Negara (Antara Bali) - Komisi A DPRD Jembrana, Bali yang melakukan inspeksi mendadak ke SMK Kemaritiman Nusantara di Kelurahan Gilimanuk, Kecamatan Melaya, Selasa, langsung menutup sekolah tersebut karena belum memiliki izin.

Komisi A beserta Wakil Ketua DPRD Jembrana I Ketut Widastra melakukan sidak setelah mendapatkan informasi bahwa di Gilimanuk ada sekolah yang sudah melakukan proses belajar mengajar namun belum memiliki izin.

SMK Kemaritiman Nusantara diketahui beroperasi dengan memanfaatkan sebuah gedung minimarket di Jalan Mutiara Gilimanuk, Kabupaten Jembrana. Sekolah itu kini tercatat telah menerima 17 murid.

Dari informasi yang diperoleh, diketahui bahwa dalam proses belajar-mengajar SMK Kemaritiman Nusantara menerapkan pola semi militer, di mana para murid menggunakan pakaian dinas lapangan (PDL) dan ransel besar, lengkap dengan alas tidur.

Rombongan wakil rakyat yang didampingi Lurah Gilimanuk I Gusti Ngurah Rai Budi dan Kapolsek Kawasan Laut AKP Made Prihenjagat, siang itu diterima oleh Bambang selaku pemilik yayasan yang menaungi sekolah tersebut.          

Bambang mengatakan, pihaknya mendirikan sekolah tersebut setelah melihat animo masyarakat yang cukup tinggi di bidang maritim.

Selain itu, menurutnya, di Kabupaten Jembrana belum ada sekolah pelayaran, dan pihaknya dalam mengelola sekolah ini tidak berorientasi bisnis.

"Kami hanya ingin membantu pemerintah dalam bidang pendidikan," katanya menjelaskan.

Ia mengatakan, setengah dari murid yang terdiri atas sembilan putra dan delapan putri tersebut, sama sekali tidak dipungut bayaran.

Terkait dengan izin, Bambang mengatakan, ia sudah pernah mengajukan permohonan ke Pemkab Jembrana, tapi ditolak karena dinilai belum layak.

Karena sudah terlanjur menerima murid, Bambang berencana mengalihkan status dari sekolah menjadi lembaga diklat yang saat ini masih dalam pengurusan izin.      

Lurah Gilimanuk I Gusti Ngurah Rai Budi mengatakan, pihak sekolah memang pernah berkoordinasi dengannya, tapi ia sarankan agar mengurus izin dulu.

"Tapi izin belum ada, sudah berani menerima murid bahkan melakukan proses belajar-mengajar," katanya.

Selain belum memiliki izin, menurut Rai Budi, aktivitas sekolah ini sering sampai larut malam tanpa ada pemberitahuan, sehingga mengganggu kenyamanan masyarakat.

"Pihak Pelabuhan Gilimanuk juga merasa terganggu karena mereka sering melakukan kegiatan di areal pelabuhan," kata Rai Budi.

Dia juga mengungkapkan, anak-anak yang baru lulus SMP ini kerap harus belajar dan latihan fisik dari pukul 04.00 Wita sampai 22.00 Wita.

Lurah mengaku khawatir terjadi apa-apa terhadap anak-anak tersebut.

Ia menegaskan, pihaknya senang jika ada orang yang mau ikut memajukan pendidikan, namun harus mampu mematuhi aturan legalitas yang ada.

Lurah mengaku sepakat dengan dewan agar sekolah itu dihentikan operasinya sampai memiliki izin, karena kalaupun dilanjutkan izasah yang dikeluarkan akan tidak sah.

Terhadap permintaan dewan serta Lurah Gilimanuk itu, Bambang berjanji akan mematuhi semua peraturan yang ada, dan sementara ini pihaknya tidak akan beraktivitas.Mesin Air Pabrik Es Pemkab Jembrana Raib

Negara (Antara Bali) - Dua unit mesin air pabrik es yang menjadi aset Pemkab Jembrana, Bali, di kawasan Pelabuhan Perikanan Nusantara, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, raib.

Suroso, seorang mekanik yang mengelola bengkel perahu tidak jauh dari lokasi pabrik itu, Selasa mengatakan, dirinya tahu mesin air itu hilang sekitar sebulan lalu.

Selain mengelola bengkel yang juga aset pemkab tersebut, Suroso juga memegang kunci dua pabrik es dan satu "cold storage" yang letaknya berdampingan. Mesin air yang hilang tersebut berada di pabrik sebelah timur yang selesai dibangun dan siap dioperasionalkan pada tahun 2010 lalu.

"Seminggu sebelum saya tahu mesin itu hilang, saya sempat masuk ke sini dan barangnya masih ada," katanya.

Suroso menduga, pencuri masuk lewat lubang besar pada dinding utara pabrik yang digunakan untuk mengeluarkan balok-balok es jika pabrik ini berproduksi.(**)


Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011