Denpasar (Antaranews Bali) - Civitas akademika Institut Seni Indonesia Denpasar turut serta menjadi pengisi acara dan menyukseskan pawai budaya bertajuk "The Economy and Life in Bali" yang telah digelar serangkaian pertemuan tahunan IMF-World Bank belum lama ini
"Dalam pawai budaya tersebut, bagaimana ekonomi itu kaitannya dengan kehidupan masyarakat Bali. Kehidupan orang Bali dari lahir sampai mati ada ritualnya, dan ritus itu dilakukan dengan suka cita," kata Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha SSKar, MHum, di Denpasar, Selasa.
ISI Denpasar dalam pawai budaya yang disaksikan oleh Presiden Joko Widodo, Gubernur Bali Wayan Koster dan para delegasi IMF-WB di Nusa Dua, Bali pada 12 Oktober tersebut membawakan garapan tentang ritual Pecaruan Rsi Gana yakni upacara mengenai pembersihan alam semesta yang dilakukan oleh pemangku (pemimpin ritual keagamaan), serati banten (pembuat sesajen), tukang kidung, petugas ngiderang (pemutar) caru, pasukan bhuta kala dan sebagainya. Ritual tersebut juga diiringi gamelan Ketug Bumi.
Menurut Prof Arya, dengan tampilan ritual yang dibawakan ISI Denpasar dan sejumlah sanggar seni di Pulau Dewata itu, sesungguhnya untuk "memancing" para delegasi dalam memaknai kehidupan masyarakat Bali dari ritual kelahiran hingga kematian, yang di dalamnya sangat lekat dengan nilai-nilai budaya.
"Ada unsur pertunjukannya, pemaknaan nilai moral dan religius, serta perputaran ekonomi juga sehingga menjadi kebanggaan dan jati diri sebagai orang Bali," ucapnya didampingi Humas ISI Denpasar I Gede Eko Jaya Utama SE, MM itu.
Prof Arya menyebut untuk pawai budaya yang dimeriahkan lebih dari 1.000 seniman kolaborasi ISI Denpasar dengan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali itu, pada hakikatnya pawai budaya "keluarga besar" ISI Denpasar.
"Karena kami merekrut sanggar-sanggar seni yang ada di Bali, yang sebagian besar dikelola oleh alumni ISI Denpasar. Demikian juga melibatkan siswa-siswi SMK seni yang sejatinya merupakan embrio yang akan melanjutkan pendidikan di ISI Denpasar," ujarnya.
Pihaknya memang berupaya dalam setiap kegiatan budaya yang melibatkan ISI Denpasar sebagai pengelola, tidak melepaskan keterlibatan "keluarga besar" ISI Denpasar dari embrio hingga lulusannya, sehingga semua dapat merasakan manfaatnya.
"Kami sangat senang dalam pawai budaya IMF-WB itu ternyata Bapak Presiden, para delegasi, dan semua yang hadir antusias dan enjoy menyaksikan pawai budaya," kata Prof Arya.
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerjasama ISI Denpasar I Ketut Garwa SSn, MSn berterima kasih kepada para mahasiswa dan dosen yang telah terlibat dalam pawai budaya tersebut sehingga dapat berjalan lancar dan sukses, meskipun dalam suasana perkuliahan efektif.
"Dari event tersebut, mahasiswa tidak saja mendapatkan kemampuan praktik, tetapi sekaligus tata kelola seni pertunjukan dan kewirausahaan. Ikut dalam event ini bagaimana diperlukan kemampuan me-manage banyak orang dan waktu yang tersedia pun cukup singkat di luar jam perkuliahan," ujarnya.
Hal tersebut, menurut Garwa sebagai pengalaman berharga tidak saja bagi lembaga, sekaligus bagi masing-masing mahasiswa yang terlibat. "Apalagi pertemuan IMF-WB ini merupakan ajang bergengsi yang dihadiri puluhan ribu delegasi dari 189 negara. Selain terlibat dalam pawai budaya, sebelumnya tiga orang perwakilan ISI Denpasar juga berkesempatan memainkan rindik saat penandatanganan MoU Presiden Jokowi," ucapnya.
Dalam pawai budaya tersebut, selain garapan yang dibawakan oleh ISI Denpasar, kemudian dilanjutkan ritual Dewa Yadnya dari Sanggar Paripurna, Gianyar berupa upacara persembahan terhadap Dewi Sri Sedana sebagai Dewi Kemakmuran. Lalu, ritual kelahiran yang dibawakan Sanggar Penggak Men Mersi, Denpasar.
