Wakil Bupati Badung, Bali, I Ketut Suiasa, mengatakan, hingga saat ini Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Badung mampu menekan angka inflasi di wilayah kabupaten tersebut.

"Badung sampai saat ini sudah mampu secara stabil untuk menekan angka inflasi, kami harap hal itu bisa terus dipertahankan," ujar Wabup Suiasa, saat Focus Group Discusion (FGD) terkait dengan pengendalian inflasi di Mangupura, Badung, Rabu.

Untuk penanganan inflasi, menurutnya konsep di Kabupaten Badung harus disinergikan dengan Pemerintah Provinsi Bali.

Ia menjelaskan, Badung telah melakukan langkah-langkah yang sangat strategis dalam pengendalian inflasi daerah, namun, sebaik apapun kebijakan yang dilakukan, bisa tidak berdampak yang cukup besar karena inflasi di Badung tidak ditentukan oleh Badung saja, tetapi juga dipengaruhi oleh pihak lain.

Untuk itulah perlu, Wabup Suiasa mengatakan, perlu dibangun sinergi yang menyangkut berbagai aspek seperti dari segi sektor, dari langkah dan upayanya, sinergi dari penanganannya dan sinergi dalam hal menentukan penilaian.

"Sektor-sektor dan bidang bidang apa yang bisa disinergikan dan cara penanganan apa yang bisa disinergikan, langkah dan evaluasi apa yang bisa disinergikan dan itu akan lebih efektif jika ada inovasi atau cara yang kita lakukan dalam membangun sinergi tersebut," ujarnya.

Dalam pertemuan itu, ia juga meminta, permasalahan kepastian pasokan pangan harus disiapkan, termasuk dengan proses pendistribusiannya serta inflasi di daerah agar dapat ditekan semaksimal mungkin.

Baca juga: BI Bali: waspadai inflasi Oktober 2019

Sementara itu, Kepala Bagian Perekonomian Setda Badung, AA. Sagung Rosyawati menjelaskan, dari identifikasi masalah yang dilakukan, terdapat sembilan komoditas pangan yang harganya sering berfluktuasi.

"Komoditas penyumbang inflasi yang ditemukan dari hasil identifikasi yaitu, beras, daging ayam ras, telur ayam ras, daging babi, daging sapi, bawang merah, cabai rawit, cabai besar dan ikan tongkol," ujarnya.

Ia mengatakan, melalui perangkat daerah terkait, telah dilakukan upaya-upaya untuk menjaga ketersediaan pasokan komoditas seperti upaya meningkatkan produksi beras, cabai dan bawang merah.

Pihak terkait juga telah melakukan upaya peningkatan produksi telur ayam ras melalui pengembangan ayam petelur, upaya peningkatan produksi daging ayam melalui pengembangan klaster ayam pedaging.

Kemudian upaya peningkatan produksi daging sapi melalui pembibitan sapi di sentra ternak sapi Sobangan, budidaya sapi melalui kelompok-kelompok ternak sapi (Simantri, Tanimas dan Sentra Peternakan Rakyat/PSR) dan pengelolaan RPH Mambal.

"Upaya peningkatan produksi daging babi juga dilakukan dengan memberikan bantuan bibit babi kepada kelompok ternak dan upaya peningkatan produksi ikan dengan memberikan bantuan sarana dan prasarana penangkapan ikan kepada kelompok nelayan yang sudah dikembangkan melalui inovasi aplikasi FishGo," katanya.

Baca juga: BI: inflasi di Bali hingga akhir tahun lebih rendah

Pemkab Badung juga telah memiliki alat Controlled Atmosphere Storage (CAS) yang dikelola oleh Perumda Pasar Mangu Giri Sedana sebagai upaya untuk dapat melakukan penyimpanan komoditas cabai dan bawang merah dalam jangka waktu yang lebih lama sehingga ketersediaan komoditas tersebut menjadi stabil.

Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, Sagung Rosyawati mengaku pada bulan-bulan tertentu sejumlah komoditas masih mengalami fluktuasi harga.

"Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yakni tingginya alih fungsi lahan, pengaruh cuaca, masih tingginya ketergantungan pasokan bahan pangan dari luar serta pengelolaan alat CAS belum optimal," katanya.

Pewarta: Naufal Fikri Yusuf

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019