Jumlah pelaku yang terlibat dalam kasus Narkotika tercatat minim berasal dari kalangan remaja sesuai data dari BNNP Bali, kata Kepala Bidang Pemberantasan BNNP Bali, AKBP Nyoman Sebudi.
"Sementara belum ada dari pelajar, sedangkan berdasarkan dari data yang kita dapatkan itu, untuk kalangan mahasiswa masih tidak terlalu banyak dan minim, tapi tidak menutup kemungkinan juga ada, karena transaksi ini begitu menggiurkan," katanya kepada ANTARA di Denpasar, Senin.
Ia mengatakan untuk modus operandi yang digunakan para pelaku biasanya tidak mengenal latar belakang pekerjaan, namun pihaknya mengaku tetap mengutamakan tindakan deteksi dini terlebih dulu.
"Kita harus mengutamakan deteksi dini dulu, yang jelas barang belum sampai untuk disebarkan, kita sudah atasi itu dulu, karena kita di Bali perlu waspada tiga jalur utama, yaitu udara, laut dan darat," jelasnya.
Ia menambahkan bahwa melalui ketiga jalur ini rawan sebagai akses pengiriman barang berupa narkotika dengan berbagai modus operandinya. Untuk jalur udara, Ia mengatakan bahwa telah melakukan kerjasama dengan AVSEC di Bandara Ngurah Rai.
Untuk tahun 2018, jumlah pelaku Narkotika dari unsur pelajar sekitar 49 orang. Apabila dilihat dari rentang usianya di tahun 2018 sebanyak dua orang untuk usia 12-15 tahun, sedangkan untuk usia 16 -20 tahun ada 68 orang yang terdata di tahun 2018.
Untuk data di tahun 2019 terhitung sampai di bulan Agustus, pelaku narkotika dari kalangan mahasiswa ada sembilan (9) orang. Selain itu untuk rentang usia 13-15 ada satu orang dan usia 16 - 20 ada 15 orang.
Baca juga: Polisi Denpasar tangkap 17 bandar narkotika
Berdasarkan survei prevalensi penyalahgunaan Narkotika di Bali tahun 2018, terdapat jumlah pelajar atau mahasiswa yang terpapar Narkoba sebanyak 5.318 orang dan 533 diantaranya seorang pecandu.
Sedangkan untuk survei prevalensi penyalahgunaan Narkotika di Bali tahun 2019 masih dalam tahap penelitian dan akan diakumulasikan pada akhir tahun 2019.
Sebudi menambahkan waktu yang dipilih oleh para pelaku untuk melakukan aksinya, dominan pada dini hari. Modus operandinya juga beragam, baik itu disimpan dalam sandal, atau melalui jajanan ringan. Untuk jenis Narkotika di tahun 2019 didominasi oleh sabu - sabu dengan berat mencapai 4,8 kg.
"Faktor yang mendorong munculnya pelaku narkotika ini, alasannya karena awalnya coba coba (untuk pengguna), kalau pengedar narkoba biasanya tertarik pada bisnis narkoba itu (faktor ekonomi), karena hasilnya juga menggiurkan," ucap Sebudi.
Baca juga: Kepala BNN sebut ada 74 narkoba jenis baru
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
"Sementara belum ada dari pelajar, sedangkan berdasarkan dari data yang kita dapatkan itu, untuk kalangan mahasiswa masih tidak terlalu banyak dan minim, tapi tidak menutup kemungkinan juga ada, karena transaksi ini begitu menggiurkan," katanya kepada ANTARA di Denpasar, Senin.
Ia mengatakan untuk modus operandi yang digunakan para pelaku biasanya tidak mengenal latar belakang pekerjaan, namun pihaknya mengaku tetap mengutamakan tindakan deteksi dini terlebih dulu.
"Kita harus mengutamakan deteksi dini dulu, yang jelas barang belum sampai untuk disebarkan, kita sudah atasi itu dulu, karena kita di Bali perlu waspada tiga jalur utama, yaitu udara, laut dan darat," jelasnya.
Ia menambahkan bahwa melalui ketiga jalur ini rawan sebagai akses pengiriman barang berupa narkotika dengan berbagai modus operandinya. Untuk jalur udara, Ia mengatakan bahwa telah melakukan kerjasama dengan AVSEC di Bandara Ngurah Rai.
Untuk tahun 2018, jumlah pelaku Narkotika dari unsur pelajar sekitar 49 orang. Apabila dilihat dari rentang usianya di tahun 2018 sebanyak dua orang untuk usia 12-15 tahun, sedangkan untuk usia 16 -20 tahun ada 68 orang yang terdata di tahun 2018.
Untuk data di tahun 2019 terhitung sampai di bulan Agustus, pelaku narkotika dari kalangan mahasiswa ada sembilan (9) orang. Selain itu untuk rentang usia 13-15 ada satu orang dan usia 16 - 20 ada 15 orang.
Baca juga: Polisi Denpasar tangkap 17 bandar narkotika
Berdasarkan survei prevalensi penyalahgunaan Narkotika di Bali tahun 2018, terdapat jumlah pelajar atau mahasiswa yang terpapar Narkoba sebanyak 5.318 orang dan 533 diantaranya seorang pecandu.
Sedangkan untuk survei prevalensi penyalahgunaan Narkotika di Bali tahun 2019 masih dalam tahap penelitian dan akan diakumulasikan pada akhir tahun 2019.
Sebudi menambahkan waktu yang dipilih oleh para pelaku untuk melakukan aksinya, dominan pada dini hari. Modus operandinya juga beragam, baik itu disimpan dalam sandal, atau melalui jajanan ringan. Untuk jenis Narkotika di tahun 2019 didominasi oleh sabu - sabu dengan berat mencapai 4,8 kg.
"Faktor yang mendorong munculnya pelaku narkotika ini, alasannya karena awalnya coba coba (untuk pengguna), kalau pengedar narkoba biasanya tertarik pada bisnis narkoba itu (faktor ekonomi), karena hasilnya juga menggiurkan," ucap Sebudi.
Baca juga: Kepala BNN sebut ada 74 narkoba jenis baru
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019