Selanjutnya berturut-turut tampil ritual Raja Sewala atau Upacara Menek Kelih dari Sanggar Seni Pancer Langiit, Badung, ritual potong gigi dari SMK 3 Sukawati, Gianyar, ritual perkawinan oleh Sanggar Gumi Art, Denpasar, dan ritual kematian yang menampilkan prosesi upacara ngaben tradisi Puri oleh Sanggar Gases, Denpasar. Pawai juga dimeriahkan dengan sejumlah mobil hias.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Dalam pawai budaya tersebut, bagaimana ekonomi itu kaitannya dengan kehidupan masyarakat Bali. Kehidupan orang Bali dari lahir sampai mati ada ritualnya, dan ritus itu dilakukan dengan suka cita," kata Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha SSKar, MHum, di Denpasar, Selasa.
ISI Denpasar dalam pawai budaya yang disaksikan oleh Presiden Joko Widodo, Gubernur Bali Wayan Koster dan para delegasi IMF-WB di Nusa Dua, Bali pada 12 Oktober tersebut membawakan garapan tentang ritual Pecaruan Rsi Gana yakni upacara mengenai pembersihan alam semesta yang dilakukan oleh pemangku (pemimpin ritual keagamaan), serati banten (pembuat sesajen), tukang kidung, petugas ngiderang (pemutar) caru, pasukan bhuta kala dan sebagainya. Ritual tersebut juga diiringi gamelan Ketug Bumi.
Menurut Prof Arya, dengan tampilan ritual yang dibawakan ISI Denpasar dan sejumlah sanggar seni di Pulau Dewata itu, sesungguhnya untuk "memancing" para delegasi dalam memaknai kehidupan masyarakat Bali dari ritual kelahiran hingga kematian, yang di dalamnya sangat lekat dengan nilai-nilai budaya.
"Ada unsur pertunjukannya, pemaknaan nilai moral dan religius, serta perputaran ekonomi juga sehingga menjadi kebanggaan dan jati diri sebagai orang Bali," ucapnya didampingi Humas ISI Denpasar I Gede Eko Jaya Utama SE, MM itu.
Prof Arya menyebut untuk pawai budaya yang dimeriahkan lebih dari 1.000 seniman kolaborasi ISI Denpasar dengan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali itu, pada hakikatnya pawai budaya "keluarga besar" ISI Denpasar.
"Karena kami merekrut sanggar-sanggar seni yang ada di Bali, yang sebagian besar dikelola oleh alumni ISI Denpasar. Demikian juga melibatkan siswa-siswi SMK seni yang sejatinya merupakan embrio yang akan melanjutkan pendidikan di ISI Denpasar," ujarnya.
Pihaknya memang berupaya dalam setiap kegiatan budaya yang melibatkan ISI Denpasar sebagai pengelola, tidak melepaskan keterlibatan "keluarga besar" ISI Denpasar dari embrio hingga lulusannya, sehingga semua dapat merasakan manfaatnya.
"Kami sangat senang dalam pawai budaya IMF-WB itu ternyata Bapak Presiden, para delegasi, dan semua yang hadir antusias dan enjoy menyaksikan pawai budaya," kata Prof Arya.
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerjasama ISI Denpasar I Ketut Garwa SSn, MSn berterima kasih kepada para mahasiswa dan dosen yang telah terlibat dalam pawai budaya tersebut sehingga dapat berjalan lancar dan sukses, meskipun dalam suasana perkuliahan efektif.
"Dari event tersebut, mahasiswa tidak saja mendapatkan kemampuan praktik, tetapi sekaligus tata kelola seni pertunjukan dan kewirausahaan. Ikut dalam event ini bagaimana diperlukan kemampuan me-manage banyak orang dan waktu yang tersedia pun cukup singkat di luar jam perkuliahan," ujarnya.
Hal tersebut, menurut Garwa sebagai pengalaman berharga tidak saja bagi lembaga, sekaligus bagi masing-masing mahasiswa yang terlibat. "Apalagi pertemuan IMF-WB ini merupakan ajang bergengsi yang dihadiri puluhan ribu delegasi dari 189 negara. Selain terlibat dalam pawai budaya, sebelumnya tiga orang perwakilan ISI Denpasar juga berkesempatan memainkan rindik saat penandatanganan MoU Presiden Jokowi," ucapnya.
Dalam pawai budaya tersebut, selain garapan yang dibawakan oleh ISI Denpasar, kemudian dilanjutkan ritual Dewa Yadnya dari Sanggar Paripurna, Gianyar berupa upacara persembahan terhadap Dewi Sri Sedana sebagai Dewi Kemakmuran. Lalu, ritual kelahiran yang dibawakan Sanggar Penggak Men Mersi, Denpasar.
Selanjutnya berturut-turut tampil ritual Raja Sewala atau Upacara Menek Kelih dari Sanggar Seni Pancer Langiit, Badung, ritual potong gigi dari SMK 3 Sukawati, Gianyar, ritual perkawinan oleh Sanggar Gumi Art, Denpasar, dan ritual kematian yang menampilkan prosesi upacara ngaben tradisi Puri oleh Sanggar Gases, Denpasar. Pawai juga dimeriahkan dengan sejumlah mobil hias.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018