Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar akan menampilkan 88 karya pergelaran selama 11 hari yang merupakan ujian tugas akhir dari mahasiswa setempat, yang dapat disaksikan masyarakat umum.
"Ujian tugas akhir ini merupakan salah satu persyaratan bagi mahasiswa untuk menuntaskan kewajiban akademik sebelum dinyatakan lulus sebagai sarjana seni. Kami harapkan anak-anak kami yang akan lulus mampu menghasilkan karya-karya baru yang memang merupakan hasil pencermatan penelitian, pengamatan dan pencermatan mereka terhadap fenomena-fenomena yang ada di masyarakat," jelas Dekan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar, Dr I Komang Sudirga, SSn, MHum pada Pembukaan Ujian Tugas Akhir Mahasiswa tersebut di Denpasar, Kamis.
Ia mengemukakan, bagi mahasiswa yang memilih tugas akhir pengkajian, mereka akan berkutat dengan problematika seni di lapangan dan menyusunnya dalam bentuk skripsi, sedangkan yang memilih tugas akhir penciptaan karya seni harus melakukan riset terlebih dahulu agar memperoleh berbagai isu aktual dan fenomena menarik untuk diangkat sebagai tema sentral dalam karyanya.
"Di tengah era Revolusi 4.0 ini kami pun berharap karya mahasiswa betul-betul bernuansa baru, mengadaptasikan kearifan lokal sesuai dengan visi misi fakultas Seni Pertunjukan. Mereka harus menjadi orang-orang kreatif, karena yang kreatiflah yang mampu bersaing dan merebut peluang kerja di masa mendatang," terangnya.
Sudirga tidak memungkiri mengkaji dan mencipta karya seni bukanlah sesuatu yang mudah dan bebas semaunya, tetapi memerlukan proses yang cukup rigid dan penuh tantangan serta keberanian untuk menemukan dan menyodorkan berbagai ide-ide sebagai temuan baru.
"Dalam konteks tuntutan akademis, tugas akhir karya seni ke depan semakin sulit sebab setiap karya yang diciptakan harus berbasis riset. Itu artinya harus melewati studi penelitian agar karya yang diciptakan aktual dan mampu mengatasi berbagai persoalan lingkungan sekitar," lanjutnya.
Ia mengimbau para mahasiswa selaku kreator jangan takut berinovasi dan menawarkan gagasan baru yang berbeda dari kelaziman, walaupun terkadang akan mendapatkan berbagai penilaian miring dan cemoohan karena orang kreatif harus tetap optimistis. Pemikiran kreatif sering visioner melampaui batas-batas pemikiran orang pada umumnya.
Sementara itu, Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar, Wardizal mengatakan karya tugas akhir mahasiswa ISI Denpasar memang sengaja disiapkan agar bisa dipertontonkan pada publik.
Dari 88 karya yang ditampilkan dari 10 hingga 20 Juli dan 27 Juli 2019, sebanyak 23 karya seni dari Jurusan/Prodi Tari, 45 karya mahasiswa Jurusan Karawitan, 10 karya dari Jurusan Pedalangan dan 10 karya dari Jurusan Musik.
"Untuk tim penilainya itu semuanya dosen ISI Denpasar, yang menyesuaikan dengan mahasiswa dari prodi atau jurusan masing-masing. Kalau yang maju dari Prodi Tari, tentu dosen yang menilai dari Prodi Tari juga dan seterusnya," ujarnya yang juga selaku ketua panitia.
Baca juga: ISI Denpasar dukung mahasiswa desain interior ikuti TKMDII
Dalam pergelaran tugas akhir mahasiswa tahun ini, menurut dia ada sedikit perbedaan. "Jika tahun sebelumnya ujian berlangsung di kampung-kampung atau di desa-desa, maka pada ujian kali ini terpusat di Gedung Natya Mandala ISI Denpasar," ucapnya.
Wardizal menambahkan pihaknya tetap melakukan evaluasi agar kegiatan ini di masa-masa mendatang bisa lebih baik lagi dan untungnya selama ini selalu mendapat sambutan yang hangat dari masyarakat.
"Kegiatan ini sekaligus merupakan upaya kami mendiseminasi karya-karya anak kami kepada masyarakat, kemudian agar diapresiasi dan diterima untuk dikembangkan masyarakat luas. Oleh karena itu, kami mengajak masyarakat untuk bersama-sama menyaksikan karya-karya terbaru mahasiswa ISI Denpasar," jelasnya.
Mahasiswa dari jurusan atau prodi Seni Pedalangan mendapatkan kesempatan waktu menampilkan hasil karya selama 45 menit, dan dari tiga jurusan lainnya dengan waktu masing-masing 15 menit. Pementasan karya seni setiap harinya dimulai pukul 18.30 Wita.
