Denpasar (Antara Bali) - Pakar pertanian Universitas Udayana Prof Dr Dewa Ngurah Suprapta MSc menilai, telah terjadi keputusan yang salah dari masyarakat Indonesia karena telah terlanjur "menggadaikan" isi perut pada bangsa lain.

"Ambilah contoh dalam hal konsumsi roti dan mi, padahal di Tanah Air jelas-jelas tidak menghasilkan gandum yang cukup, sehingga harus mengandalkan impor komoditi itu dari negara lain. Hal itu sebagai salah satu bentuk 'penggandaian' perut kita," kata Prof Suprapta di Denpasar, Senin.

Menurut presiden ahli-ahli pertanian di kawasan ASEAN dan Jepang ini, rata-rata setiap tahun Indonesia  mengimpor gandum senilai Rp200 triliun.

"Belum lagi impor bahan pangan yang lain seperti kedelai, jagung, buah-buahan, bahkan hingga garam," ucapnya.

Semestinya, lanjut dia, masyarakat mengonsumsi bahan makanan yang dapat dihasilkan di negeri sendiri supaya tidak selalu ketergantungan.(LHS/IGT/T007)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011