Denpasar (Antara Bali) - Psikolog dari Universitas Udayana Drs Supriyadi MS mengatakan, saat ini telah terjadi gejala kecenderungan masyarakat Bali yang kian pragmatis dan menyederhanakan hal-hal yang sebelumnya dianggap sakral.
"Tindakan itu mengarah pada alasan praktis, kontekstual, kompleksitas peran dan pengaruh globalisasi," kata Ketua Majelis Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Bali Supriyadi, di Denpasar, Rabu.
Ia menyampaikan pendapat seperti itu berdasarkan kesimpulan hasil riset yang dilakukan para mahasiswanya pada Program Studi Psikologi Universitas Udayana dengan menyasar remaja beragama Hindu berusia 16-18 tahun di wilayah perkotaan di Pulau Dewata. Penentuan responden dengan menggunakan teknik acak dan menyasar ratusan remajadalam tiga bulan terakhir.
"Para mahasiswa ini awalnya ingin mengetahui konsep-konsep luhur nenek moyang kita di daerah ini dikaitkan dengan persepsi remaja masa sekarang serta pengaruhnya bagi prestasi mereka," ujarnya.
Dari hasil riset kelompok mahasiswa yang terdiri Putu Adelia, Agustini, dan Natalia secara umum ternyata wacana kasta pada remaja tidak memengaruhi harga diri mereka dalam menjalin hubungan sosial meskipun pada sekelompok kecil ditemukan dengan status kasta mereka dapat merasa bangga. "Intinya status tidak akan menurunkan penilaian terhadap diri sendiri," ucapnya.
Sementara kelompok riset terdiri Padma Dewi, Komang Diatmi dan Yanthi Ary menyimpulkan soal kebahagiaan, seberapa besar mereka dapat melakukan hubungan interpersonal dengan baik dan banyak teman, bukan pada status kasta.
Sedangkan kelompok periset AA Adi Pratama menemukan bahwa dengan prestasi, remaja Bali dapat merasa menjalankan tugas hidup dengan benar dan membahagiakan kedua orang tua.(LHS/IGT/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
"Tindakan itu mengarah pada alasan praktis, kontekstual, kompleksitas peran dan pengaruh globalisasi," kata Ketua Majelis Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Bali Supriyadi, di Denpasar, Rabu.
Ia menyampaikan pendapat seperti itu berdasarkan kesimpulan hasil riset yang dilakukan para mahasiswanya pada Program Studi Psikologi Universitas Udayana dengan menyasar remaja beragama Hindu berusia 16-18 tahun di wilayah perkotaan di Pulau Dewata. Penentuan responden dengan menggunakan teknik acak dan menyasar ratusan remajadalam tiga bulan terakhir.
"Para mahasiswa ini awalnya ingin mengetahui konsep-konsep luhur nenek moyang kita di daerah ini dikaitkan dengan persepsi remaja masa sekarang serta pengaruhnya bagi prestasi mereka," ujarnya.
Dari hasil riset kelompok mahasiswa yang terdiri Putu Adelia, Agustini, dan Natalia secara umum ternyata wacana kasta pada remaja tidak memengaruhi harga diri mereka dalam menjalin hubungan sosial meskipun pada sekelompok kecil ditemukan dengan status kasta mereka dapat merasa bangga. "Intinya status tidak akan menurunkan penilaian terhadap diri sendiri," ucapnya.
Sementara kelompok riset terdiri Padma Dewi, Komang Diatmi dan Yanthi Ary menyimpulkan soal kebahagiaan, seberapa besar mereka dapat melakukan hubungan interpersonal dengan baik dan banyak teman, bukan pada status kasta.
Sedangkan kelompok periset AA Adi Pratama menemukan bahwa dengan prestasi, remaja Bali dapat merasa menjalankan tugas hidup dengan benar dan membahagiakan kedua orang tua.(LHS/IGT/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011