Gianyar (Antaranews Bali) - Mantan Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa mengatakan stabilitas dan kemajuan ekonomi di kawasan Asia Tenggara (Asean) adalah bukti keberhasilan politik luar negeri Indonesia, karena banyak kesepakatan Asean lahir berkat peranan Indonesia yang memimpin dan menjadi motor pergerakan.

"Sebagai negara yang besar, sejak awal Indonesia menjadi pendiri dan motor pergerakan Asean. Kini, Asean telah memiliki banyak kesepakatan misalkan di bidang ekonomi (perdagangan dan investasi), hak asasi manusia dan yang menjadi modal utama Indonesia dan Asean tumbuh, dan berkontribusi kepada dunia," kata Marty, dalam diskusi bertema 'Does Asean Matter ' di Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) 2018, di Gianyar, Minggu.

Dipandu oleh moderator Michael Vatikiotis, mantan editor Far Eastern Economic Review, Marty bercerita tentang peran Indonesia di Asean sehingga kawasan ini terus stabil dan menjadi salah satu kawasan pertumbuhan ekonomi regional dan internasional yang makin kuat.

"Asean kini menjadi kawasan yang stabil dan dinamis, telah menjadi `One Vision, One Identity, dan One Community telah mendorong kelancaran perdagangan, arus barang dan manusia di kawasan ini," tambah Marty.

Ia juga bercerita peran Indonesia yang kuat dalam menengahi konflik antar anggota Asean yakni antara Thailand dengan Kamboja pada tahun 2011. Indonesia telah berhasil dalam diplomasinya di Asean sehingga menumbuhkan kepercayaan dari Thailand dan Kamboja untuk menyelesaikan pertikaian di meja perundingan,

"Karena kedua negara tersebut merasa nyaman dan percaya kepada Indonesia. Kami menegaskan dalam setiap perundingan tidak akan keluar dari ruangan sebelum lahirnya kesepakatan dan solusi atas masalah sengketa antar negara Asean," tutur Marty.

Sidney Jones,seorang pakar dan peneliti terorisme di Asia Tenggara, terang-terangan memuji dan berterima kasih kepada Marty Natalegawa yang berhasil menyelesaikan konflik antara Thailand dengan Kamboja.

Mantan Menlu itu juga bercerita bagaimana peran Indonesia dapat mencegah dan mengurangi ketegangan antara anggota Asean yakni Filipina, Vietnam dengan China, negara yang makin kuat secara ekonomi, politik dan militer di dunia, menyaingi Amerika di perairan laut China Selatan.

"Ketika suasana tegang dan panas di antara negara bersengketa, Indonesia menggunakan diplomasi dan komunikasi informal. Membangun komunikasi informal hingga pihak-pihak yang bersengketa merasa nyaman dan mau membicarakan, menyelesaikan konfliknya dalam meja perundingan untuk mendapatkan solusi dan jalan keluar," ungkap dia.

Indonesia juga terus membuka komunikasi dan diplomasi dengan kekuatan besar di kawasan konflik seperti Amerika dan Jepang, dalam menyelesaikan konflik di laut China Selatan.

ASEAN, atau Perhimpunan Negara-negara Asia Tenggara, beranggotakan 10 negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Brunei Darusalam, Vietnam, Laos, Kamboja dan Myanmar. (WDY)

Pewarta: Adi Lazuardi

Editor : I Komang Suparta


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018