maka inflasi tahunan pada bulan Januari 2020 akan tetap berada pada kisaran sasaran inflasi nasional yaitu 3,0±1 persen," kata Trisno

Menghadapi potensi tantangan tersebut, Bank Indonesia Provinsi Bali akan tetap konsisten menjaga stabilitas harga di daerah. Melalui koordinasi yang solid dengan organisasi perangkat daerah (OPD), dalam wadah Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), Bank Indonesia memastikan inflasi terjaga dalam kisaran sasaran. 

"Kegiatan pengendalian inflasi tetap diarahkan pada tercapainya 4K yaitu ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, dan komunikasi ekspektasi," ujar Trisno.

Pihaknya bersama OPD yang tergabung dalam TPID Provinsi Bali terus berusaha keras menjaga dan mengendalikan inflasi tahun 2020 dengan meningkatkan koordiasi dan kolaborasi serta mengambil langkah  langkah antisipatif guna menjaga stabilitas dan ekspektasi harga.
 

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020