Rektor Institut Seni Indonesia Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha, SSKar, MHum mengajak seluruh mahasiswa baru di kampus setempat untuk berbangga menjadi bagian dari kampus seni negeri satu-satunya di wilayah Indonesia bagian tengah itu.

"ISI Denpasar merupakan kampus seni negeri satu-satunya di wilayah Indonesia bagian tengah dan memiliki sejumlah keunggulan yakni akreditasi institusi nilai A, 90 persen prodi juga akreditasinya A dan lulusannya terbukti tidak ada yang menganggur," kata Prof Arya Sugiartha saat acara pengesahan sebanyak 491 mahasiswa baru tahun akademik 2019/2020 di Denpasar, Selasa.

Guru besar seni karawitan ini juga menegaskan bahwa ISI Denpasar bukanlah lembaga pendidikan yang prematur. Diapun kemudian memaparkan sejarah berdirinya ISI dari awal, proses akademik hingaa pembiayaan yang 80 persen didukung pemerintah melalui APBN serta untuk SPP, pihaknya telah memberlakukan subsidi silang menyesuaikan dengan kemampuan orangtua masing-masing mahasiswa.

ISI Denpasar, lanjut Prof Arya, kalau dilihat dari sejarahnya berawal dari Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Denpasar, didirikan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Bali tahun 1967. Kemudian berubah menjadi Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) atas prakarsa Majelis Pertimbangan dan Pembinaan Kebudayaan (Listibya), beberapa tahun berselang barulah STSI menjadi Institut.

Baca juga: ISI Denpasar "pecut" mahasiswa jadi kreatif dan mandiri

Pendirian ASTI Denpasar dilandasi Pola Dasar Kebijaksanaan Pembinaan Kebudayaan Daerah Bali yang memperhatikan sifat-sifat pertahanan, penggalian, pembinaan dan pengembangan kebudayaan daerah Bali.

"Makin intensifnya interaksi antara kebudayaan dan teknologi, serta bertambah banyaknya seniman yang meninggal dunia, menyebabkan beberapa bentuk kesenian tradisional Bali dikhawatirkan akan punah, sehingga perlu diadakan pendidikan kesenian bagi generasi muda sebagai pewaris dan penyelamat kebudayaan bangsa," ucap akademisi dari Kabupaten Tabanan.

Di sisi lain, Prof Arya menegaskan ISI Denpasar adalah pendukung Pancasila, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika yang menjunjung keragaman dalam bingkai NKRI.

"Mumpung ini di awal, jika ada di ruangan ini yang masih meragukan Pancasila, silakan angkat kaki dari ISI Denpasar," katanya di depan mahasiswa baru dan ratusan orang tua mahasiswa tersebut.

Baca juga: Gubernur Bali ingin gratiskan kuliah di ISI Denpasar

Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni ISI Denpasar Prof Dr I Nyoman Artayasa MKes mengatakan proses seleksi tahun ini dilakukan lewat tiga jalur, berpedoman pada Peraturan Menristekdikti No 60/2018, yakni yang diterima melalui SNMPTN (51 orang), SBMPTN (160 orang) dan Jalur Mandiri (280 orang).

"ISI Denpasar mendapat kuota Bidikmisi sebanyak 106, dan semua telah terisi dari ketiga jalur tersebut," ujar Artayasa.

Sejak dua tahun terakhir, serapan mahasiswa baru yang masuk ke ISI Denpasar makin meluas, bahkan hampir di seluruh provinsi di Indonesia, juga dari kantong-kantong transmigran.

"ISI Denpasar tahun ini juga siap membuka program studi Magister Desain dan Magister Pendidikan Seni. Proses proposalnya sudah hampir rampung. Prodi tersebut didirikan untuk menjawab kebutuhan masyarakat berdasarkan hasil kajian," kata Artayasa.

Sebanyak 491 mahasiswa baru tahun akademik 2019/2020 Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar disahkan pada Sidang Terbuka Senat di Gedung Citta Kelangen ISI Denpasar dengan dipimpin Ketua Senat I Wayan Gulendra.
 
Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha berfoto bersama didampingi Wakil Rektor Prof Dr I Nyoman Artayasa MKes serta perwakilan fakultas dan mahasiswa baru (Antaranews Bali/Ni Luh Rhisma/2019)

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019