Ajang Festival Seni Bali Jani yang berlangsung dari 26 Oktober-8 November 2019 di Taman Budaya, Denpasar, diharapkan dapat mendorong kegairahan generasi milenial di Pulau Dewata dalam berkesenian karena menghadirkan seni inovatif, modern dan kontemporer.

"Selain ruang edukasi, Festival Seni Bali Jani kami harapkan akan menjadi ladang pembibitan bagi anak-anak muda Bali untuk tumbuh berkembang sebagai kreator-kreator hebat di bidang seni kontemporer dan modern," kata  Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali   I Wayan "Kun" Adnyana dalam acara temu media, di Denpasar, Selasa.

Berbeda dengan ajang Pesta Kesenian Bali (PKB), yang merupakan ajang pemanggungan kesenian tradisional, klasik dan seni rakyat, Kun Adnyana menambahkan bahwa Festival Seni Bali Jani (FSBJ) memusatkan perhatian pada seni-seni kekinian yang memang dekat dengan realita kehidupan yang sedang dialami generasi milenial.

"Dengan demikian, Bali kini memiliki dua festival seni besar dengan konsep dan style yang berbeda-beda, yaitu Pesta Kesenian Bali dan Festival Seni Bali Jani. Ke depan Bali akan memiliki dua ikon seni, yang mewadahi segenap genre dan jenis seni yang ada. Kita akomodasi semua," ujarnya didampingi Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Bali AA Ngurah Oka Sutha Diana dan Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha yang bertindak selaku tim kurator.

Baca juga: Pemkab Buleleng adakan Festival Seni Sawan 2019

Hal tersebut, lanjut dia, sekaligus menjawab mimpi dan kegalauan para pegiat seni modern yang selama ini merasa kurang mendapatkan panggung untuk menampilkan dirinya.

"FSBJ juga dapat menjadi event yang progresif, yang tidak hanya dipatok berdasarkan konsep acara yang kami kemas, tetapi juga hal-hal lain bisa diinovasi, yang bisa dikreasi oleh berbagai komunitas," ucapnya yang juga akademisi ISI Denpasar itu.

FSBJ, tambah Kun Adnyana, digagas langsung oleh Gubernur Bali Wayan Koster, yang merupakan perwujudan nyata dari visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali, melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru.

Baca juga: 11-13 Oktober, "Karangasem World Music Festival" untuk pulihkan pariwisata Bali

Kun Adnyana mengatakan dalam Festival Seni Bali Jani tidak membatasi ruang dari segi usia. Anak-anak, remaja hingga dewasa hingga yang sudah mapan bisa terlibat, dengan harapan bisa menjadi perbincangan hingga di tingkat nasional.

Ajang ini menggandeng siswa sebagai partner untuk mengapresiasi, sehingga tak hanya menjadi wadah tontonan, tetapi juga wadah edukasi terutama di kalangan siswa. Lebih dari itu, juga diharapkan ada inisiatif dari berbagai pihak untuk tampil dan menunjukkan kreasinya.

Seni Tradisi

Sementara itu, Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha mengatakan ajang ini sangat baik sebagai sebuah wahana untuk mendialogkan kembali seni tradisi dan seni modern yang selama ini terkesan berjarak di Bali.

"Kita harus ingat kembali bahwa seni tradisi pun berasal dari kreasi yang dicanangkan dan dilestarikan sebagai tradisi. Seni modern, kontemporer bukanlah oposisi dalam dunia seni di Bali, tapi juga sarana untuk mengembangkan dan memperkaya seni tradisi, bukan berarti merusak. Omong kosong jika ada yang bicara seni tradisi tanpa kreativitas," ujarnya.

Baca juga: 5-8 Oktober, Klungkung adakan Festival Nusa Penida 2019

Guru besar seni karawitan ini mengharapkan Festival Seni Bali Jani mampu mewadahi ruang kreativitas seniman Bali dan turut pula meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap eksistensi seni modern.

"Potensi anak-anak muda Bali sangat luar biasa dan itu tidak bisa ditampung semua dalam gelaran PKB. Di Bali seni tradisi berkibar dengan gagah, dan kedepannya saya harap seni modern juga bisa mengimbangi," ucap Prof Arya.

Musisi Bali Gede Lanang Wiweka pun menyoroti kondisi di Bali yang selama ini para seniman terutama musisi ini belum begitu dilibatkan oleh pemerintah daerah.

"Festival ini adalah kabar baik bagi para seniman musik, musisi muda untuk menampilkan dirinya. Apapun jenis dan aliran musiknya. Juga memberikan ruang yang lebih lebar untuk eksplorasi dan kolaborasi antar seniman lintas genre untuk membuat gebrakan baru. Potensinya sangat luar biasa, musisi, desain grafis, hingga film maker sangat banyak di Bali dan mereka perlu kesempatan," ucapnya bassist Lolot Band yang juga dikenal dengan nama Mr Botax ini.

Baca juga: Festival Agribisnis Bali catat transaksi Rp686 juta

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019