Gubernur Bali Wayan Koster menegaskan kehadiran Festival Seni Bali Jani (FSBJ) 2019 yang diadakan untuk pertama kalinya dapat menjadi tonggak kebangkitan kesenian modern dan kontemporer yang memang dibanggakan generasi muda dan selalu dinantikan seluruh masyarakat Bali.

"Kini Bali memiliki dua wahana pembinaan seni yaitu Pesta Kesenian Bali (PKB) dan Festival Seni Bali Jani," katanya saat menyampaikan sambutan membuka FSBJ 2019, di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Denpasar, Sabtu (26/10) malam.

Menurut dia, seni tradisi dan seni modern harus disediakan ruang untuk menampilkan dan mengekspresikan karya dari para peminat, pelaku, dan aspirasi masyarakat sesuai dengan perkembangan zaman di era milenial.

"Seni tradisi telah mendapat ruang untuk berkembang dengan sangat baik melalui Pesta Kesenian Bali yang digagas oleh Ida Bagus Mantra, Gubernur Bali periode 1978-1988. Kita patut bersyukur, PKB telah dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan oleh pemerintah daerah bersama masyarakat dan tahun ini telah berusia 41 tahun," katanya.

Namun, yang belum mendapat ruang adalah seni modern dan kontemporer, itulah sebabnya dia secara khusus menggagas Festival Seni Bali Jani, setelah melalui diskusi dengan para ahli dan pelaku seni di Pulau Dewata.

"Saya sangat berharap seni modern ini tidak saja untuk kemajuan seni itu sendiri, tetapi membuka ruang dengan dimensi baru yaitu munculnya industri ekonomi kreatif berbasis budaya 'branding' Bali guna meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Bali secara berkelanjutan," kata gubernur kelahiran Desa Sembiran, Kabupaten Buleleng itu.

Penyelenggaraan FSBJ, katanya, sekaligus adalah wujud kepedulian Pemerintah Provinsi Bali terhadap perkembangan seni modern dan kontemporer dengan memberikan ruang seluas-luasnya kepada para seniman untuk menampilkan karyanya kepada masyarakat.

 "Ini menjadi ruang aktualisasi segala nilai luhur dan keindahan seni budaya Bali, serta merupakan suatu upaya nyata kegairahan generasi milenial dalam berkesenian," katanya.

Sementara itu, dikaitkan dengan visi "Nangun Sat Kerthi Loka Bali", khususnya terkait pemajuan kebudayaan yang meliputi adat, agama, tradisi, seni dan budaya juga menjadi salah satu dari lima program prioritas dalam pembangunan Provinsi Bali tahun 2018 – 2023 .

"Seni budaya merupakan DNA orang Bali. Seni dan budaya selalu hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat, serta digeluti secara tekun dan konsisten oleh masyarakat Bali. Saya menggagas pola memajukan seni dan budaya Bali secara komprehensif dan tertata sebagai strategi pemajuan kebudayaan Bali ke depan," katanya pada acara yang dihadiri ribuan penonton yang didominasi kawula muda itu.

Baca juga: Festival Seni Bali Jani sasar generasi milenial

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Wayan "Kun" Adnyana mengemukakan ajang FSBJ mewadahi kreativitas seni masa kini. Festival yang dilaksanakan perdana ini akan digelar selama dua pekan, dari 26 Oktober hingga 8 November 2019 di areal Taman Budaya Provinsi Bali.

"Festival Seni Bali Jani merupakan jawaban atas mimpi-mimpi dan harapan komunitas seni modern, kontemporer, dan karya inovatif seniman seluruh Bali. Penantian akan wadah ini sudah cukup panjang karena selama ini komunitas dan pemangku kepentingan bersifat inisiatif dan belum mendapatkan ruang yang sempurna untuk menampilkan karya-karyanya," katanya.

Adapun FSBJ 2019 mengangkat tema "Hulu-Teben: Dialektika Lokal-Global" akan menampilkan berbagai kegiatan lomba (pawimba), lokakarya (aguron- guron), pergelaran (adilango), pameran (kandarupa), pasar seni (tenten) dan sarasehan (timbang rasa). Untuk mengakomodasi itu, FSBJ 2019 total diikuti sebanyak 1.692 seniman muda seluruh Bali.

Pihaknya berharap festival ini bisa menjadi panggung, ajang kontestasi, ajang pergelaran agar bisa menunjukkan kualitas dari karya kreatif yang dilakukan tanpa batas.

"Platform konseptual Festival Seni Bali Jani terdiri dari eksplorasi, eksperimentasi, lintas batas, kontekstual, dan kolaborasi. Sekiranya, festival ini bisa menjadi ruang seluas-luasnya untuk kreativitas baru, ekspresi baru, dan menunjukkan pada dunia bahwa pemajuan kesenian di Bali selalu hidup hulu (seni tradisi) dan teben atau hilir (seni kontemporer dan modern)," kata akademisi ISI Denpasar itu.

Baca juga: Komunitas Mahima sajikan musik puisi "Interior Danau" di FSBJ 2019

Gubernur Koster menandai pembukaan FSBJ 2019 dengan mengayunkan pedang laser ke arah gapura yang ada di Panggung Terbuka Ardha Candra. Saat Koster mengayunkan pedang lasernya, muncul visual sayatan pedang.

Pembukaan pun dimeriahkan dengan garapan Opera Kabaret "Babat Gumatat Gumitit" yang berkolaborasi bersama antara Teater Kini Berseri, Teater Topeng SMAN 2 Denpasar, Teater Blabar SMAN 4 Denpasar, Teater Limas SMAN 5 Denpasar, Teater Kirana SMAN 6 Denpasar, Teater Bagol SMKTI Bali Global Denpasar, Teater Teras SMAN 1 Kuta, Teater Sumukhi SMKN 2 Denpasar, Teater Orok Unud, ISI Denpasar, Komunitas Djamur dan BTS Production.

Masyarakat yang memenuhi Panggung Terbuka Ardha Candra, yang didominasi pelajar dan mahasiswa tak henti-hentinya melepas tawa karena kocaknya garapan yang dibawakan dan dipadukan dengan tata cahaya yang begitu apik dan modern.

Baca juga: FSBJ 2019, Sanggar Seni Gumiart tampilkan enam tari kontemporer

Babad Gumatat Gumitit ini mengisahkan tentang serangga-serangga dan mahluk kecil lainnya yang sedang mengumpulkan enam mustika dari enam tempat, yaitu hutan, danau, laut, gunung sesuai visi Gubernur Bali "Nangun Sat Kerthi Loka Bali, melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru.

Baca juga: Festival Seni Bali Jani 2019, ISI Denpasar tampilkan tenun primitif



 
Gubernur Bali Wayan Koster dan Wagub Bali Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati berfoto dengan Wabup Bangli dan Bupati Gianyar sesaat sebelum Pembukaan Festival Seni Bali Jani 2019 di Taman Budaya Bali, Denpasar. (FOTO ANTARA/Luh Rhisma)

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019