Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Wayan Adnyana mengatakan pelaksanaan Pameran Bali Megarupa untuk pertama kalinya digelar pada 2019 memiliki peluang untuk masuk ke dalam pasar seni rupa internasional.
"Iya, tentu sangat berpengaruh untuk masuk ke dalam pasar internasional, apalagi Bali Megarupa ini memberikan tampilan representasi keberagaman genre seni rupa Bali, dengan seniman berbakat di dalamnya," katanya di Kantor Dinas Kebudayaan Bali, Denpasar, Jumat.
Selain mengangkat tentang tradisi, katanya, Bali Megarupa didukung dengan peran teknologi, melalui sentuhan modern pada tampilan karya seni rupa ini.
Dalam pengembangannya pun bersifat tradisi, sampai dengan kontemporer, seperti seni lukis, seni patung, instalasi, "performance art", video, fotografi, seni rupa pertunjukkan, mural dan berbagai ungkapan seni rupa dari masa terdahulu hingga kini.
Penyelenggaraan pameran juga didukung dengan keberadaan seni rupa Bali yang telah berkontribusi dalam menjaga dan memajukan reputasi Bali dan Indonesia di mata dunia.
Ia menyebutkan karya seni rupa tradisi Bali ada yang pernah menjadi koleksi museum-museum dunia seperti museum di kawasan Eropa seperti Belanda, Swiss, Jerman, Swedia, termasuk koleksi Art Institute Chicago, Amerika Serikat.
Senada dengan hal tersebut, salah satu kurator Pameran Bali Megarupa, Warih Wisatsana menyatakan Megarupa bertujuan untuk membangun kolaborasi dan sinergi berbagai seniman perupa lintas generasi.
Selain itu juga sebagai jembatan dalam memberikan pembacaan awal dalam dinamika seni rupa di Bali.
"Jadi mengandaikan dunia seni rupa di Bali sebagai jalur sungai, dari hulu mengenalkan seni tradisi, arus sebagai bentuk bertemunya tradisi dan kontemporer, Campuran menjadi ajang pertemuan gaya dan artistik, sehingga muara adalah bentuk ekspresi dari para seniman," katanya.
Menurutnya, dalam pergelaran pameran seni rupa ini juga memberikan sentuhan teknologi seperti bentuk seni tiga dimensi dan kesenian lainnya.
"Kita juga ada penulis luar Bali dengan dinamika ini, informasinya akan meluas tentu bisa menarik pengamat - pengamat asing, ada Interaksi penilaian, atmosfer baru terbuka, di sini lah kesempatan kita memperkenalkan seni rupa ini ke ruang Internasional," katanya.
"Tentu sangat berpeluang masuk pasar luar negeri, karena seniman yang ikut pun juga luar biasa seperti Made Wianta, Ketut Budiana yang pernah ikut pameran di Prancis, begitu," tambahnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
"Iya, tentu sangat berpengaruh untuk masuk ke dalam pasar internasional, apalagi Bali Megarupa ini memberikan tampilan representasi keberagaman genre seni rupa Bali, dengan seniman berbakat di dalamnya," katanya di Kantor Dinas Kebudayaan Bali, Denpasar, Jumat.
Selain mengangkat tentang tradisi, katanya, Bali Megarupa didukung dengan peran teknologi, melalui sentuhan modern pada tampilan karya seni rupa ini.
Dalam pengembangannya pun bersifat tradisi, sampai dengan kontemporer, seperti seni lukis, seni patung, instalasi, "performance art", video, fotografi, seni rupa pertunjukkan, mural dan berbagai ungkapan seni rupa dari masa terdahulu hingga kini.
Penyelenggaraan pameran juga didukung dengan keberadaan seni rupa Bali yang telah berkontribusi dalam menjaga dan memajukan reputasi Bali dan Indonesia di mata dunia.
Ia menyebutkan karya seni rupa tradisi Bali ada yang pernah menjadi koleksi museum-museum dunia seperti museum di kawasan Eropa seperti Belanda, Swiss, Jerman, Swedia, termasuk koleksi Art Institute Chicago, Amerika Serikat.
Senada dengan hal tersebut, salah satu kurator Pameran Bali Megarupa, Warih Wisatsana menyatakan Megarupa bertujuan untuk membangun kolaborasi dan sinergi berbagai seniman perupa lintas generasi.
Selain itu juga sebagai jembatan dalam memberikan pembacaan awal dalam dinamika seni rupa di Bali.
"Jadi mengandaikan dunia seni rupa di Bali sebagai jalur sungai, dari hulu mengenalkan seni tradisi, arus sebagai bentuk bertemunya tradisi dan kontemporer, Campuran menjadi ajang pertemuan gaya dan artistik, sehingga muara adalah bentuk ekspresi dari para seniman," katanya.
Menurutnya, dalam pergelaran pameran seni rupa ini juga memberikan sentuhan teknologi seperti bentuk seni tiga dimensi dan kesenian lainnya.
"Kita juga ada penulis luar Bali dengan dinamika ini, informasinya akan meluas tentu bisa menarik pengamat - pengamat asing, ada Interaksi penilaian, atmosfer baru terbuka, di sini lah kesempatan kita memperkenalkan seni rupa ini ke ruang Internasional," katanya.
"Tentu sangat berpeluang masuk pasar luar negeri, karena seniman yang ikut pun juga luar biasa seperti Made Wianta, Ketut Budiana yang pernah ikut pameran di Prancis, begitu," tambahnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019