Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho mengajak semua pihak di Pulau Dewata untuk mewaspadai dan memberikan perhatian terkait kondisi inflasi yang terjadi pada Oktober 2019.

"Apalagi seiring dengan risiko meningkatnya tekanan inflasi menjelang akhir tahun yang bersumber pada peningkatan permintaan sejalan dengan perayaan Natal, Tahun Baru dan liburan akhir tahun, serta masuknya periode 'peak season' pariwisata di Bali pada bulan Desember," kata Trisno, di Denpasar, Jumat.

Pada Oktober 2019, Provinsi Bali mengalami inflasi sebesar 0,10 persen (mtm), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar -0,58 persen (mtm).

Pencapaian inflasi Bali di Oktober 2019 tercatat lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang tercatat sebesar 0,02 (mtm). Sementara itu, secara tahunan, inflasi Bali tercatat 2,73 persen (yoy) lebih rendah dibandingkan dengan nasional yang sebesar 3,13 persen (yoy). Meskipun demikian, inflasi Bali pada Oktober 2019 masih berada pada rentang sasaran inflasi nasional 3,5%+1 persen (yoy).

Trisno menambahkan, pada Oktober 2019 memang terjadi sedikit tekanan harga yang terutama didorong oleh meningkatnya permintaan sejalan dengan adanya beberapa perayaan keagamaan dan kebijakan pengurangarn DOC (day old chicken) oleh Kementerian Pertanian melalui Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) di awal September 2019.

Menurut Trisno, realisasi inflasi yang terjadi di Provinsi Bali pada Oktober 2019 menunjukkan perbedaan bila dibandingkan dengan realisasi inflasi pada bulan Oktober di tahun-tahun sebelumnya, karena dalam empat tahun terakhir Provinsi Bali selalu mencatat deflasi, sehingga kondisi ini perlu diwaspadai dan mendapat perhátian dari semua pihak.

Dia menambahkan, meningkatnya tekanan inflasi, juga disebabkan ketergantungan pasokan pada daerah lain yang tinggi. Oleh karena itu, pelaksanaan kerjasama antar-daerah dalam wadah TPID dalam pemenuhan pasokan merupakan salah satu trategi dan kebijakan dalam memastikan ketersediaan pasokan pada tingkat harga yang wajar.

"Kami bersama OPD yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Bali akan berperan aktif dalam mengawal dan mengendalikan inflasi melalui pemantauan kecukupan stok ketahanan pangan, menjaga stabilitas dan ekspektasi harga, penggalian informasi dengan stakeholder dan instansi terkait, serta melalui forum koordinasi TPID dalam mengambil langkah langkah antisipatif pengendalian inflasi," katanya.

Baca juga: BI: inflasi di Bali hingga akhir tahun lebih rendah

TPID, lanjut Trisno, juga meletakkan fokus utama pada komoditas penyumbang inflasi pada akhir tahun antara lain komoditas pada sektor pertanian yaitu bawang merah, cabai rawit, cabai merah, dan beras. Selain itu, pada sektor peternakan komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras, serta komoditas lain seperti komoditas rokok dan taif angkutan udara.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019