Pada acara pembukaan ujian pergelaran karya seni tersebut ditampilkan tiga karya yakni I Komang Bambang Diatmika dengan karya berjudul "Guru Lamuk" dari Prodi Seni Pedalangan, serta I Komang Adi Muliawan (karya Se-Tujuh) dan Putu Aldi Philberta Harta Celuk (karya berjudul Jawat Hasta) yang keduanya dari Prodi Karawitan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
"Ujian tugas akhir ini merupakan salah satu persyaratan bagi mahasiswa untuk menuntaskan kewajiban akademik sebelum dinyatakan lulus sebagai sarjana seni. Kami harapkan anak-anak kami yang akan lulus mampu menghasilkan karya-karya baru yang memang merupakan hasil pencermatan penelitian, pengamatan dan pencermatan mereka terhadap fenomena-fenomena yang ada di masyarakat," jelas Dekan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar, Dr I Komang Sudirga, SSn, MHum pada Pembukaan Ujian Tugas Akhir Mahasiswa tersebut di Denpasar, Kamis.
Ia mengemukakan, bagi mahasiswa yang memilih tugas akhir pengkajian, mereka akan berkutat dengan problematika seni di lapangan dan menyusunnya dalam bentuk skripsi, sedangkan yang memilih tugas akhir penciptaan karya seni harus melakukan riset terlebih dahulu agar memperoleh berbagai isu aktual dan fenomena menarik untuk diangkat sebagai tema sentral dalam karyanya.
"Di tengah era Revolusi 4.0 ini kami pun berharap karya mahasiswa betul-betul bernuansa baru, mengadaptasikan kearifan lokal sesuai dengan visi misi fakultas Seni Pertunjukan. Mereka harus menjadi orang-orang kreatif, karena yang kreatiflah yang mampu bersaing dan merebut peluang kerja di masa mendatang," terangnya.
Sudirga tidak memungkiri mengkaji dan mencipta karya seni bukanlah sesuatu yang mudah dan bebas semaunya, tetapi memerlukan proses yang cukup rigid dan penuh tantangan serta keberanian untuk menemukan dan menyodorkan berbagai ide-ide sebagai temuan baru.
"Dalam konteks tuntutan akademis, tugas akhir karya seni ke depan semakin sulit sebab setiap karya yang diciptakan harus berbasis riset. Itu artinya harus melewati studi penelitian agar karya yang diciptakan aktual dan mampu mengatasi berbagai persoalan lingkungan sekitar," lanjutnya.
Ia mengimbau para mahasiswa selaku kreator jangan takut berinovasi dan menawarkan gagasan baru yang berbeda dari kelaziman, walaupun terkadang akan mendapatkan berbagai penilaian miring dan cemoohan karena orang kreatif harus tetap optimistis. Pemikiran kreatif sering visioner melampaui batas-batas pemikiran orang pada umumnya.
Sementara itu, Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar, Wardizal mengatakan karya tugas akhir mahasiswa ISI Denpasar memang sengaja disiapkan agar bisa dipertontonkan pada publik.
Dari 88 karya yang ditampilkan dari 10 hingga 20 Juli dan 27 Juli 2019, sebanyak 23 karya seni dari Jurusan/Prodi Tari, 45 karya mahasiswa Jurusan Karawitan, 10 karya dari Jurusan Pedalangan dan 10 karya dari Jurusan Musik.
"Untuk tim penilainya itu semuanya dosen ISI Denpasar, yang menyesuaikan dengan mahasiswa dari prodi atau jurusan masing-masing. Kalau yang maju dari Prodi Tari, tentu dosen yang menilai dari Prodi Tari juga dan seterusnya," ujarnya yang juga selaku ketua panitia.
Baca juga: ISI Denpasar dukung mahasiswa desain interior ikuti TKMDII
Dalam pergelaran tugas akhir mahasiswa tahun ini, menurut dia ada sedikit perbedaan. "Jika tahun sebelumnya ujian berlangsung di kampung-kampung atau di desa-desa, maka pada ujian kali ini terpusat di Gedung Natya Mandala ISI Denpasar," ucapnya.
Wardizal menambahkan pihaknya tetap melakukan evaluasi agar kegiatan ini di masa-masa mendatang bisa lebih baik lagi dan untungnya selama ini selalu mendapat sambutan yang hangat dari masyarakat.
"Kegiatan ini sekaligus merupakan upaya kami mendiseminasi karya-karya anak kami kepada masyarakat, kemudian agar diapresiasi dan diterima untuk dikembangkan masyarakat luas. Oleh karena itu, kami mengajak masyarakat untuk bersama-sama menyaksikan karya-karya terbaru mahasiswa ISI Denpasar," jelasnya.
Mahasiswa dari jurusan atau prodi Seni Pedalangan mendapatkan kesempatan waktu menampilkan hasil karya selama 45 menit, dan dari tiga jurusan lainnya dengan waktu masing-masing 15 menit. Pementasan karya seni setiap harinya dimulai pukul 18.30 Wita.
Pada acara pembukaan ujian pergelaran karya seni tersebut ditampilkan tiga karya yakni I Komang Bambang Diatmika dengan karya berjudul "Guru Lamuk" dari Prodi Seni Pedalangan, serta I Komang Adi Muliawan (karya Se-Tujuh) dan Putu Aldi Philberta Harta Celuk (karya berjudul Jawat Hasta) yang keduanya dari Prodi Karawitan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019