Denpasar (Antara Bali) - Persatuan Obstetri Ginekologi Indonesia (POGI) Cabang Denpasar mengajak 104 kepala sekolah membantu sosialisasi pencegahan kanker leher rahim atau serviks secara dini melalui vaksinasi bersubsidi.
Ketua POGI Denpasar, dr Made Suyasa Jaya, SpOG (K), Jumat, mengatakan, vaksinasi merupakan tindakan pencegahan penyakit kanker serviks paling mendasar dan lebih tepat diberikan kepada perempuan berusia sembilan hingga 55 tahun.
"Kanker serviks dapat dicegah sejak dini dan pencegahan itu dapat kami lakukan di sekolah karena sekolah merupakan pilihan tepat dijadikan gerbang awal untuk eradikasi kanker serviks," katanya usai memberikan materi seminar tentang Edukasi Kesehatan Reproduksi Remaja di Sekolah Untuk Wujudkan Bali Bebas Kanker Serviks 2020", di Sanur itu.
Meskipun biaya vaksinasi pencegah kanker serviks tersebut sangat mahal, saat ini pemerintah memberikan subsidi yang diperoleh dari berbagai perusahaan farmasi.
"Kendala untuk mendapatkan vaksin itu memang soal harga. Kami sudah berjuang mencari subsidi dan menawar harga kepada pabrik pembuatnya. Untuk itu kami mencoba mengembangkan vaksinasi berbasis sekolah," katanya.
Ia menjelaskan bahwa biaya untuk satu kali vaksin bisa mencapai Rp1,2 juta, dan dilakukan sebanyak tiga kali sehingga untuk mendapatkan vaksin tersebut harus mengeluarkan biaya sebesar Rp3,6 juta.
Namun melalui program bebas kanker serviks berbasis sekolah, tiap anak sekolah hanya membayar Rp1 juta untuk tiga kali vaksin dan dibayar melalui angsuran.*
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
Ketua POGI Denpasar, dr Made Suyasa Jaya, SpOG (K), Jumat, mengatakan, vaksinasi merupakan tindakan pencegahan penyakit kanker serviks paling mendasar dan lebih tepat diberikan kepada perempuan berusia sembilan hingga 55 tahun.
"Kanker serviks dapat dicegah sejak dini dan pencegahan itu dapat kami lakukan di sekolah karena sekolah merupakan pilihan tepat dijadikan gerbang awal untuk eradikasi kanker serviks," katanya usai memberikan materi seminar tentang Edukasi Kesehatan Reproduksi Remaja di Sekolah Untuk Wujudkan Bali Bebas Kanker Serviks 2020", di Sanur itu.
Meskipun biaya vaksinasi pencegah kanker serviks tersebut sangat mahal, saat ini pemerintah memberikan subsidi yang diperoleh dari berbagai perusahaan farmasi.
"Kendala untuk mendapatkan vaksin itu memang soal harga. Kami sudah berjuang mencari subsidi dan menawar harga kepada pabrik pembuatnya. Untuk itu kami mencoba mengembangkan vaksinasi berbasis sekolah," katanya.
Ia menjelaskan bahwa biaya untuk satu kali vaksin bisa mencapai Rp1,2 juta, dan dilakukan sebanyak tiga kali sehingga untuk mendapatkan vaksin tersebut harus mengeluarkan biaya sebesar Rp3,6 juta.
Namun melalui program bebas kanker serviks berbasis sekolah, tiap anak sekolah hanya membayar Rp1 juta untuk tiga kali vaksin dan dibayar melalui angsuran.*
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011