Denpasar (Antaranews Bali) - Rektor Institut Seni Indonesia Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha mengatakan pihaknya terus menggenjot upaya penambahan doktor, sejalan dengan rencana strategis kampus setempat yang tahun ini fokus pada pengembangan SDM.
"Tahun 2019 ini merupakan masa berakhirnya Renstra Tahap III yang fokus pada pengembangan SDM sehingga target kami jumlah doktor bertambah, tidak ada lagi dosen yang pendidikannya S1 dan para pejabat maupun pegawai dengan pendidikan S2," kata Prof Arya Sugiartha, di Denpasar, Selasa.
Menurut dia, jumlah dosen dengan kualifikasi doktor hingga saat ini sebanyak 49 orang atau sekitar 25 persen dari total dosen di ISI Denpasar.
Jika mengacu jumlah ideal, lanjut dia, jumlah dosen yang bergelar doktor setidaknya mencapai 80 persen dari keseluruhan dosen. Tetapi untuk ISI Denpasar, paling tidak penambahan doktor dalam waktu dekat menjadi 60 orang.
"Kami akan genjot terus dan yang penting kebutuhan untuk setiap program studi sudah terpenuhi. Saat ini ada sejumlah dosen ISI Denpasar yang sudah menamatkan S3-nya di luar negeri," ujarnya yang juga dosen seni karawitan itu.
Sedangkan untuk tenaga pendidik di ISI Denpasar yang berstatus guru besar, hingga saat ini ada enam orang dan Prof Arya Sugiartha sangat berharapnya jumlahnya dapat ditingkatkan juga.
"Puji syukur Tuhan, sudah ada yang mengajukan tiga, mudah-mudahan di akhir 2019 nanti ada tiga tambahan guru besar di ISI Denpasar," kata akademisi dari Desa Pujungan, Kabupaten Tabanan itu.
Prof Arya juga berpandangan untuk SDM pengajar di Program Studi Seni Program Doktor (S3) sekarang sudah lebih mapan karena sudah bisa mandiri. Lain halnya periode-periode sebelumnya banyak "meminjam" dosen dari perguruan tinggi yang lain untuk mengampu sejumlah mata kuliah tertentu di ISI Denpasar.
"Kalau target kami tahun ini soal SDM, maka pada 2020 barulah target pencapaian visi dan misi lembaga sebagai pusat unggulan seni budaya berbasis kearifan lokal dan berwawasan universal," ucapnya didampingi Humas ISI Denpasar I Gede Eko Jaya Utama, SE, MM itu.
Di sisi lain, ia berharap semakin hari karya yang dihasilkan mahasiswa semakin berkembang dan semakin bisa diapresiasi oleh masyarakat. Hal ini terbukti dari pelaksanaan pameran tugas akhir mahasiswa tidak saja dilaksanakan di kampus, tetapi juga di berbagai ruang publik seperti di Plaza Renon, galeri-galeri, gedung teater hingga ke desa-desa.
Sedangkan dari sisi kemahasiswaan, pihaknya tidak terlalu mengejar dari sisi kuantitas, namun yang lebih penting untuk mendapatkan mahasiswa dan lulusan yang berkualitas.
"Yang masuk ke sini (ISI Denpasar-red) umumnya orang yang bertalenta, tidak bisa orang sembarangan yang tidak memiliki talenta seni. Paling tidak mereka memiliki alur pemikiran kreatif," ucapnya.
Meskipun tidak mengejar target jumlah mahasiswa, Prof Arya mengapresiasi kepercayaan masyarakat terhadap proses pendidikan di ISI Denpasar yang dapat dilihat dari jumlah pelamar mencapai sekitar 1.600 orang, padahal daya tampung kampus setempat hanya untuk 600 mahasiswa untuk setiap penerimaan mahasiswa baru.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
"Tahun 2019 ini merupakan masa berakhirnya Renstra Tahap III yang fokus pada pengembangan SDM sehingga target kami jumlah doktor bertambah, tidak ada lagi dosen yang pendidikannya S1 dan para pejabat maupun pegawai dengan pendidikan S2," kata Prof Arya Sugiartha, di Denpasar, Selasa.
Menurut dia, jumlah dosen dengan kualifikasi doktor hingga saat ini sebanyak 49 orang atau sekitar 25 persen dari total dosen di ISI Denpasar.
Jika mengacu jumlah ideal, lanjut dia, jumlah dosen yang bergelar doktor setidaknya mencapai 80 persen dari keseluruhan dosen. Tetapi untuk ISI Denpasar, paling tidak penambahan doktor dalam waktu dekat menjadi 60 orang.
"Kami akan genjot terus dan yang penting kebutuhan untuk setiap program studi sudah terpenuhi. Saat ini ada sejumlah dosen ISI Denpasar yang sudah menamatkan S3-nya di luar negeri," ujarnya yang juga dosen seni karawitan itu.
Sedangkan untuk tenaga pendidik di ISI Denpasar yang berstatus guru besar, hingga saat ini ada enam orang dan Prof Arya Sugiartha sangat berharapnya jumlahnya dapat ditingkatkan juga.
"Puji syukur Tuhan, sudah ada yang mengajukan tiga, mudah-mudahan di akhir 2019 nanti ada tiga tambahan guru besar di ISI Denpasar," kata akademisi dari Desa Pujungan, Kabupaten Tabanan itu.
Prof Arya juga berpandangan untuk SDM pengajar di Program Studi Seni Program Doktor (S3) sekarang sudah lebih mapan karena sudah bisa mandiri. Lain halnya periode-periode sebelumnya banyak "meminjam" dosen dari perguruan tinggi yang lain untuk mengampu sejumlah mata kuliah tertentu di ISI Denpasar.
"Kalau target kami tahun ini soal SDM, maka pada 2020 barulah target pencapaian visi dan misi lembaga sebagai pusat unggulan seni budaya berbasis kearifan lokal dan berwawasan universal," ucapnya didampingi Humas ISI Denpasar I Gede Eko Jaya Utama, SE, MM itu.
Di sisi lain, ia berharap semakin hari karya yang dihasilkan mahasiswa semakin berkembang dan semakin bisa diapresiasi oleh masyarakat. Hal ini terbukti dari pelaksanaan pameran tugas akhir mahasiswa tidak saja dilaksanakan di kampus, tetapi juga di berbagai ruang publik seperti di Plaza Renon, galeri-galeri, gedung teater hingga ke desa-desa.
Sedangkan dari sisi kemahasiswaan, pihaknya tidak terlalu mengejar dari sisi kuantitas, namun yang lebih penting untuk mendapatkan mahasiswa dan lulusan yang berkualitas.
"Yang masuk ke sini (ISI Denpasar-red) umumnya orang yang bertalenta, tidak bisa orang sembarangan yang tidak memiliki talenta seni. Paling tidak mereka memiliki alur pemikiran kreatif," ucapnya.
Meskipun tidak mengejar target jumlah mahasiswa, Prof Arya mengapresiasi kepercayaan masyarakat terhadap proses pendidikan di ISI Denpasar yang dapat dilihat dari jumlah pelamar mencapai sekitar 1.600 orang, padahal daya tampung kampus setempat hanya untuk 600 mahasiswa untuk setiap penerimaan mahasiswa baru.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019